Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 11 Juli 2021: Belajar dari Amos
Kitab Suci menyebut Amos sebagai gembala domba (2 Raj 3:4). Amos adalah peternak domba khusus yang sangat bernilai karena bulunya indah.
Renungan Harian Katolik Minggu 11 Juli 2021: Belajar dari Amos (Hari Minggu Biasa XV: (Am 7:12-15; Ef 1:3-14; Mrk 6:7-13)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Amos berasal dari wilayah perbukitan Yudea, belasan kilometer dari Yerusalem. Wilayah ini terkenal subur karena ada banyak sumber air. Di sini Amos bekerja sebagai peternak domba dan pemungut buah ara hutan.
Kitab Suci menyebut Amos sebagai gembala domba (2 Raj 3:4). Amos adalah peternak domba khusus yang sangat bernilai karena bulunya indah.
Selain pemilik domba, Amos juga pemungut ara hutan, makanan orang miskin. Pekerjaan memungut ara hutan ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang tekun dan sabar.
Amos, meski tergolong kaum “berada” karena pemilik domba, ia memiliki sisi menghargai dan mau melakukan profesi kaum kecil.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 11 Juli 2021: Spirit Pelayanan Tanpa Kemelekatan
Amos melayani Israel pada pemerintahan Raja Yerobeam II (760 SM). Ia harus meninggalkan daerah penggembalaan domba yang sunyi menuju ke Kerajaan Utara mengikuti panggilan dan perutusan Tuhan.
Daerah misi Amos memiliki sepuluh suku yang hidup dalam penyemabahan berhala dan larut dalam ketidakadilan sosial terhadap orang kecil. Upacara-upacara keagamaan terus dipelihara tetapi berjalan bersama penindasan.
Saat itu, Kerajaan Utara sedang mengalami masa keemasan. Tapi ada jurang yang lebar dan dalam antara orang kaya dan orang miskin.
Di konteks inilah Amos melakukan kritik sosial terhadap tidak adanya keadilan dan penindasan orang lemah yang merajalela di Israel.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 11 Juli 2021: Kekuatan Kepedulian dan Kebersamaan
Amos sadar bahwa sangat tidak mudah memberitakan kebenaran di tengah umat Kerajaan Utara yang sedang menikmati kedamaian, keamanan dan kemakmuran materi.
Rumah warga terbuat dari batu pahat mahal. Ada perabot mewah berhiaskan gading dan minuman anggur yang berasal dari kebun-kebun anggur sendiri (Am 3:15; 5:11).
Warga memang kaya tetapi mengumpulkan kekayaan dengan cara tidak jujur. Orang kaya berbuat curang kepada orang-orang miskin dengan memeras dan menindas (Am 4:1).
Pedagang mencurangi pembeli dalam hal jumlah barang yang mereka jual, harganya tinggi, tetapi mutunya sangat jelek.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 10 Juli 2021: Hidup yang Menginspirasi
Usai memeras habis-habisan, orang-orang miskin terpaksa menjual diri menjadi budak kepada para pedagang seharga sepasang kasut.
Aparat penegak hukum adalah teman kolusi para pedagang dalam kejahatan. Gerbang kota yang menjadi lokasi penanganan kasus-kasus jadi tempat para hakim mengambil uang tutup mulut untuk menindas orang miskin. Para hakim tidak melindungi rakyat marginal tapi malah mengkhianati demi suap (Am 5:10.12).
Hidup religius merosot sampai ke tanah. Para imam tidak menjadi wakil Tuhan di tengah umat-Nya. Khotbah-khotbah yang disampaikan bukan untuk membela kaum kecil yang ditindas tapi ruang tampan menyenangkan hati raja, memuji para pembesar dan menyanjung orang-orang kaya.
Firman Tuhan dimanipulasi untuk melayani perut sendiri seperti yang dilakukan Imam Amazia. Bukannya menyatakan kebenaran kepada umat, Amazia justru “menidurkan” umat Israel dan raja dalam kubangan dosa.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 10 Juli 2021: Tak Lebih dari Guru
Amos menyampaikan pesan Tuhan dengan berani dan tegas kepada umat, imam dan raja. Mereka akan segera menerima hukuman jika tidak bertobat dan berpaling kepada Tuhan.
Amos berani menyingkap ketidakadilan sosial dan kemerosotan moral penguasa. Ia melakukan panggilan Tuhan tanpa takut dengan teror dan ancaman.
Ketika berhadapan dengan Imam Amazia, Amos mengatakan bahwa ia bukan berasal dari kalangan nabi, bukan pula salah satu keturunan para nabi, melainkan seorang peternak domba dan pemungut buah ara.
Ia percaya, Tuhan memilih seorang peternak menjadi abdi-Nya. Amos yang sederhana dan rendah hati mampu membungkam keangkuhan Amazia di kursi kekuasaan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 9 Juli 2021: Domba Bisa Kalahkan Serigala
Amos sadar, Tuhan memakainya untuk menjadi alat keselamatan bagi Israel.
Seperti Amos, Tuhan mengutus kita seperti anak domba ke tengah serigala. Medan kesaksian kita persis zaman Amos. Serigala seakan hendak menelan kita.
Tuhan tidak pernah mengutus kita ke tempat yang senang-senang saja. Justru misi yang menantang inilah menjadi ruang pengujian kualitas iman.
Tuhan tidak pernah tinggal diam. Kita mesti terbuka dengan orang lain (sesama utusan Tuhan) dan meletakkan segenap harapan pada Tuhan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 8 Juli 2021: Sosialitas
Kita bersyukur kepada Tuhan dan tekun menjalankan misi-Nya melalui hidup dan karya. *