Begini Suasana Perang Saudara di Timor Leste Jelang Masuknya Indonesia, Situasi Tak Terkendali

Sementara kemerdekaan yang diproklamirkan 9 hari sebelumkedatangan pasukan Indonesia dilakukan sepihak oleh Fretelin yang beraliran kiri

Editor: Alfred Dama
istimewa
Krisis Timor Leste 

POS KUPANG.COM -- Kedatangan Indonesia yang diawali dengan invasi Pasukan TNI ke Timor Leste dilakukan saat negara itu dalam keadaan perang saudara hebat

Ribuan warga Timor Leste diketahui sudah lari dan mengungsu ke wiayah Indonesia di Kabupaten Belu

Sementara kemerdekaan yang diproklamirkan 9 hari sebelumkedatangan pasukan Indonesia dilakukan sepihak oleh Fretelin yang beraliran kiri

Uni Democratic Timor (UDT) merupakan salah satu partai Timor Leste yang terbantuk di akhir pendudukan Portugis di Bumi Lorosae

UDT adalah partai pertama yang didirikan di Timor Leste , yaitu pada 11 Mei 1974, setelah Revolusi Anyelir di Portugal.

Baca juga: Rakyat Timor Leste Berharap Jadi Negara Minyak Kaya Hanya mimpi, Nyatanya Bakal Bangkrut Thn 2027

Baca juga: Dulu Bela Timor Leste Mati-matian, Kini Sosok Ini Balik Dukung Indonesia Soal Papua, Siapa?

Baca juga: Perjuangan Perempuan Timor Leste Tak Diakui Negara, Susah Payah Curi Obat di Palang Merah 

Baca juga: Ramos Horta Dulu Berjuang Lepaskan Timor Leste dari Indonesia, Kini Bela RI Sebut Papua Tetap NKRI

Awalnya mendukung hubungan lanjutan dengan Poertugis, tapi kemudian pada bulan Januari 1975, UDT membentuk aliansi dengan partai Timor Leste lainya, yaitu Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente ( Fretilin ) yang lebih sayap kiri, untuk berjuang menuju kemerdekaan.

Namun, aliansi dua partai Timor Leste tersebut hanya mampu bertahan kurang lebih selama 5 bulan, sebelum salah satunya membelot, mendukung integrasi dengan Indonesia.

Menjelang bubarnya aliansi tersebut, ada tuduhan bahwa Fretilin tidak melakukan kontrol atas anggotanya yang lebih ekstrim.

Di sisi lain, para pemimpin UDT seperti Francisco Lopes da Cruz telah mengadakan pertemuan dengan BAKIN, intelijen militer Indonesia saat itu, menandakan kekhawatiran Indonesia tentang kemerdekaan Timor Leste di bawah kendali Fretilin.

Setelah UDT melakukan kudeta terhadap pemerintah Portugis dan perang saudara selama tiga bulan meletus, banyak politisi dan pendukung UDT lari melintasi perbatasan dan menandatangani petisi tentang penggabungan Timor Timur ke Indonesia.

Sementara sebagian besar loyalis UDT menolak tawaran itu karena akan dianggap sebagai pengkhianatan terhadap ideologi dan kepercayaannya sendiri terhadap negara.

Selain aliansi dengan Fretilin bubar, penandatanganan petisi itu juga memecah internal UDT sendiri.

UDT terpecah menjadi dua faksi, sebagian memutuskan untuk berpihak pada Asosiasi Demokratik Rakyat Timor ( APODETI ) -yang pro integrasi dengan Indonesia- untuk menyerukan pencaplokan Indonesia.

Sementara UDT lainnya memutuskan untuk mengambil keputusan berperang melawan pasukan invasi Indonesia.

Atau memutuskan untuk meninggalkan Timor untuk mencari bantuan dan membuat kongres dengan Fretilin di Australia dan Portugal untuk menuju kemerdekaan.

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved