Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Jumat 9 Juli 2021: Domba Bisa Kalahkan Serigala
Lambang kota Roma memiliki makna simbolik mendalam. Serigala menyusui dua bayi.
Renungan Harian Katolik Jumat 9 Juli 2021: Domba Bisa Kalahkan Serigala (Mat 10: 16-23)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Lambang kota Roma memiliki makna simbolik mendalam. Serigala menyusui dua bayi.
Menurut mitologi Romawi, Romulus dan Remus dipelihara serigala betina hingga remaja.
Keduanya adalah anak dari Vesta Rhea Silvia, anak dari Numitor, Raja Alba Longa dengan Dewa Mars.
Remus dan Romulus saat dewasa, mengetahui asal-usul kelahirannya lalu membunuh Amulius, adik Numitor. Mereka memutuskan untuk membangun sebuah kota baru.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 9 Juli 2021: Merpati & Ular
Remus ingin membangun kota di Bukit Aventinus, sedangkan Romulus menginginkan Bukit Palatium.
Berbeda pendapat, keduanya bertarung, tersingkirlah Remus. Akhirnya mereka sepakat mendirikan Roma dan Romulus menjadi raja pertama.
Singa adalah binatang buas dan rakus daging manusia. Tapi ada sisi “lain”, kita sebut saja “kemanusiaan” tersembunyi di alam bawah sadar kebuasannya.
Pada momen tertentu kebuasan ditaklukkan oleh kemanusiaan. Perang paling ganas pun, ada sisi kemanusiaan menonjol.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 8 Juli 2021: Sosialitas
Banyak korban berjatuhan, itu pasti. Tapi ada juga yang tetap hidup, meski jumlah kecil. Artinya, ada mukjizat di tengah belantara kekerasan dan kebuasan.
Sejarah telah membuktikan itu dalam masa Kekaiseran Roma saat pembunuhan dan pembasmian umat Kristen.
Yesus mengutus murid-muridnya untuk menjelajahi seluruh kekaisaran Roma yang merupakan kerajaan terbesar dunia saat itu.
Angkatan perang tak terkalahkan. Pasukan Roma memperoleh kemenangan di mana-mana.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 8 Juli 2021: Pergi dan Diutus
Serigala ini tidak terkalahkan oleh siapa pun. Yesus mengutus domba-domba itu ke tengah-tengah serigala.
Kekaisaran Roma memang mampu membinasakan domba-domba itu. Mereka membunuh banyak orang Kristen, akan tetapi mukjizat terus terjadi. Semakin banyak domba (orang Kristen) terbunuh, semakin meningkat jumlah domba.
Kemudian dunia melihat keajaiban! Serigala tunduk kepada domba. Pada abad IV, Kaisar Roma, Konstantin, menyerahkan pedangnya kepada Gereja dan berkata: Gereja telah menaklukkannya.
“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Mat 10:16).
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 8 Juli 2021: Bukan Komersialisasi Pewartaan
Pesan ayat ini tegas: domba akan mengalami tantangan hebat. Ikut Kristus berarti salib. Menderita. Bukan senang-senang.
Di masa pandemi Covid, banyak orang Katolik bahkan pemimpin agama masih senang-senang. Pesta sana-sini. Bahkan menjadi sumber keresahan sosial.
Ikut Yesus berarti siap berhadapan dengan penganiayaan bahkan kematian. Tuhan meminta domba-domba-Nya mengenakan “pakaian” kecerdikan dan ketulusan.
Dua karakter ini (tampaknya) berlawanan. Kecerdikan dianggap dekat dengan kelicikan. Sedangkan ketulusan sering dihubungkan dengan kepolosan dan keluguan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 7 Juli 2021: Starting Twelve
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kata “cerdik” itu artinya: mampu membaca dan mengerti situasi, mampu memberikan solusi dan banyak akal.
Penekanan dalam bahasa Indonesia lebih kepada kecerdasan pada satu momen kejadian.
Kata Yunani yang dipakai dalam Matius 10:16 adalah “Phronimos” yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan wise, intelegent dan prudent. Arti dalam bahasa Indonesia adalah bijaksana, cerdas dan melihat jauh ke depan.
Kecerdikan yang dimaknai di dalam Matius lebih berbicara tentang kecerdasan saat ini yang berdampak ke masa depan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 6 Juli 2021, Vultus et Motus: Melihat dan Tergerak Hati
Kecerdikan di sini bukan hanya sesaat atau berdasarkan keadaan yang dihadapi hari ini, tetapi juga memikirkan dampak dan akibat jangka panjang.
Kata wise dan prudent memang membicarakan tentang ketepatan sebuah keputusan hari ini yang berdampak pada masa depan yang lebih baik.
Kecerdikan ini bila tidak diletakkan di atas dasar yang tepat, dapat digunakan untuk merugikan orang lain demi keuntungan pribadi, dan itu berarti kelicikan.
Yesus juga mengingatkan “domba” agar hidup tulus (Mat 10:16). Kata Yunani “Akeraios” memiliki arti: tidak tercampur, murni, tidak bersalah, dan sederhana.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 6 Juli 2021: Lelah dan Telantar
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) menjelaskan ketulusan sebagai kesungguhan, kebersihan hati dan kejujuran.
Dua referensi itu memiliki arti sama. Bila kecerdikan menekankan cara dan metode, maka ketulusan menekankan motivasi yang mendorong sebuah tindakan atau keputusan.
Motivasi merupakan motor sebuah tindakan. Situasi dan keadaan bisa mengganggu motivasi yang mampu membatalkan atau membelokkan sebuah tindakan. Motivasi yang tulus tidak terpengaruh oleh situasi.
Bagaimana domba menghadapi tantangan? Yesus memberi Roh Kudus untuk menguatkan. Roh Kudus itu akan meneguhkan kebijkasanaan dan memurnikan motivasi agar lebih peka membaca tanda-tanda zaman, tidak kehilangan motivasi suci dan mampu menghadapinya.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 6 Juli 2021: Pekerja Berbelas Kasih
Roh Kudus akan memberikan kepekaan untuk memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam di depan dan menghadapinya dengan hikmat Ilahi.
Tanpa Roh Kudus, domba akan kehilangan sensitivitas ilahi dan hidup hanya diseraki sikap skeptis dan sinis.
Kenikmatan duniawi terkadang mengorbankan moralitas dan integritas sebagai murid Kristus. Orang tergoda mencuri kenikmatan pribadi.
Tapi ketulusan dan kasih, motor penggerak Kristus selalu menguatkan kita dalam situasi apa pun. Domba mampu kalahkan Serigala. Kenapa tidak? *