Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 24 Juli 2021: Lalang pun Tumbuh

Yesus punya cerita perumpamaan lagi. Topiknya tentang "Lalang di antara gandum". Sungguh menarik untuk disimak.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik Sabtu 24 Juli 2021: Lalang pun Tumbuh (Matius 13:24-30)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Yesus punya cerita perumpamaan lagi. Topiknya tentang "Lalang di antara gandum". Sungguh menarik untuk disimak.

Ada seorang penabur. Ia menaburkan benih di ladang miliknya. Sehabis menabur, ia bersama pembantunya beristirahat. Sewaktu semuanya lelap tertidur, datanglah seorang musuh. Musuh itu pun seorang penabur. Ia menaburkan benih yang tidak baik, benih lalang.

Penginjil mencatat cerita itu dengan mengutip kata-kata Yesus: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi" (Mat 13:24-25).

Kalau saya meneropong cerita itu, nampak jelas bahwa di ladang yang sama tampil dua macam penabur, yakni penabur yang adalah pemilik dan penabur yang tak lain adalah musuh.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 23 Juli 2021: Tanah Subur 

Ada dua pribadi yang bekerja di ladang itu: penabur-pemilik dan penabur-musuh. Yang satu bekerja secara sah, karena ia adalah pemilik; yang lain mencuri-curi kesempatan untuk mengacau, melakukan sabotase.

Selain itu, jelas terbaca, di ladang yang satu dan sama itu, ditaburi dua macam benih yang berbeda, yakni benih yang baik, benih unggul dan benih yang buruk, benih lalang. Ada dua macam benih yang berlawanan ditaburi di ladang yang sama.

Hasil teropongan ini membuat saya terhentak. Pantasan saya sering mendapat curhatan seperti ini. "Romo ... kami kurang apa coba. Kami sudah ajarin semua yang baik. Kami berusaha memberi perhatian dan silih berganti mengawasinya. Tapi kenapa anak kami bisa terjebak menjadi pengguna narkoba?" cetus pasutri aktivis Gereja.

Mau tak mau saya harus mengakui kenyataan ini. Di rumah, di keluarga, di sekolah, di komunitas, di biara, di kantor, di perkumpulan, ... di mana pun tempat garapan saya, selalu ada dua penabur yang menaburkan benih. Berbarengan dengan itu, pasti selalu ada dua benih yang berlawanan yang ditaburkan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 20 Juli 2021: Menjadi Saudara Yesus

Persoalannya, terkadang saya tak menyadari bahwa ada penabur lain yang menaburkan benih yang tak baik. Lebih parahnya, jangan-jangan tanpa saya ketahui, diri saya telah menjadi penabur yang menaburkan benih jahat.

Saya sejenak diam dan berefleksi singkat. Apakah saya cukup tajam melihat dan membedakan mana benih yang baik dan mana benih yang jahat yang tertabur di tempat garapanku? Apakah saya cukup mawas diri sehingga tak dijadikan "alat" atau diperalat untuk menaburkan benih yang jahat?

Menurut cerita perumpamaan itu lebih lanjut, saat menemukan ada benih jahat alias lalang juga tumbuh, hamba-hamba berkata kepada tuannya, sang penabur-pemilik: "Maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?" (Mat 13:27-28).

Tetapi sang tuan penabur-pemilik justru berkata, "Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku" (Mat 13:29-30).

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 20 Juli 2021: Saudara-saudari

Saya coba memahami larangan sang tuan penabur dengan kisah "Perangkap Tikus" ala Ajahn Brahm.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved