Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 8 Juli 2021: Sosialitas
Perbuatan baik yang harus dilakukan disebutkan, yakni "sembuhkan orang sakit, bangkitkan orang mati, tahirkan orang kusta".
Renungan Harian Katolik Kamis 8 Juli 2021: Sosialitas (Matius 10:7-15)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Perintah perutusan Yesus kepada para murid-Nya, "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma" (Mat 10:7-8).
Isi pesan jelas dan tegas, "Pergi dan beritakan Kerajaan Sorga" dan berbuat baik untuk orang lain. Perbuatan baik yang harus dilakukan disebutkan, yakni "sembuhkan orang sakit, bangkitkan orang mati, tahirkan orang kusta".
Perbuatan baik itu bukan kepada diri, demi diri dan kepentingan diri, melainkan terarah, tertuju kepada orang lain, teristimewa orang-orang malang. Orang-orang jenis ini dalam bahasa Yesus disebut sebagai "sesama".
Alasan kenapa perbuatan baik itu harus dilakukan dan bukan dilakukan kepada diri sendiri, tetapi kepada sesama, karena "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma" (Mat 10:8b).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 8 Juli 2021: Pergi dan Diutus
Namun kali ini kita tak perlu membahas tentang "perolehan cuma-cuma" yang kita dapatkan. Siapa yang berani menanggapi, menantang, dan menafikan frasa "kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma" itu dengan argumentasinya? Lho semua yang kita terima adalah pemberian Tuhan.
Pokok permenungan kita fokuskan pada perbuatan baik yang mesti dilakukan bagi sesama.
Tak terbantahkan bahwa manusia memiliki hakikat "sosial". Filsafat menyebutnya kodrat "sosialitas". Bukan dalam arti "kebersamaan" material badan, seperti duduk bersama, kongkow-kongkow di warung atau kedai tuak bersama, makan bersama di rumah atau restaurant, atau sejenisnya. Tak hanya itu. Tetapi bermakna lebih dalam, yakni "menjadi sesama" bagi yang lain dan memandang yang lain "menjadi sesama" bagiku.
Kata Latin "socius" itu artinya sahabat. Dengan itu, mengarahkan makna sosialitas sebagai manusia untuk menampilkan diri sebagai sahabat atau sesama. Dan, "sesama" yang dimaksudkan adalah sesama dari mereka yang membutuhkan. Bukan sesama dari orang yang kuat, berkuasa, atau berkelimpahan dan makmur dalam hidup.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 8 Juli 2021: Bukan Komersialisasi Pewartaan
Pendasarannya sangat jelas dalam kisah "Orang Samaria yang baik hati" (lih. Luk 10:25-37). Saat ditanya seorang doktor hukum Taurat, "Siapakah sesamaku?"
Yesus menyampaikan kisah itu yang memang terjadi nyata dalam peristiwa hidup sehari-hari. Kisah itu ditutup dengan pertanyaan balik dari Yesus kepadanya, "Siapakah sesama dari yang dirampok itu? Sang doktor berkata, "Dia yang telah menjadi sahabat baginya".
Kisah itu mengungkap pesan yang sangat berharga. Kita ini makhluk sosial. Tetapi sosialitas kita menjadi benar bila kita melakukan yang sama seperti yang dikerjakan oleh orang Samaria yang baik itu. Bila tidak, sosialitas kita tak bermakna apa pun. Kita hanya berada dalam ketersembunyian sosialitas kita.
Yesus pasti sangat tahu bahwa sebagai manusia, para murid tempo dulu, pun kita zaman now, memiliki kodrat sosial. Kita terlahir dan ada bersama orang lain.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 7 Juli 2021: Pergilah dan Beritakanlah, Kerajaan Surga Sudah Dekat
Selain kodrat itu, Yesus pun mengikutsertakan para murid-Nya untuk mengambil bagian dalam proyek besar untuk mewujudkan Kerajaan Sorga di dunia ini. Di dalamnya, semua orang terbebaskan dari kuasa setan-setan, tersembuhkan dari sakit dan penderitaan apa pun, tak lagi mengalami kematian dalam bentuk apa saja.