Para Guru Besar Dorong Doktor di Undana Kupang Raih Profesor
Pihaknya berharap, kegiatan tersebut bisa menyemangati para doktor untuk berjuang menjadi guru besar.
Para Guru Besar Dorong Doktor di Undana Kupang Raih Profesor
POS-KUPANG.COM | KUPANG - Dalam rangka mempersiapkan sumber daya pengajar yang handal dan berdaya saing, para guru besar di Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk berkomitmen mendorong sejumlah doktor di kampus tersebut meraih gelar profesor di bidangnya masing-masing.
Para guru besar tersebut, di antaranya Prof. Dr. Mien Ratoe Oedjoe, M. Pd (Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/FKIP), Prof. Ir. Herianus D. Lalel, M. Si., Ph. D (Guru Besar Fakultas Pertanian/Faperta), Prof. Dr. Yosep Seran Mau, M. Sc., Ph. D (Guru Besar Faperta).
Pasalnya, Undana pernah memiliki guru besar aktif hingga 27 orang.
Baca juga: Mahkamah Agung Putuskan Undana Berhak atas Tanah Seluas 100 Hektar
Namun, saat ini guru besar aktif tersisa 17 orang.
Hal itu terungkap pada acara bertajuk, “Berbagi Pengalaman dan Pendampingan Calon Guru Besar di Undana” yang digelar di Gedung Bioscience Undana, Kamis 20 Mei 2021.
Moderator acara sekaligus inisiator kegiatan, Prof. Ir. Herianus D. Lalel, M. Si., Ph. D, menegaskan, pihaknya sangat mendukung para doktor yang saat ini tengah berjuang guna meraih gelar profesor.
Menurutnya, perekrutan tenaga dosen di Undana pun saat ini jarang dilakukan, sehingga upaya mempertahankan para tenaga pendidik, salah satunya dengan cara mendorong para dosen yang bergelar doktor untuk meraih profesor.
“Jika tidak, maka siapa yang akan bayar biaya para dosen jika kemudian akan diperpanjang kontrak. Kalau terdapat doktor yang mengurus kepangkatan sampai guru besar, maka itu menjadi kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri,” ujar Prof. Heri.
Baca juga: Dukung Kebijakan Mendikbudristek Soal MBKM, LRT Undana Lakukan Penjajakan dengan LSP JMKP
Pihaknya berharap, kegiatan tersebut bisa menyemangati para doktor untuk berjuang menjadi guru besar.
Dalam kegiatan tersebut, Prof. Heri dan sejumlah guru besar ikut meyakinkan dan membantu para dosen untuk tidak melewatkan sejumlah program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Pendidikan Tinggi.
“Ada banyak program dari kementerian, sehingga para dosen juga didorong untuk mengikuti kegiatan, termasuk memperbaiki artikel, menulis buku, review artikel atau berkaitan dengan finansial dan lainnya,” tukasnya.
Menurutnya, Undana sebagai rumah bersama, sehingga perlu upaya saling mendukung dalam mempersiapkan sumber daya pengajar yang handal dan mumpuni.
Sebelumnya, Prof. Dr. Mien Ratoe Oedjoe, M. Pd (Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan/FKIP), dalam kegiatan tersebut mengisahkan pengalaman dan suka duka ketika mengikuti sejumlah program dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Pendidikan Tinggi, baik di dalam maupun luar negeri.
Baca juga: Undana Segera Buka Pendaftaran Jalur Mandiri 2021, Simak Isi Pengumumannya
Pada kesempatan itu, pihaknya ikut menyemangati para doktor agar mengikuti seluruh proses profesorsip guna meraih gelar guru besar.
Salah satunya adalah meningkatkan semangat menulis dan meneliti bagi kalangan dosen.
Ia juga mendorong agar para dosen menulis bahan ajar, diklat, modul maupun disertasi agar dijadikan buku.
Aktivis peduli gender ini memotivasi para dosen agar membuka jejaring seluas-luasnya agar ketika mendapat kesulitan, maka jejaring tersebut bisa dimanfaatkan untuk menemukan solusi.
Di akhir motivasinya, mantan anggota DPRD NTT itu meminta dosen agar jangan takut berjuang meraih guru besar.
Prof. Drs. Yosep Mau, M. Sc., Ph. D (Guru Besar Faperta) pada kesempatan itu menyoroti sejumlah persyaratan terbaru untuk meraih gelar professor.
Salah satu syarat khusus adalah harus melalui fatwa dari guru besar disiplin ilmu yang sama di kampus lain di Indonesia.
Selain menerbitkan publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi, calon guru besar juga bisa menyodorkan karya lain yang fenomenal bisa berupa inovasi teknologi, karya tulis, karya seni dan lainnya.
Aturan tambahan lain, jelas Prof Yosep, yakni dosen pernah mendapatkan hibah penelitian senilai Rp 100 juta sebelumnya.
Namun, setelah direvisi, hibah dari Pemda pun bisa dimasukan.
Yang penting, menurut Guru Besar Ilmu Tanaman ini adalah tanda tangan kontraknya dan lainnya.
“Dosen pernah membimbing mahasiswa S-3 atau menguji mahasiswa S3, dan menjadi reviewer pada dua jurnal bereputasi. Ini sebelumnya tidak ada, tetapi waktu saya mengusul, ini sudah diminta,” bebernya.
Kendati demikian, pihaknya juga mendukung para doktor di Undana agar bahu-membahu meraih gelar doktor.
Prof. Ir. Henderina Beli, M.S i., Ph. D (Guru Besar Fakultas Peternakan), pada kesempatan itu ikut memotivasi para dosen.
Menurutnya, guru besar sebagai pangkat tertinggi yang bisa dicapai para doktor. Ia mengisahkan, sejak dulu ia pernah tidak mau ketika didorong untuk lanjut studi doktor, bahkan hingga professor.
“Jangan sebut, ini kebetulan. Dulu, saya tidak mau, tetapi ini bukan kebetulan. Saya berterima kasih kepada Tuhan, diberi kesempatan sampai saat ini,” ujar Prof. Heni.
Menurutnya, raihan doktor atau professor bukanlah sebuah capaian belaka, tetapi di balik itu ada proses penting yang bisa dijadikan sebagai pengalaman dan rekam jejak seorang dosen.
Baca juga: Peduli Bencana di NTT, Universitas Sebelas Maret Serahkan Donasi Rp 50 Juta Melalui Undana Kupang
Menjadi guru besar, sambung Prof. Heni, tidak dinilai dari kepintaran belaka, tetapi kepribadian dan personality guru besar lebih penting.
“Orang menghargai kita bukan karena kepintaran kita, tetapi kepribadian kita. Mudah-mudahan kita dekat orang lain bisa membawa damai sejahtera, sehingga orang bisa merasa senang. Itulah ciri dari profesor dan doktor,” tandasnya.
Untuk diketahui, pada kesempatan itu, hadir sejumlah doktor yang tengah berupaya meraih guru besar, di antaranya Dr. Ir. Doppy Roy Nendisa, MP, Dr. Basri, Dr Jefry Bale, M. Eng, dan sejumlah dosen lainnya yang ikut secara virtual melalui zoom meeting (rfl/humas undana/pol).