Seminggu Petrus Menunggu Jasad Istri dan Tiga Anak di Waimatan

Petrus Pulang (49) yang kehilangan istri dan tiga orang anaknya di desa Waimatan, Kecamatan Ile Ape Timur

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
ISTIMEWA/POS-KUPANG.COM
Anggota Komunitas Pondok Ola Take di desa Waimatan, Kecamatan Ile Ape Timur berpose bersama untuk terakhir kalinya di lokasi wisata yang mereka ciptakan sendiri, yakni Pondok Ola Take. Sekretaris desa Waimatan Randius Rupa, salah satu dari mereka, meninggal dunia dan jasadnya belum ditemukan hingga kini 

POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA-Tak ada kata yang mampu melukiskan kesedihan Petrus Pulang (49) yang kehilangan istri dan tiga orang anaknya di desa Waimatan, Kecamatan Ile Ape Timur, pada Minggu (4/4/2021) yang lalu.

Petrus Pulang berhasil selamat karena pada malam nahas itu, dia sedang berada di kebun Parekwalang, jauh dari lokasi bencana.

Sementara, istri dan tiga orang anaknya terkubur longsor akibat banjir dari arah gunung Ile Lewotolok. Ketiganya diketahui berada di dalam rumah saat banjir dan longsor menerjang.

"Lebih baik mati daripada hidup sendiri begini. Sudah seminggu ini datang lihat di sini (lokasi bencana)," katanya saat ditemui di lokasi bencana desa Waimatan, Minggu (11/4/2021).

Baca juga: Satu Minggu Pasca Siklon Tropis Seroja: Kerja Keras PLN Pulihkan Listrik di NTT

Baca juga: Wakil Ketua BK DPRD TTS Bantah Lakukan Pelecehan Seksual Terhadap DLS

Sudah sepekan, Tim SAR Gabungan berjuang mencari sebanyak 26 korban di desa Waimatan yang terkubur longsor. Hingga hari Minggu kemarin, masih ada 8 korban yang belum ditemukan.

Empat di antaranya adalah istri dan tiga orang anak Petrus Pulang yakni Mama Rosa Mustika Beka (47), Randius Rupa (38), Katarina Wuto (15), dan Elizabeth Peni (12).

Setiap hari, bapak yang bekerja sebagai petani ini selalu datang ke lokasi pencarian, sembari berharap jasad istri dan anak-anaknya yang tertimbun longsor segera ditemukan Tim SAR Gabungan.

Di sana, dari pagi sampai petang hari, wajahnya kusut, matanya berkaca-kaca, memandang ke arah lokasi pencarian, ke arah rumahnya yang sudah lenyap tak berbekas. Bila ada keluarga dan kerabat yang menghampiri, Petrus langsung meratap tanpa banyak menjelaskan.

Baca juga: Telkomsel Kunjungi Wali Kota Kupang, Berikan Layanan Gratis untuk Warga Kota

Baca juga: Saat Serahterima Aset PT Pelindo III dan Lauching E-Book Kearsipan, Bupati Robby Motivasi Warganya

"Saat kejadian saya di kebun Parek Walang. Pagi baru saya tahu, anak saya di Jakarta telepon bilang rumah sudah tidak ada. Rumah itu kita bisa bikin tapi nyawa istri dan anak-anak itu tidak bisa," ujarnya menahan tangis.

Petrus punya 6 orang anak. Satu anak laki-lakinya kini bekerja di galangan kapal di Jakarta. Dua orang anak perempuan lainnya sudah berkeluarga dan menetap jauh dari desa Waimatan.

Karena selalu berkebun, dirinya selalu berada di pondok kebun di wilayah Parekwalang. Sesekali baru dia pulang kembali ke rumah.

"Saya selalu di sana, ada pondok, kadang-kadang baru ke rumah. Saya rencana hari Sabtu mau pulang tapi hujan-hujan jadi tidak jadi pergi," tandasnya.

Sudah seminggu, sejak musibah itu terjadi, Petrus tak berhenti berharap jenazah istri dan tiga orang anaknya bisa ditemukan. Kakinya masih tetap tegar berdiri. Namun, matanya selalu memandang kosong ke depan.

"Setiap hari saya menangis, tidak tahu mau berbuat apa," imbuhnya.

Salah satu anak Petrus yang jadi korban yakni Randius Rupa menjabat Sekretaris desa Waimatan. Pada malam musibah, dia justru diketahui pada masih melakukan koordinasi untuk selamatkan warga ke tempat yang aman.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved