Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 18 Juli 2021, Minggu Biasa XVI: Bertemu Tuhan dan Melayani Sesama

Santo Arnoldus Janssen sebelum mendirikan tiga tarekat religius, mengakrabi sunyi untuk mendengarkan kehendak Tuhan.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik Minggu 18 Juli 2021, Minggu Biasa XVI: Bertemu Tuhan dan Melayani Sesama (Mrk 6:30-34)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Kita merasa sunyi apabila secara fisik berada sendirian. Tak seorang pun di dekat kita.

Bapa-bapa rohani dalam sejarah Gereja selalu menyepi, bersunyi diri, untuk bertemu Tuhan dan mendengarkan kehendak Tuhan bagi diri dan hidup.

Santo Arnoldus Janssen sebelum mendirikan tiga tarekat religius, mengakrabi sunyi untuk mendengarkan kehendak Tuhan. Ia menjadi yakin bahwa Tuhan membutuhkan para misionaris untuk mewartakan Kabar Gembira ke seluruh dunia.

Kesunyian batin merupakan jalan untuk melihat diri secara utuh, murni dan jujur. Dom Andre Louf, seorang penulis rohani Perancis menulis, “Setiap orang mencari sebidang kesunyian di mana ia paling baik menjadi sadar dan menghayati kekurangan dan kelebihannya.”

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 18 Juli 2021: Pesan Kesunyian dan Kualitas Waktu

Konteks sunyi seperti inilah yang membuka pemahaman kita terkait ajakan Yesus kepada murid-murid-Nya dalam Injil hari ini, “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian dan beristirahatlah seketika” (Mrk 6:31).

Injil juga mencatat bahwa sebelum memulai karya-Nya, Yesus masuk dalam keheningan dan kesunyian padang gurun. Bagi Yesus, hanya dalam suasana sunyi, para murid dapat menyadari apa yang telah mereka kerjakan dan bagaimana Tuhan hadir menyertai seluruh karya.

Sunyi adalah saat untuk berdoa kepada Tuhan, bersyukur atas karya Tuhan sekaligus momen untuk menjadi sadar: betapa kita tidak berarti apa-apa tanpa kasih Tuhan.

Yesus mengajak para murid bersunyi diri, bukan berarti mengasingkan diri dari kenyataan hidup dan karya pastoral kemanusiaan. Kesunyian adalah saat untuk bertemu Tuhan, berdoa, meneguhkan komitmen dan merefleksi diri dan mengurai kembali bentangan seluruh karya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 18 Juli 2021: Hati Berbelas Kasihan

Energi religiositas kita adalah Tuhan. Saat sunyi adalah momen berahmat untuk menemukan diri. Diri kita, hati kita adalah tabernakel Allah yang utama. Dia yang hadir dalam diri akan selalu menguatkan kerapuhan kita sehingga kita memiliki kekuatan baru untuk terus menjadi saksi-Nya.

Maka setelah Yesus dan para murid bersunyi diri, Yesus melihat orang banyak seperti domba tanpa gembala. Ia mengajar dan bahkan memberi makan kepada orang banyak itu.

Kristus mengingatkan kita bahwa saat sunyi dalam hidup bukanlah saat untuk memencilkan atau mengasingkan diri dari medan pelayanan pastoral. Saat sunyi dalam hidup mesti menjadi saat berahmat untuk mengutuhkan kembali komitmen pelayanan kepada sesama.  Saat sunyi adalah waktu rohani untuk menyegarkan kembali semangat pelayanan kepada Tuhan dan sesama.

Menurut Rasul Sato Paulus, saat sunyi mesti menggerakkan kita memberikan pelayanan dan menghadirkan damai yang menyatukan semua makhluk hidup dalam satu kasih Kristus. Roh Kudus menjadi sumber kekuatan untuk mengalirkan rahmat Allah yang membuat jarak di antara kita hilang dan kita menjadi saudara dalam Kristus tersalib, meski kita berjarak satu sama lain.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 17 Juli 2021: Buluh dan Sumbu

Masa pandemi ini mesti menjadi saat “sunyi” untuk berdoa dan merefleksi diri dan hidup. Kita menyegarkan kembali semangat Kristus agar lebih giat melayani dan mengasihi sesama.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved