Mukjizat di Balik Bencana, Masalah Adalah Berkat, Pensiunan Guru di Adonara Sembuh dari Stroke

Di balik bencana alam di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT yang menelan 72 korban jiwa, ada saja kejadian di luar logika dialami beberapa kor

Editor: Ferry Ndoen
POS-KUPANG.COM/AMAR OLA KEDA
Drs. Hendrikus Hengki Boi, warga Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur yang sembuh dari sakit setelah berusaha menyelamatkan diri dari banjir bandang 

Mukjizat di Balik Bencana, Masalah Adalah Berkat, Pensiunan Guru di Adonara Sembuh dari Stroke

POS-KUPANG.COM,ADONARA- Di balik bencana alam di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT yang menelan 72 korban jiwa, ada saja kejadian di luar logika dialami beberapa korban selamat saat badai di malam Paskah itu.

Selain bocah dua tahun bernama Selo yang ditemukan selamat, mukjizat juga dialami oleh seorang pensiunan guru di Desa Waiburak, Drs. Hendrikus Hengki Boi. 

Hendrik yang mengalami stroke dan tidak mampu berjalan sejak Maret 2020 lalu, kini sembuh total dan berjalan seperti sediakala.

Kepada wartawan, Kamis (22/2/2021), Hendrik yang dipercayakan sebagai koordinator posko pengungsian SDI Waiwerang ini menuturkan, sekitar bulan Maret 2020, ia terserang sakit dan tak mampu berjalan hingga memasuki masa pensiunnya pada 1 Oktober 2020. 

Sejak saat itu, ia hanya mampu duduk dan tertidur lesu di rumahnya persis di samping Puskesmas Waiwerang. Jangankan berjalan, untuk ke kamar mandi saja, ia harus digendong sang istri.

Baca juga: Pimpinan DPR RI Mengaku Agak Tegang Disuntik Dendritik Imunologi Nusantara : Seperti Digigit Semut 

"Saya memang stroke berat, sudah hampir setahun. Kalau mau ke MCK harus ditatih. Apalagi kalau lama di MCK, harus digendong," ujarnya.

Di malam kejadian, ia sendirian di rumah. Istri dan anak-anaknya pergi ke Larantuka merayakan pesta Paskah di rumah orangtua. 

Malam itu, sungguh mencekam. Hujan disertai angin kencang membuat listrik padam. Gelap dan sepi. Jaringan telepon pun tiba-tiba hilang.

Sekitar pukul 23.30, wita, ia mendengar gemuruh dari sungai yang tak jauh dari rumahnya. Ia pun berusaha untuk tetap tidur dalam kegelapan. Namun, ia semakin gelisah mendengar suara gemuruh yang semakin membesar. 

Hingga pukul 01.30 wita, ia memutuskan bangun dan berdoa. Setelah berdoa, ia mendengar jeritan minta tolong dari tetangga rumahnya. Ia berusaha bangkit dari tempat tidur menuju jendela rumah. Ia semakin panik saat melihat rumah tetangganya sudah hanyut terbawa banjir. 

"Dalam ketakutan saya berdoa, Tuhan, jika mau memberi cobaan, saya mohon jangan lewat batas kemampuan saya," begitu doa saya.

Dalam kegelapan, ia melihat warga lain berlarian menyelamatkan diri. Ia berusaha tenang di rumahnya, karena kondisi fisiknya yang membuat ia pasrah. Namun, melihat dinding rumahnya yang jebol dihantam batu, spontan, ia lompat dari rumah dan berlari ke luar halaman. 

"Di luar sudah penuh dengan air, lumpur dan batu serta kayu-kayu besar. Saya sempat berpikir, apakah saya sembuh? Saya berusaha terus berlari di tengah air, tapi sudah tidak kuat, saya jatuh. Tiba-tiba ada tetangga yang datang menolong saya. Dia tarik tangan saya berlari," kenangnya.

"Saya bersyukur, dalam posisi itu Tuhan memberi tetangga untuk selamatkan saya. Syukur sampai hari ini saya bisa jalan normal," sambungnya.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved