Warga Lewoleba Panik dan Lari ke Bukit Dua Warga Meninggal

Warga Lewoleba, Kabupaten Lembata lari berhamburan ke luar rumah menuju ke wilayah bukit Lusikawak, daerah ketinggian

Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA
Warga Lewoleba berada di puncak panti asuahan Komak, setelah mendengar berita hoax adanya tsunami. 

Dia pun kemudian mendapatkan informasi resmi dari BMKG kalau gejala alam tersebut tidak mengakibatkan tsunami.

"Masalahnya nanti kalau kita bilang betul (karena) hoax, sewaktu-waktu nanti ada gejala (alam) lagi, tapi sudah diinfokan, malah akan timbul masalah baru lagi," katanya.

Kapolres Yoce menyebutkan peristiwa semalam belum bisa disebut akibat adanya penyebar kabar bohong (hoax), karena sebelumnya sudah ada gejala-gejala alam seperti dentuman, gemuruh dan erupsi dari gunung Ile Lewotolok.

"Kecuali tidak ada gejala-gejala (alam), lalu tiba-tiba langsung bilang (ada tsunami), nah itu yang akan kita tindak lanjuti," paparnya.

Lebih lanjut, dia menerangkan pada saat kejadian itu, pihaknya sudah menimbau warga yang sudah berada di puncak Lusikawak dan daerah ketinggian lainnya untuk kembali ke rumah masing-masing.

Dia mengimbau supaya warga juga tetap waspada karena bencana alam sewaktu-waktu bisa saja terjadi. Namun, jangan ketakutan berlebihan. Kalau ingin menyelematkan diri maka harus pastikan semuanya aman (safety) supaya tidak membahayakan diri sendiri dan keluarga.

Akibat kejadian semalam, tambahnya, dua warga dinyatakan meninggal dunia karena ditabrak kendaraan dan satunya terjatuh hingga meninggal dunia.

Pada malam kejadian tersebut, sebuah mobil patroli Polres Lembata berkeliling kota dan mengimbau supaya warga kembali ke rumah dan tidak panik dengan informasi yang beredar tersebut.

Waspada Perubahan Suhu

Isu tsunami menghebohkan warga Lewoleba, ibukota Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur pada Jumat (16/4) malam. Akibat kabar itu, warga di wilayah tersebut panik dan berusaha menyelamatkan diri ke wilayah yang berada di ketinggian.

Kabar tsunami atau air laut naik -dalam istilah masyarakat setempat, beredar dengan cepat di masyarakat sekira pukul 23.30 Wita. Kabar yang tak jelas sumbernya itu dengan cepat menyebar beberapa menit pasca dentuman dan gemuruh dari Gunung Ile Lewotolok pada pukul 23.00 Wita.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari Kupang, Agung Sudiono Abadi, S.Si yang dikonfirmasi Pos Kupang membantah hal itu.

"Tidak, tidak ada itu tsunami," ujar Agung Sudiono Abadi Sabtu (17/4).

Agung mengatakan, berdasarkan prakiraan, tidak ada kenaikan air laut atau tsunami di wilayah NTT.

Hal yang harus diwaspadai masyarakat, kata Agung, adalah kenaikan suhu udara pada siang hari. Dalam dua hari terakhir, suhu udara siang hari bisa mencapai 34 derajat Celsius.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved