Keracunan Pangan di Manggarai Timur Penyebabnya Masih Misteri, Simak Cerita Para Korban
Peristiwa keracunan pangan di Manggarai Timur penyebabnya masih misteri, simak cerita para korban
Penulis: Robert Ropo | Editor: Kanis Jehola
Peristiwa keracunan pangan di Manggarai Timur penyebabnya masih misteri, simak cerita para korban
POS-KUPANG.COM | RUTENG----Ratusan warga menjadi korban keracunan pangan saat menghadiri acara kenduri (salah satu bagian dari rangkaian acara kematian) dari salah satu Warga di Watu Cie, Kelurahan Nggalak Leleng, Jumat (30/4/2021) lalu. Terkait peristiwa ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Timur sudah menetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) Keracunan Pangan berdasarkan surat Penetapan KLB Keracunan Pangan dengan nomor UM.090/Dinkes/858/V/2021 yang ditanda tangani oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Timur, dr Surip Tintin.
Namun terkait apa yang menjadi penyebabnya hingga saat ini masih misteri. Pihak Dinas Kesehatan bersama BPOM sudah mengambil sampel makanan yang dikonsumsi para korban untuk diuji di laboratorium guna mengetahui penyebabnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, dr Surip Tintin kepada POS-KUPANG.COM, Selasa (4/5/2021) mengatakan, saat ini Sampel makanan masih diperiksa di Laboratorium BPOM Kupang.
Baca juga: Sejarah Lengkap Perayaan Waisak Umat Buddha Serta Makna Terdalamnya, Wajib Tahu Ya
Baca juga: Kapolres Sikka Pimpin Rakor Persiapan Operasi Ketupat 2021
Kabag Prokopim Setda Manggarai Timur, Jefrin Haryanto, kepada POS-KUPANG.COM, mengatakan, semua komponen makanan yang dikonsumsi warga di lokasi acara tersebut. Adapun sampel makanan yang diambil itu, berupa air baku untuk memasak, air minum, nasi, mie, kerupuk sup kacang, olahan daging, saus dan kecap.
Jefrin juga mengatakan, termasuk tim juga melihat kondisi lingkungan, sanitasi, tempat masak, tempat penyajian, feses dan bekas muntahan para korban untuk diuji di laboratorium.
Untuk penangan terhadap korban kerancunan pangan ini, Kata Jefrin, Pemkab Manggarai Timur, telah membangun dapur umum. Dapur umum dibangun guna fungsi koordinasi ketika ditetapkan sebagai KLB.
Yang terlibat di dalam dapur umum itu dari berbagai Instansi terkait yakni, ada Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, BPBD, Pemerintah Kecamatan dan PMI Kabupaten Manggarai Timur.
Baca juga: Berita Viral Hari, Mesum di Kuburan China, Terekam Cewek tak Pakai Celana: Malu Jangan Video Om
Baca juga: Kirim Via WA Hingga Telegram, 25 Ucapan Waisak 2021 Ini Pas Banget Buat Doi & Keluarga, Cobain Yuk
Selain itu, kata Jefrin, dalam penangan kasus itu juga tetap mengikuti Protokol Covid-19 dimana selalu di semporatkan cairan disinfektan di tempat-tempat atau fasilitas publik di lokasi tempat perawatan para korban guna mencegah penyebaran Covid-19.
Jefrin menjelaskan, data sementara sebanyak 145 orang warga korban keracuan pangan itu yang saat ini sedang dirawat. Dengan rincinan yang dirawat di RSUD Ruteng sebanyak 13 orang, Puskesmas Mano sebanyak 47 orang, Klinik Wejang Asih 34 orang, rawat di Rumah 47 orang, Puskesmas Lengko Ajang 3 orang, Puskesmas Colol 2 orang. Sedangkan 15 orang korban lainya dinyatakan sembuh dan 1 orang korban yang dirawat di RSUD Bajawa meninggal dunia.
Jefrin menjelaskan, satu orang warga yang meninggal dunia itu bernama Adrianus Rasi (13) asal Wukir, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur.
Pasien tersebut meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD Bajawa, Kabupaten Ngada, Selasa (4/5/2021).
Jefrin menjelaskan kronologisnya, almahrum mengikuti kegiatan misa kenduri dan terdata sebagai salah satu korban Keracunan Pangan pada hari Sabtu tanggal 1 Mei 2021 Pukul 17.00 Wita.
Kemudian Tim Puskesmas segera melakukan evakuasi dari rumah ke Puskesmas tetapi ditolak oleh pasien dan selanjutnya terapi obat oleh Tenaga Kesehatan. Pada hari Minggu tanggal 2 Mei 2021 pagi ,pasien memaksa pulang ke Wukir tanpa sepengetahuan petugas Puskesmas.
Senin tanggal 3 Mei 2021 pukul 09.00, pasien dibawa ke Puskesmas Wukir dibawa dalam keadaan dehidrasi berat dan saat itu juga Tim Puskesmas Wukir memaksa pasien untuk segera dirujuk ke RSUD Bajawa, tetapi keluarga menolak.