Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Rabu 23 Juni 2021: Palsu (Matius 7:15-20)
Pembeli dan pedagang di Indonesia punya sebutan khusus bagi barang-barang palsu atau imitasi, yang sering disebut KW.
Renungan Harian Katolik, Rabu 23 Juni 2021: Palsu (Matius 7:15-20)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Pembeli dan pedagang di Indonesia punya sebutan khusus bagi barang-barang palsu atau imitasi, yang sering disebut KW.
Kata ini diambil dari kata 'kwalitas'. Meski bukan kata baku, karena dalam KBBI, yang benar itu 'kualitas', bukan 'kwalitas'.
Tapi mau bagaimana lagi, sebutan KW tampaknya sudah mendarah daging di Indonesia seiring dengan membanjirnya barang-barang palsu, imitasi atau tiruan dalam kehidupan ini.
Saat ini, jumlah barang palsu atau imitasi yang beredar bertambah setiap hari.
Baca juga: Renungan Harian Katolik, Rabu 23 Juni 2021: Pohon Baik - Buah Baik
Dari smartphone palsu dengan layar yang lebih tipis hingga tas tiruan yang juga dibuat dengan kulit asli, bahkan bilyet palsu.
Dalam dunia Kitab Suci pun bertebaran istilah "palsu".
Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru bisa ditemukan banyak istilah ini dengan keterangan pelengkapnya, seperti saudara palsu, rasul palsu, guru palsu, Mesias palsu.
Ini menunjukkan bahwa "orang-orang palsu" itu memang merupakan sebuah kenyataan yang tak dapat disangkal.
Baca juga: Renungan Harian Katolik, Selasa 22 Juni 2021: Anjing dan Babi
Kalau Yesus memperingatkan, "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas" (Mat 7:15); hal itu jelas bahwa Yesus mengasumsikan adanya orang-orang seperti itu.
Yesus memperingatkan para pengikut-Nya karena nabi-nabi palsu itu memang ada.
Kata-kata peringatan Yesus itu aktual sepanjang masa.
Malah dengan bertambahnya penghuni planet bumi ini, bertambahlah pula jumlah orang-orang palsu, yang menyamar sebagai domba, padahal mereka adalah serigala.
Baca juga: Renungan Harian Katolik, Senin 21 Juni 2021: Lihatlah Titik Putih
Peringatan Yesus akan bahaya nabi-nabi palsu, mengandung satu asumsi lain lagi, yakni adanya satu tolok ukur obyektif untuk mendeteksi kebohongan, kelicikan mereka.