Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 18 Juli 2021: Pesan Kesunyian dan Kualitas Waktu
Kesunyian memiliki pesan. Kesunyian itu indah dan menjadi momentum berahmat, untuk berdialog dengan Tuhan, diri sendiri dan orang-orang terdekat.
Renungan Harian Katolik Minggu 18 Juli 2021: Pesan Kesunyian dan Kualitas Waktu (Markus 6 : 30-34)
Oleh: RD. Maxi Un Bria
POS-KUPANG.COM - Kesunyian memiliki pesan. Kesunyian itu indah dan menjadi momentum berahmat, untuk berdialog dengan Tuhan, diri sendiri dan orang-orang terdekat.
Kesunyian juga dapat menjadi waktu yang berkualitas untuk mendengarkan hati nurani, menimba inspirasi dan kesegaran di tengah banjir informasi dan padatnya aktivitas kehidupan.
Yesus mengajak para murid ke tempat yang sunyi untuk sejenak rileks dan beristirahat. Betapa pentingnya tempat dan waktu yang sunyi untuk mengelola hati, melihat lebih dalam dan jernih apa yang penting untuk dilakukan dalam kondisi kita saat ini.
Dalam momentum kesunyian, Epictetus (Inspiration, 2013) mengatakan, “Pertama-tama katakanlah kepada diri sendiri apa yang hendak dilakukan dan apa yang mesti dilakukan”.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 18 Juli 2021: Hati Berbelas Kasihan
Dalam kesunyian, manusia mampu membaca realitas dengan lebih tajam. Sebagaimana Nabi Yeremia dalam kesunyian mampu menemukan persoalan pelik yang dihadapi Bangsa Israel.
Ia prihatin terhadap nasib umat Israel yang tercerai-berai bahkan ada yang hilang karena selain keras kepala juga tidak digembalakan dengan baik oleh para gembala pada zamannya.
Di tengah keprihatinan tersebut optimisme pun terbangun akan datangnya Tunas adil bagi Daud. Yakni gembala yang akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan serta kebenaran di negeri Israel. Dia akan disebut Tuhan Keadilan kita ( Yeremia 23 : 1-6 ), yakni Tuhan yang peduli akan nasib hidup umat-Nya.
Warta Nabi Yeremia terpenuhi dalam diri Yesus Kristus yang tampil sebagai Raja yang damai dan adil. Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan para pihak yang terpecah dan mampu merobohkan tembok pemisah permusuhan. Ia hadir untuk mewartakan damai sejahtera bagi semua orang yang berkehendak baik.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 17 Juli 2021: Buluh dan Sumbu
Yesus menegaskan kepedulian-Nya terhadap situasi konkret para murid dan umat yang dijumpai. Di tengah kesibukan pelayanan dan pengajaran, Ia mengajak para murid untuk menarik diri sejenak ke tempat yang sunyi.
Ia menghendaki agar mereka juga memiliki waktu hening untuk berefleksi, rileks dan beristirahat. Sebab dalam keheningan inilah semua pelayanan dan pewartaan dapat direfleksikan.
Hati dan komitmen para murid pun kembali disegarkan, kepekaan dan belas kasih diasah agar mampu membaca kehendak Allah dalam realitas hidup di dunia.
Salah satu realitas dunia yang dihadapi gereja adalah tingginya pertumbuhan umat yang tidak sebanding dengan panggilan menjadi gembala. Memang panenan berlimpah, namun pekerja sedikit. Banyak domba, sedikit gembala.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 17 Juli 2021: Belajar dari “Hamba Yahwe”
Yesus tergerak hati-Nya oleh belas kasihan ketika melihat jumlah orang yang begitu banyak. Karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala” ( Markus 6 : 34 ).
Semoga semakin banyak orang yang tergerak hatinya untuk menjadi gembala dan semoga pula aspek kesunyian, kepekaan dan belas kasih menjadi hal-hal indah dan bermutu yang diperhatikan dalam ziarah umat beriman, baik sebagai gembala maupun domba.
Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati.*