Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Senin 28 Juni 2021: Ziarah Jiwa

Ziarah-nya jiwa menunjukkan bahwa jiwa bukan hanya sebuah entitas penyusun kehadiran manusia.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik Senin 28 Juni 2021: Ziarah Jiwa (Matius 8:18-22)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, yang meninggal di usia muda, menulis sebuah catatan hariannya yang dia beri judul "Histoire d'une ame" (sejarah dari sebuah jiwa).

Catatan itu memberi indikasi bahwa jiwa pun melakukan peziarahan, perjalanan. Jiwa berziarah, memiliki awal berangkat dan tujuan akhir dari peziarahan.

Ziarah-nya jiwa menunjukkan bahwa jiwa bukan hanya sebuah entitas penyusun kehadiran manusia. Tak hanya karena ada jiwa, maka manusia terdiri dari jiwa dan badan.

Theresia justru mengatakan lebih jauh, bahwa karena jiwanya, manusia selalu menggapai keindahan yang lebih, kedekatan yang lebih, kebaikan yang lebih, dan cinta yang lebih.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 28 Juni 2021: Aku Berdoa Supaya Mereka Sempurna Menjadi Satu

Dengan jiwanya, manusia mampu menampilkan cinta yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari yang sederhana.

Theresia memang tak pernah melakukan karya yang luar biasa dalam hidupnya. Ia menjalani dan melakukan kesibukannya tiap hari dengan setia, senyum, dan kesukacitaan.

Mencuci pakaian, mencuci piring, menyapu halaman, mengepel lantai, bangun pagi, mandi, berdoa, meditasi, dan sebagainya.

Semua yang dilakukannya adalah hal-hal kecil dan sepele. Tapi dari yang sederhana itu, jiwa menampilkan intimitas yang mencengangkan dengan Tuhan-nya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Minggu 27 Juni 2021: Talita Kum; Bangunlah

Dalam kisahnya, penginjil Matius menampilkan dua orang yang menyatakan keinginannya kepada Yesus.

Yang pertama seorang ahli Taurat. Ia berkata, "Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi" (Mat 8:19).

Ada keinginan besar darinya untuk mengikuti Yesus. Barangkali keinginan itu timbul dari kekaguman akan pribadi Yesus, sehingga ia mau dan berani meninggalkan segalanya dan mengikuti ke mana pun Yesus pergi.

Tak terbayangkan ia melepaskan hobi dan kesenangannya; meninggalkan keluarga dan pekerjaannya; mengambil jarak dari pertemanan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Sabtu 26 Juni 2021: Katakan Saja

Yang lain, salah seorang murid Yesus. Ia rupanya sudah mengikuti Yesus. Tapi mengalami kematian ayahnya.

Maka ia berkata, "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku" (Mat 8:21).

Ia mohon diizinkan pulang sebentar. Pasti terbayangkan betapa sedih hatinya kehilangan sang ayah.

Barangkali ada rasa "bersalah" yang muncul dalam hatinya atau "cemas", diomongin sebagai anak tak tahu berterima kasih.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Kamis 24 Juni 2021: Menjadi Apakah Anak Ini Nanti?

Kepada masing-masing mereka, Yesus memberi jawaban-Nya.

Yang pertama, Ia berkata, "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya" (Mat 8:20).

Sedangkan kepada yang kedua, Yesus berkata kepadanya, "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka" (Mat 8:22).

Inti jawaban Yesus kepada kedua orang itu sesungguhnya sama. Mengikuti Dia bukan berarti hanya sebatas keinginan rasa, kemauan badan, tapi juga merupakan sebuah kerinduan jiwa.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Kamis 24 Juni 2021: Iohannes est Nomen Eius - Namanya adalah Yohanes!

Siapa pun yang mengikuti Dia, tak hanya terdorong oleh kekaguman, kesukaan badaniah semata, tapi sesungguhnya adalah perkara jiwa yang merindukan ketenangan, kedamaian.

Harus ada sinergitas bahkan kesatuan utuh, tak saling bertentangan, antara kesukaan badan dan kerinduan jiwa.

Kita bisa memahami maksud Yesus, saat merenungkan kata-kata-Nya, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu" (lih. Mrk 12:30).

Dari Theresia kita belajar bagaimana mengarahkan jiwa dalam keseluruhan perjalanan hidup kita sebagai murid Tuhan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Rabu 23 Juni 2021: Palsu (Matius 7:15-20)

Kita tak hanya berfokus melakukan peziarahan badan dalam hidup sebagai murid Tuhan.

Konkretnya, tak hanya demi kepuasan badan, saat kita bekerja dan mengais-ngais rezeki; tak sekedar badan saat kita berdoa dan menghadiri perayaan-perayaan sakramen. Tetapi juga demi kepuasan jiwa.

Dari pengalaman, mungkin dalam hati, kita ingin sekali melakukan kebaikan dengan membantu dan berbagi kepada sesama yang sakit dan berkekurangan, tetapi mata ingin dipuaskan dengan tidak melewatkan drama korea yang menjadi kesukaan.

Masih banyak hal lain yang bisa masing-masing kita coba untuk menemukannya dan membuat refleksi pribadi.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Senin 21 Juni 2021: Lihatlah Titik Putih

Theresia seakan mengingatkan dan mengajarkan kita tentang peziarahan jiwa yang semestinya disadari dan dipenuhi juga dalam keseluruhan aktivitas hidup kita.

Di situlah terletak hakekat kemuridan kita dalam mengikuti Yesus.*

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved