Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 31 Juli 2021: Kekerasan

Rabu, 07 Juli 2021, dunia terhentak. Presiden Haiti Jovenel Moise ditembak mati di rumah kediamannya.

Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik Sabtu 31 Juli 2021: Kekerasan (Matius 14:1-12)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Rabu, 07 Juli 2021, dunia terhentak. Presiden Haiti Jovenel Moise ditembak mati di rumah kediamannya. Diduga kuat dia dibunuh tentara asing bayaran yang direkrut dari mantan tentara Kolombia.

The Washington Post melaporkan bahwa Menteri Kepolisian Haiti menuding perusahaan swasta CTU Security Intriago yang berbasis di Miami, Florida, telah merekrut lebih dari 20 mantan tentara Kolombia untuk misi menghabisi sang presiden Haiti yang malang itu.

Siapakah yang berada di balik peristiwa tragis itu? Disebutkan nama mantan Menteri pejabat di Kementerian Kehakiman Haiti, Joseph Feliz Badio.

Belum terungkap apa motif yang mendorong Badio mendalangi aksi pembunuhan sang Presiden. Apakah motif politik, ketidaksukaan, kebencian, dendam dan sejenisnya di mana bermuara pada tindakan kekerasan?

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 31 Juli 2021: Mengikuti Kristus dengan Sikap Lepas Bebas

Zaman kini orang tidak lagi bicara kekerasan sebagai lawan dari kelemahlembutan. Kekerasan rupanya telah menjadi kultur baru dalam hidup sehari-hari, "kultur kekerasan".

Dari mana asal-usul kekerasan? Ada yang berkata dari kehendak bebas. Ada yang berkata dari ideologi dan agama. Lihat saja panggung kehidupan Indonesia selama ini. Ada lagi, itu berasal dari kegilaan manusia, ketidaktahuan pengetahuan akan kebenaran.

Kisah pemenggalan kepala Yohanes Pembaptis sebagaimana dicatat penginjil Yohanes kiranya bisa memperjelas kenyataan adanya kekerasan.

Berita-berita tentang Yesus sampai kepada Herodes, raja wilayah Palestina dan menggetarkan hati dan kedudukan serta pengaruhnya.

Disangkanya, Yesus itu "Yohanes Pembaptis yang sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya" (Mat 14:2).

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 31 Juli 2021: AMDG: Ad Maiorem Dei Gloriam: Untuk Kemuliaan Nama Tuhan

Padahal Yohanes Pembaptis sendiri telah dipenggal kepalanya atas perintah Herodes. Itu dilakukannya terdorong oleh motif sakit hati, dendam, dan harga diri lantaran Yohanes pernah menegor keras dirinya. "Tidak halal engkau mengambil Herodias!" (Mat 14:4).

Terbaca bahwa kekerasan lahir karena terjadinya kehilangan akal sehat. Hanya karena kuping memerah dikritik, menjadi malu karena dibongkar kebobrokan, bercokolnya dendam karena digoyang martabat, harga diri, dan kedudukan, bisa membuat orang dengan mudah melakukan kekerasan dan menghabisi sesamanya.

Menurut Filosof Blaise Pascal, kekerasan tidak pernah menjadi bukti akan kebenaran. Kalau pun tegoran Yohanes di muka umum terhadap Herodes, raja wilayah, dianggap salah atau tidak etis, tapi dengan tindakan memenggal kepala tidak pernah bisa dibenarkan. Kekerasan tidak bisa menjadi bukti bahwa dirinya lebih benar dari Yohanes.

Banalitas kekerasan bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Paling mencolok dan berat adalah pembunuhan. Tapi kekerasan dapat merupakan sebuah "permainan" seni. Ia menjadi seolah sarana untuk meraih sesuatu. Dengan cara sangat halus, orang bisa melakukan kekerasan terhadap orang lain.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 30 Juli 2021: “Nazareth”

Bagi kita, kekerasan bertentangan dengan kodrat kita sebagai manusia. "Being" manusiawi kita tidak identik dengan kekerasan. Kita tidak diciptakan Tuhan untuk menghidupi kekerasan, melainkan cinta. Tak ada yang perlu kita petik sebagai pelajaran indah dari kekerasan. *

Renungan harian lainnya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved