Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 1 Agustus 2021: Motif Perjuangan Hidup
Ada satu ungkapan yang sudah biasa terdengar. Hidup adalah perjuangan. Untuk hidup, manusia mesti berjuang.
Renungan Harian Katolik Minggu 1 Agustus 2021: Motif Perjuangan Hidup
Oleh: RD. Siprianus S. Senda*
POS-KUPANG.COM - Ada satu ungkapan yang sudah biasa terdengar. Hidup adalah perjuangan. Untuk hidup, manusia mesti berjuang. Apalagi untuk hidup sejahtera dalam semua aspek.
Tidak mudah. Orang harus bekerja sekuat tenaga. Tentu juga tidak asal kerja. Ada motivasi, rencana, strategi dan cara kerja.
Fokus renungan kali ini adalah motif kerja. Motif adalah daya dorong internal yang menggerakkan manusia untuk berjuang atas cara tertentu demi mencapai tujuan yang diharapkan.
Daya dorong itu bisa terdapat pada tujuan. Ingin mencapai sesuatu, maka tindakan perjuangan dilakukan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 18 Juli 2021: Hati Berbelas Kasihan
Tindakan yang dipilih, didasarkan pada motif. Motif baik dan luhur, perjuangan bernilai. Motif buruk dan kotor, perjuangan menjadi tidak bernilai.
Bagaimana caranya agar perjuangan tetap didasarkan pada motif yang baik dan luhur? Kita belajar dari Yesus.
Motif Orang Mencari Yesus
Perikop Yoh 6:24-35 memaparkan kisah Yesus mengkritik orang banyak yang mencari-Nya setelah mukjizat perbanyakan roti. Dengan terang Yesus menyatakan bahwa mereka mencari Dia bukan karena beriman setelah melihat tanda mukjizat, tetapi karena ingin menikmati makan gratis tanpa bekerja.
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang." (ay 26).
Pernyataan Yesus ini menohok ke kedalaman batin mereka, karena memang itulah yang ada di batin mereka. Motif kenyamanan semu, kesejahteraan perut, keinginan hidup terjamin tanpa usaha, membuat mereka mencari Yesus.
Motif ini jelas tidak dikehendaki oleh Yesus. Maka Ia mengkritik mereka dan mengarahkan mereka ke motif yang lebih tinggi nilainya.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 30 Juli 2021: Nazaret Menolak
Motif perut diubah ke motif iman. Perjuangan menjumpai Yesus dengan motif mendapatkan roti atau makan gratis, diubah ke perjuangan untuk mendapatkan hidup kekal atau keselamatan. Motif mentalitas gampangan tanpa usaha, diubah ke motif spiritualitas hidup kaya arti.
Ungkapan Yesus, "bekerjalah untuk makanan yang tak dapat binasa" adalah ajakan dan arahan untuk beranjak pada motif perjuangan hidup yang hakiki dan sejati.
Manusia diciptakan dengan seperangkat kemampuan untuk mengelola hidupnya seturut kehendak Pencipta. Perjuangan hidup ini didorong oleh motif kebahagiaan sejati dalam Tuhan, bukan kesenangan semu dalam keinginan duniawi.
Usaha-usaha manusiawi mestinya terarah kepada harapan akan kehidupan kekal, yang telah dimulai di dunia ini dalam Kristus. Percaya padaNya, tak sekedar pengakuan verbal yang mengawang, tetapi terwujud dalam praksis hidup menyerupai Kristus yang membumi.
Artinya, pola pikir, pola tutur kata, pola tindakan, singkatnya pola hidup Kristus menjadi pola hidup orang percaya. Ada keselarasan pikiran, perkataan dan tindakan dengan Yesus.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 28 Juli 2021: Mutiara Berharga
Maka motif perjuangan hidup tidak mengarah kepada kesenangan semu yang berkaitan dengan kebutuhan materialistik, tetapi kebahagiaan sejati yang berkaitan dengan keselamatan jiwa raga.
Relevansi Kritik Yesus
Kritik Yesus atas motif mentalitas gampangan tanpa usaha tidak saja mengenai orang Yahudi pada waktu itu. Kritik Yesus pun mengena pada mentalitas masyarakat zaman kini. Kritik itu menembus ruang dan waktu. Sangat relevan untuk masa kini, ketika orang cenderung bermental gampangan.
Situasi masa kini memang perlu dikritisi dengan inspirasi Yesus. Ada fenomena yang memperlihatkan betapa orang berjuang hidup dengan motif yang tidak benar dan tidak sehat.
Motif berjuang dengan mentalitas buruk itu nampak pada tendensi materialistik egoistik yang merasuki hati dan pikiran, sehingga muncullah cara-cara berusaha menggunakan jalan pintas. Misalnya korupsi, manipulasi, suap menyuap, gratifikasi, mencuri, menipu, dan lain-lain.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 25 Juli 2021: Berjiwa Dermawan dan Penggandaan Berkat
Kecenderungan mentalitas harap gampang berpengaruh pada motif bekerja seseorang. Motif itu mewujud dalam perilaku yang bisa kelihatan baik, tapi karena motifnya buruk maka tindakan itu menjadi sampah.
Mentalitas penjilat, penipu, pura-pura baik, untuk meraih harapan tersembunyi, hanya melahirkan perilaku munafik. Begitu tujuan tercapai, aslinya keluar dan kentara dalam tindakan selanjutnya.
Kritikan Yesus mengingatkan kita untuk secara internal, mawas diri terhadap perilaku sendiri, dan secara eksternal waspada terhadap perilaku orang dengan motif buruk.
Secara ke dalam, kita diingatkan untuk mawas diri. Sikap mawas diri adalah keberanian untuk kritis pada diri sendiri. Autokritik. Dengan demikian ada selalu pemurnian motivasi hidup dan cara bertindak.
Autokritik memungkinkan orang untuk berada dalam kebenaran cara berpikir dan cara bertindak.
Autokritik menjaga tatanan motif perilaku hidup untuk tetap berada di jalur yang benar.
Secara keluar, sikap waspada seperti Yesus memungkinkan kita untuk tidak terjebak dalam permainan perilaku sesama dengan motif yang tidak benar. Ada sikap kritis untuk menilai dan membedah motivasi tindakan orang lain.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 31 Juli 2021: Kekerasan
Dengan cara itu, kita tidak terjerumus dalam perangkap sesama yang memperalat kita untuk mencapai kepentingan egoistiknya.
Selain itu, kita juga mampu membongkar kedok motif semu itu untuk membawa sesama kepada penghayatan motif hidup yang sejati.
Hal inilah yang dilakukan Yesus, sehingga sebagian orang yang sadar, menjadi percaya kepadaNya, dan mengalami transformasi hidup.*
*Alumnus Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang