SMKN 5 Kupang Gelar Bimtek Penyusunan SOP
sebagai langkah awal menuju pelaksanaan rangkaian kegiatan pendidikan di SMK 5 yang terstruktur dan terstandar
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
Lanjut dia, 1.3 juta anak NTT kondisi realnya saat ini adalah : Lulus tetapi hasil belajarnya rendah, lulus tapi terlambat, tidak tuntas wajar 12 tahun, tumbuh kembang anak - anak terhambat yang disebut stunting dan anak - anak penyandang disabilitas tidak mandiri.
"Itulah kondisi kita saat ini. Lalu kalau kita lihat semangat dari bapak Gubernur bapak Viktor Laiskodat dan bapak Yos Nae Soi, NTT Bangkit menuju Sejahtera dalam bingkai NKRI Harga Mati," ujarnya.
Dia berharap, kedepan itu adalah lulusan sekolah di NTT sudah tersertifikasi karena lapangan kerja bukan hanya ada di Kota Kupang melainkan levelnya nasional dan internasional.
Baca juga: Peserta Vaksin Membludak & Tidak Taat Prokes, Pengamat: Klaster Vaksin akan Muncul di Kota Kupang
"Ketika masuk di level international kompetensi mereka itu harus tersertifikasi. Kalau tidak tersertifikasi secara administrasi dapat ditolak. Itu yang harus kita pahami yang bergerak disektor pendidikan," kata Adelino.
"Yang berikut yang kita harapkan adalah anak - anak kita berpendidikan tinggi. Artinya luluse SMA mereka lanjut ke perguruan tinggi. Bukan sekedar lanjut anak anak ini kemudian mampu bersaing berprestasi di SNMPTN atau SBMPTN atau ujian Mandiri sehingga mereka mendapat beasiswa mereka tidak boleh kalah bersaing dengan saudara - saudara kitae di Bali, di NTB, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan lain - lain," lanjutnya.
"Lalu SMK bagaimana? Sama! SMK kalau memang punya kesempatan untuk ke perguruan tinggi lebih bagus tapi kalau memang tidak bisa, dia lulus harus bekerja," pungkasnya.(*)