Breaking News

Berita Timor Leste

Kisah Gadis Nebraska Berdarah Indonesia Mia Azizah Mengajar di Timor Leste Usai Raih Fulbright

Seorang mahasiswi Lincoln, Nebraska berdarah Indonesia, Mia Azizah, berkesempatan untuk mengajar bahasa di Timor Leste.

Editor: Hasyim Ashari
news.unl.ed
Mia Azizah, mahsiswi Nebraska berdarah Indonesia mengajar Bahasa di Timor Leste 

Tahukah kalian negara Timor Leste? Timor Leste dulu pernah menjadi bagian dari Indonesia tahun 1976 sebagai provinsi ke-27.

Tetapi kini Timor leste sudah merdeka dan menjadi sebuah negara sendiri.

Yuk kita cari tahu mengenai sejarah Timor Leste dan kota apa saja yang ada di Timor Leste.

Dilansir dari Wikipedia, sejarah Timor Leste berawal dengan kedatangan orang Australoid dan Melanesia.

Orang dari Portugal mulai berdagang dengan pulau Timor pada awal abad ke-15 dan menjajahnya pada pertengahan abad itu juga.

Setelah terjadi beberapa bentrokan dengan Belanda, dibuat perjanjian pada 1859 di mana Portugal memberikan bagian barat pulau itu.

Jepang menguasai Timor Timur dari 1942 sampai 1945, tetapi setelah mereka kalah dalam Perang Dunia II Portugal kembali menguasainya.

Reruntuhan bekas Polsek dan Koramil di Metinaro, yang hancur lebur diamuk massa.

Pada tahun 1975, ketika terjadi Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang terjadi perang saudara,

maka Lemos Pires memerintahkan untuk menarik tentara Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi ke Pulau Kambing atau dikenal dengan Pulau Atauro.

Setelah itu FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 28 November 1975.

Menurut suatu laporan resmi dari PBB, selama berkuasa selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di Timor Leste antara bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia).

Dalam sebuah wawancara pada tanggal 5 April 1977 dengan Sydney Morning Herald, Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik mengatakan bahwa "jumlah korban tewas berjumlah 50.000 orang atau mungkin 80.000".

Tak lama kemudian, kelompok pro-integrasi mendeklarasikan integrasi dengan Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang berhaluan Komunis.

Ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste pada tanggal 7 Desember 1975, FRETILIN didampingi dengan ribuan rakyat mengungsi ke daerah pegunungan untuk melawan tentara Indonesia.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved