Peserta Vaksin Membludak & Tidak Taat Prokes, Pengamat: Klaster Vaksin akan Muncul di Kota Kupang
Ia mengatakan kita harus membangun kesadaran dari masyarakat itu sendiri terkait pentingnya vaksin.
Penulis: Gordi Donofan | Editor: maria anitoda
Peserta Vaksin Membludak & Tidak Taat Prokes, Pengamat: Kluster Vaksin akan Muncul di Kota Kupang
POS-KUPANG.COM - Fenomena peserta vaksin Covid-19 yang membludak dan berkerumunan dengan tidak menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes) sering terjadi beberapa hari terakhir di Kota Kupang.
Tentu fenomena ini dari satu sisi sangat membanggakan karena masyarakat sangat antusias mengikuti vaksin dan sisi lain sangat berbahaya, pasalnya terjadi kerumunan yang memang sangat melanggar prokes.
Pengamat kebijakan kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Citra Bangsa (FK UCB) Kupang, Vinsen Belawa Making, S.KM.,M.Kes, mengungkapkan jika tidak ada upaya pencegahan kerumunan maka akan menciptakan kluster baru Covid-19 yaitu kluster vaksin.
"Kluster vaksin segera muncul di Kota Kupang. Kesalahan fatal dilakukan oleh penyelenggara vaksinasi. Benar-benar tidak pernah belajar dari beberapa kasus yang telah terjadi sebelumnya. Pemerintah dan kita orang kesehatan seharunya memberikan teladan bagi masyarakat bukan sebaliknya menjadi biang timbulnya kerumunan," tegas Vinsen Making kepada POS-KUPANG.COM Rabu 14 Juli 2021.
Baca juga: Direktur Poltekkes Kupang Minta Maaf Atas Kerumunan Akibat Gelaran Vaksinasi
Ia menerangkan setiap hari kita kampanye di media social bahwa orang harus jaga jarak dan menghindari kerumunan, namun dalam penerapan di lapangan kita malah mengundang orang berkerumun.
"Ini ibarat berjalan kita tersandung pada batu yang sama. Kasus yang terjadi di Poltekkes Kemenkes Kupang adalah hal yang sangat-sangat disayangkan," jelasnya.
Ia menjelaskan mengapa animo vaksin meningkat saat ini?
Sebuah pertanyaan yang menarik.
Baca juga: Warga Serbu Vaksinasi Massal di Poltekes Kemenkes Kupang
Hasil investigasi mendalam ditemukan bahwa bukan kesadaran orang akan pentingnya vaksin untuk Kesehatan diri sendiri melainkan lebih pada urusan ekonomi (perut) dan hasrat mobilitas.
Ia menjelasakan hipotesis ini dapat diambil Ketika melihat situasi lapangan.
Mereka yang mengantri tidak takut akan bahaya Covid -19 banyak yang tidak menggunakan masker atau menggunakan tidak benar, tidak menjaga jarak dan berperilaku anarkis.
Ini bukan ciri orang yang mau vaksin untuk melindungi diri namun mau vaksin untuk bisa bebas jalan-jalan atau ada urusan yang sangat mendesak yang harus diselesaikan dalam waktu yang singkat.
Ia menilai kelemahan pemerintah dan pihak penyelenggara vaksinasi adalah tidak dapat mengendalikan masa dan memanage dengan baik alur yang ada. Salah satu contoh yang baik telah dilakukan oleh beberapa gereja di Kota Kupang.
Mereka melakukan pendaftaran secara daring dan menggunakan kuota. Sehingga masa dapat terbendung dan terlaksana dengan baik. Kita sebenarnya dapat juga melakukannya dalam skala besar seperti di Jakarta dan kota besar lainnya namun perlu diingat bahwa ketersediaan petugas menjadi factor utamanya.