Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Selasa 22 Juni 2021: Anjing dan Babi

Bagi sebagian orang, daging yang paling enak adalah daging babi dan anjing. Di Kupang tersedia daging sei babi yang kini mendunia.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik, Selasa 22 Juni 2021: Anjing dan Babi (Matius 7:6.12-14)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Bagi sebagian orang, daging yang paling enak adalah daging babi dan anjing.

Di Kupang tersedia daging sei babi yang kini mendunia. Di Medan ada BPK alias Babi Panggang Karo yang sangat nikmat dan dicari banyak orang.

Saat kumpul dan makan bersama, terkadang terdengar bisikan di telinga, "Pastor, itu B1 atau RW lho" istilah untuk daging anjing, yang disedikan sebagai menu spesial tak tertandingi.

Di kampung-kampung, banyak keluarga berternak babi. Tak selalu untuk dijual nantinya guna membiayai studi anaknya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Senin 21 Juni 2021: Lihatlah Titik Putih

Tapi babi termasuk hitungan dalam berbagai urusan adat, seperti belis, peletakan batu pertama, dsb.

Sedangkan anjing menjadi penjaga rumah yang setia, pun menjadi teman di kala sang pemilik berangkat dan seharian bekerja di ladang.

Di ranah Minang, banyak lelaki terlihat begitu telaten merawat anjingnya.

Apalagi bila sang anjing telah terkenal sebagai jagoan ulung dalam berburu babi hutan (celeng).

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Senin 21 Juni 2021: Kasihilah Tuhan Allahmu dan Kasihilah Sesamamu Manusia

Seberapa berarti dan pentingnya babi dan anjing, dalam hidup bersama dan mungkin terbanyak di jalanan, ungkapan "babi lu!" atau "anjing!" sering terlontar dari mulut orang yang jengkel dan marah.

Itu ungkapan yang berkonotasi negatif. Tak tahu kenapa, kata "babi" dan "anjing" menjadi luapan kemarahan atau dianggap menistakan martabat orang.

"Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu" (Mat 7:6).

Ini ucapan Yesus dalam kotbah-Nya di bukit kepada para murid.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Minggu 20 Juni 2021: Badai Pasti Berlalu!

Siapa "anjing" dan "babi" itu? Apa yang dimaksud dengan barang kudus dan mutiara?

Sudah barang tentu Yesus tak memaksudkan anjing peliharaan yang dirawat dan disayang, yang berperilaku setia, melainkan anjing-anjing liar, yang berkeliaran di jalan-jalan, yang hidupnya dari mengais-ngais tong sampah.

Begitupun babi yang dimaksudkan-Nya adalah yang dianggap haram bagi orang Yahudi.

Belum dihitung kesenangannya mengorek-ngorek lumpur dengan moncongnya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Sabtu 19 Juni 2021: Jangan Khawatir!

Maka, predikat "babi" dan "anjing" itu pasti ditujukan kepada orang-orang yang bertabiat jelek, berkebiasaan jorok.

St. Petrus mengungkapkan karakter, tabiat orang-orang seperti itu lewat peribahasa, "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya" (2 Ptr 2:22).

Menurut tulisan yang diatributkan kepada St. Yohanes Chrysostomus, sebagaimana dikutip dalam "Catena Aurea, ed" St. Thomas Aquinas, “… Tuhan memerintahkan kepada kita untuk mengasihi musuh-musuh kita dan untuk berbuat baik kepada mereka yang menentang kita.

Dari sini, para imam tidak perlu terbebani untuk membagikan juga hal-hal ilahi kepada mereka.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Jumat 18 Juni 2021: MATAMU PELITA TUBUH

Ia berkata…, “Janganlah memberikan apa yang kudus kepada anjing”, maksudnya adalah untuk mengatakan bahwa, Aku memerintahkan kamu untuk mengasihi musuh-musuhmu dan berbuat baik kepada mereka dari benda-benda milikmu yang bersifat sementara, tetapi bukan dari benda-benda rohani-Ku, tanpa pembedaan.

Sebab mereka adalah saudara-saudaramu menurut kodrat, tetapi tidak menurut iman, dan Tuhan memberikan benda-benda yang baik di kehidupan ini secara merata kepada mereka yang layak dan tidak layak, namun tidak demikian halnya dengan rahmat-rahmat rohani.”

“Apa yang kudus” menandai Baptisan, rahmat dari tubuh Kristus dan sejenisnya, tetapi misteri-misteri kebenaran adalah yang dimaksudkan dengan mutiara. Sebab sebagaimana mutiara diselubungi dengan cangkang dan terletak di kedalaman laut, demikianlah misteri-misteri ilahi yang diselubungi dengan kata-kata tersimpan dalam arti yang mendalam dari Kitab Suci".

Kita sering mendengar dan mengalami peristiwa di mana orang mempertanyakan inti iman kita seperti tertuang dalam Kitab Suci, tentang kehadiran Tuhan yang nyata dalam Hosti Kudus (real presentia).

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Kamis 17 Juni 2021: Doa Bapa Kami

Barangkali hati kita terganggu dengan itu.

Kita kembali berpegang pada ucapan Yesus yang pasti tetap relevan, "Janganlah memberi apa yang kudus kepada anjing dan janganlah melemparkan mutiara kepada babi".

Tak ada faedahnya, karena anjing akan kembali ke muntahnya dan babi akan kembali ke kubangannya.

Bagi kita, paling penting adalah menjaga diri pribadi kita agar tetap layak untuk menerima kehadiran yang kudus dalam diri kita.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Rabu 16 Juni 2021: Derma, Doa, Puasa

Doa ini kiranya terus bergema dan menjiwai kita, "Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang kepada saya, tetapi bersabdalah maka saya akan sembuh."*

Berikut video renungan harian Katolik:

Renungan harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved