Warga Lewoleba Panik dan Lari ke Bukit Dua Warga Meninggal

Warga Lewoleba, Kabupaten Lembata lari berhamburan ke luar rumah menuju ke wilayah bukit Lusikawak, daerah ketinggian

Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA
Warga Lewoleba berada di puncak panti asuahan Komak, setelah mendengar berita hoax adanya tsunami. 

Agus Elan, anak kandung korban menyebutkan saat hoax itu merebak, dirinya langsung ke rumah orangtuanya untuk mengecek keberadaan bapak dan ibunya.

"Tapi saat itu rumah kosong sehingga saya mencari di jalan sebelah rumah, saya dapati mama sudah terjatuh" ujar Agus Elan kepada wartawan di rumah duka, Lewoleba Selatan, Sabtu (17/4).

Kata Agus, ibunya shock saat terjatuh sehingga langsung dilarikan ke rumah sakit Bukit Lewoleba. Nyawa ibunya pun tak tertolong.

Disaksikan Pos Kupang, tak hanya warga Kota Lewoleba saja, para pengungsi banjir bandang dan longsor dari kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur di posko pengungsian dan di rumah-rumah warga juga ikut berlarian.

Warga menyelamatkan diri dalam kepanikan ke arah Bukit Lusikawak, Komak, dan Waikomo dan wilayah ketinggian lainnya. Ratusan kendaraan roda dua dan roda empat memenuhi jalanan ke arah puncak.

Arnold, warga Kota Baru Lewoleba, menyebutkan ruas jalan Sengsara menuju ke arah Kejaksaan Negeri Lembata dan Pengadilan Negeri Lembata di Puncak Lusikawak macet dan dipenuhi kendaraan dan warga yang menyelematkan diri.

Warga baru berangsur kembali ke rumah masing-masing sekitar pukul 02.00 Wita dini hari, Sabtu (17/4) setelah mendapat informasi resmi dari Pemda Lembata dan Polres Lembata kalau informasi tersebut bohong (hoax).

Perhimpunan Mahasiswa Lembata (PERMATA) Kupang meminta aparat kepolisian Polres Lembata mengusut penyebar berita bohong tentang adanya tsunami di wilayah Lewoleba, yang akhirnya memakan korban jiwa.

Ketua Permata Kupang, Hendrikus H Langoday mengatakan informasi yang telah disebarkan telah membuat masyarakat berhamburan mencari tempat ketinggian. Berita bohong yang telah disebarkan telah merenggut dua orang korban jiwa yang diketahui merupakan pengungsi dari kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur.

Dentuman dari Ile Lewotolok

Kapolres Lembata AKBP Yoce Marthen enggan menyebut peristiwa tersebut diakibatkan adanya oknum yang menyebarkan berita bohong (hoax).

"Kita coba lihat lagi masalah hoax atau tidak, dalam artian ini kan ada gejala-gejala alamnya ada, seperti gunungnya itu bergemuruh," kata Kapolres Yoce ditemui di Posko Bencana Alam Aula Kantor Bupati Lembata, Sabtu (17/4).

Erupsi gunung Ile Lewotolok ini menurutnya juga mempengaruhi gejala alam lainnya. Menurutnya, warga di Kota Lewoleba masih trauma dan takut dengan peristiwa bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini sehingga tentu menimbulkan kepanikan.

Gejala alam seperti gemuruh dan dentuman kuat dari gunung Ile Lewotolok itu dirasakan semua masyarakat dan itu bukan kejadian yang direkayasa. Gemuruh seperti inilah yang bisa berdampak pada gejala alam lainnya.

Hanya saja, semua pihak perlu mendapatkan informasi resmi dari lembaga yang berwenang dan berkompeten yakni BMKG apakah gemuruh tersebut akan berdampak pada gejala alam lainnya atau tidak.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved