Merawat Mutu Pembelajaran Siswa SD Berbasis Organisasi Keagamaan di Timor Barat Selama Covid-19
Merawat Mutu Pembelajaran Siswa SD Berbasis Organisasi Keagamaan di Timor Barat Selama Covid-19
Langkah adaptasi dan berdamai (adaptation and peace)menjadi keputusan terbaik, karena pandemi masih berlangsung dan belum tahu sampai kapan akan berakhir.
Di tengah adaptasi kebiasaan baru ini, pendidikan di sekolah-sekolah pada berbagai level, dituntut untuk mampu berkreasi dan produktif agar tidak tertinggal oleh dinamika keadaan yang berjalan serba cepat.
Hanya dengan kreasi, inovasi, transformasi, produktif kita bisa membuat lompatan sejarah dan menghadirkan pendidikan yang bermutu kini dan dan mendatang.
Tilikan ini (berdasarkan workshop tersebut di atas) secara khusus mengulas dinamika pembelajaran pada sekolah-sekolah dasar di Timor Barat yang dikelola oleh OKG (Yayasan persekolahan milik: Gereja Masehi Injili di Timor, Gereja Katolik, Muhammadiyah dan Parisada Hindu Dharma Indonesia), sebagai bagian dari segmen pendidikan selama masa pandemi Covid-19 yang mengacuh pada fenomena yang dirangkum melalui Brainstorming ide, wawancara dan sharing best practiceterkait pelaksanaan pembelajaran berbasis daring pada sekolah dasar masing-masing peserta.
Penyelenggaraan sistem pendidikan selama Covid-19 tampaknya telah mengalami transformasi dalam berbagai lini kegiatan, termasuk kegiatan pembelajaran yang seluruhnya terpaksa berlangsung daring atau secara online.
Pelaksanan sistem pembelajaran pada satuan pendidikan dasar berbasis OKG di wilayah Timor Barat turut mengalami perubahan bentuk operasional yang digeneralisasi melalui kebijakan pembelajaran dan beradaptasi dengan kebijakan sosial, yaitu instruksi social distancing, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat ( PPKM).
Hasil kajian dan wawancara yang dilakukan terhadap 8 Ketua Yayasan (dari 4 OKG yaitu Protestan, Katolik, Islam (Muhamadiyah) dan PHDI) dan 10 Kepala Sekolah terpilih untuk mewakili yayasan-yayasan tersebut menunjukkan bahwa respon pengelola sekolah terhadap kebijakan tersebut sangat variatif, pada awalnya terbatas pada kondisi sensitisasi.
Menurut Hebb kondisi ini dapat membuat setiap individu akan lebih responsif terhadap aspek tertentu pada lingkungan.
Aspek tersebut adalah perubahan yang dilahirkan oleh pembatasan sosial tersebut. Menilik teori generalisasi dan diskriminasi maka respon tersebut terpetakan secara alami (Wahyuni, 2019).
PSBB, PPKM dan Social distancing telah turut memberi pembatasan ruang dan waktu terhadap seluruh kesatuan kegiatan rutin dalam sistem pembelajaran pada sekolah-sekolah dasar berbasis OKGdi Timor Barat.
Banyak hal terkait perubahan sistem pembelajaran pada sekolah dasar berbasis OKGdi Timor Batar terlihat jelas setelah mengikuti brainstorming ide dan sharing best practice dengan saksama.
Pembelajaran lazimnya berlangsung di ruang kelas dengan jadwal tertentu dan berpedoman pada kurikulum tertentu berubah menjadi pembelajaran di rumah/tempat masing-masing dengan waktu yang tidak tentu dan berpedoman pada kurikulum situasional (transisi) untuk tetap memelihara kelancaran proses pembelajaran meskipun tidak berorientasi pada pencapaian target ideal (100%).
Praktek pembelajaran tersebut di atas lahir sebagai dampak dari PSBB dan PPKM, selanjutnya menciptakan pembatasan operasional pendidikan.
Kondisi ini lebih popular dengan istilah pembelajaran "daring" (pembelajaran dalam jaringan) yang sebelumnya tidak populer diimplementasikan.
Pembelajaran "daring" sebagai pilihan utama dalam kondisi pencegahan penyebaran Covid-19telah memberi corak spesifik pada masa perjuangan melawan virus ini.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/merawat-mutu-pembelajaran-siswa-sd-berbasis-organisasi-keagamaan-di-timor-barat-selama-covid-19.jpg)