Sr.Esto Mengaku: Anak-Anak Terus Gelisah Minta Kepastian Pulang Kampung
Sr.Estochia, SSpS, Koordinator Truk-F mengaku membangun koordinasi dengan Tim Polda NTT dalam rangka kepastian hukum kasus 17 anak
Penulis: Aris Ninu | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | MAUMERE-Sr.Estochia, SSpS, Koordinator Truk-F mengaku terus membangun koordinasi dengan Tim Polda NTT dalam rangka kepastian hukum kasus eksploitasi 17 anak yang bekerja di empat tempat hiburan malam ( THM) di Kota Maumere, Kabupaten Sikka.
Kepastian kasus itu diperlukan karena dari hari ke hari para korban mulai gelisah ingin secepatnya pulang kampung.
"Maka itu saya akan terus koordinasi dengan Polda NTT termasuk dengan semua jaringan yang menangani masalah anak di Indonesia. Langkah koordinasi ini dalam rangka mempercepat penanganan karena anak-anak ingin pulang dan tidak mau berlama-lama di TRUK F. Saya sudah kontak dan koordinasi semua LSM dan pemerhati agar bisa membantu kasus diproses," kata Sr.Esto, nama panggilan Sr.Estochia saat dihubungi POS-KUPANG.COM di Maumere, Minggu (20/6/2021) siang.
Baca juga: Di Sikka NTT, Belasan Anak Dibawah Umur Ditemukan Bekerja di Tempat Hiburan Malam
Baca juga: Ditugaskan Menangkap Pencuri Polisi Ini Malah Menembak Wanita di Tempat Hiburan Malam, Ini Ceritanya
Ia menjelaskan, Tim Polda NTT saat koordinasi telah menyampaikan akan ke Maumere lagi dan masih menggelar perkara atas kasus eksploitasi anak di Maumere.
"Polda NTT menurut Tim Penyidik masih melakukan gelar perkara tapi kami desak kasusnya dipercepat," papar Sr.Esto.
Ia menegaskan, langkah penutupan 4 THM harus diikuti dengan percepatan penanganan kasus biar para korban secepatnya dipulangkan ke kampung halaman mereka. Sebelumnya, Pemkab Sikka telah menutup empat tempat hiburan malam (THM) yang mempekerjakan anak dibawah umur.
Baca juga: 4 THM Yang Pekerja Anak Dibawah Umur di Sikka Ditutup Pemerintah
Baca juga: Ekonomi Keluarga Picu Anak Dipekerjakan di THM Maumere
Penutupan itu karena adanya proese hukum yang sedang berlangsung di Polda NTT.
Pengusutan kasus eksploitasi anak ini terungkap usai Tim Polda NTT melakukan operasi di empat THM, Senin (14/6/2021) malam.
Dalam operasi itu ada 17 pekerja yang masih dibawah umur dan dua diantaranya sedang hamil alias berbadan dua.
"Sesuai perintah Bupati Sikka kami langsung menutup 4 THM karena adanya kasus eksploitasi anak. Bupati Sikka dengan tegas menutup empat tempat tersebut karena mempekerjakan 17 anak dibawah umur di Kabupaten Sikka," kata Kasat Pol PP Sikka, Buang da Cunha kepada wartawan di Maumere, Jumat (18/6/2021) sore.
Ia menjelaskan, empat THM yang ditutup yakni Pub L, Sa, Bi dan TN. "Kita tutup sementara. Penutupan ini dikarenakan berdasarkan operasi dari Subdit IV Remaja, Anak dan Wanita (Renakta) Ditreskrimum Polda NTT berhasil mengungkap kasus eksploitasi 17 anak dibawah umur yang dipekerjakan di empat THM. Kita tutup sementara ini atas perintah Bupati Sikka. Empat THM ini Mereka dilarang beroperasi sambil menunggu proses hukum yang dilakukan oleh Polda NTT," kata Kasat Buang.
Ia mengungkapkan, empat THM ini sudah memiliki izin operasional. Akan tetapi ada dugaan pidana yang dibuat dengan memperkerjakan anak dibawah umur sehingga ditutup sementara.
"Jadi untuk sementara empat THM itu dilarang beroperasi. Kita tetap melakukan pengawasan terhadap empat THM," tegas Kasat Buang.
tandas Sementara itu, Kapolres Sikka AKBP. Sajimin saat dimintai tanggapan oleh wartawan mengatakan, kasus eksploitasi anak itu sedang ditangani oleh Polda NTT.
"Tadi Kapolda NTT perintah untuk empat THM itu ditutup. Sambil menunggu proses hukum yang dilakukan oleh Polda NTT," tegas Kapolres Sajimin.
Ia mengingatkan apabila ke depannya ada pemilik yang memperkerjakan anak dibawah umur pasti kena pidana.
"Kita lihat ke depannya. Kasus ini masih ditangani oleh Polda NTT. Jadi kedepannya semua THM kita akan tertibkan," paparnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Aris Ninu)