Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 2 Agustus 2021: Mukjizat
Banyak orang ingin agar terjadi mukjizat dalam hidupnya. Apalagi saat orang berada dalam situasi sulit, sebut saja sakit dan penderitaan.
Renungan Harian Katolik Senin 2 Agustus 2021: Mukjizat (Matius 14:13-21)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Banyak orang ingin agar terjadi mukjizat dalam hidupnya. Apalagi saat orang berada dalam situasi sulit, sebut saja sakit dan penderitaan. Saking besarnya keinginan itu, berbagai usaha dan cara dilakukan supaya mukjizat itu terjadi.
Keinginan ini tidak ada salahnya. Wajar-wajar saja orang berharap sesuatu perubahan dalam hidupnya, di dalam kehidupan keluarga atau pekerjaannya dengan adanya mukjizat itu.
De facto, tak banyak orang yang mengalami mukjizat. Banyak juga orang yang justru "gagal" mendapatkan mukjizat.
Di bagian inilah sesungguhnya persoalan tentang mukjizat itu. Karena mukjizat bukan seperti sebuah barang yang bisa dibeli di sebuah toko atau warung.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 2 Agustus 2021: Kamu Harus Memberi
Secara sederhana mukjizat itu adalah sesuatu yang ajaib, terjadi atau dilakukan di luar hal normal, melampaui batas manusiawi, melewati daya nalar untuk menjelaskannya.
Olehnya, mukjizat itu sesungguhnya masuk ranah kekuasaan Tuhan. Tak ada seorang manusia pun yang bisa masuk ranah Tuhan dan melakukan mukjizat. Mukjizat itu urusan dan kerjanya Tuhan. Tentu saja cara-caranya pun merupakan cara dan waktu Tuhan sendiri.
Banyak persoalan orientasi kehidupan yang kacau hanya karena manusia berusaha mensejajarkan hidupnya sama dengan Tuhan sendiri. Ini akan menjadi celaka tanpa ampun bagi siapa pun.
Dalam kitab Yesaya terbaca jelas, "sebab rancangan-KU bukanlah rancangan-mu, dan Jalan-KU bukanlah jalan-mu". Sebuah pesan dan penegasan yang sangat tidak kompromistis. Manusia tidak boleh menggantikan posisi dan peran Tuhan dalam hidupnya.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 1 Agustus 2021: Mencintai Ekaristi Kudus dan Maknanya
Tapi, mukjizat dipergandakannya lima roti dan dua ikan oleh Yesus dan dengan itu bisa memberi makan lima ribu laki-laki, bahkan masih sisa dua belas bakul, memberi satu penegasan lain yang perlu direnungkan serius.
Cobalah lihat! Saat murid-murid meminta agar Yesus memulangkan saja ribuan orang karena hari sudah mulai malam, Yesus justru berkata tegas, "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan" (Mat 14:16).
Selanjutnya, ketika para murid seakan mengeluh pasrah, "Gimana memberi mereka makan, yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan" (Mat 14:17); catat ya! Ini tanggapan Yesus, "Bawalah kemari kepada-Ku" (Mat 14:18).
Kata-kata itu merupakan titik tolak terjadinya mukjizat. Terbayangkah? Tanpa lima roti dan dua ikan itu, Yesus punya bahan mentah untuk diolah menjadi roti yang sekian banyak bagi ribuan orang?
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 31 Juli 2021: Mengikuti Kristus dengan Sikap Lepas Bebas
Untuk situasi pemahaman yang demikian, pertanyaannya adalah "apa yang kita harus lakukan?"