Bencana Alam NTT
Dampak Buruk Badai Seroja, Puluhan Ijazah Siswa SDK 1 Lewotolok Hanyut Terbawa Banjir Ile Lewotolok
Gedung sekolah pun roboh dan rusak berat dihantam banjir yang turun dari Gunung Ile Lewotolok tersebut. Berkas-berkas para peserta didik pun
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM-LEWOLEBA-Gedung SDK 1 Lewotolok yang berada di desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape luluh lantak diterjang banjir dan longsor pada Minggu (4/4/2021) yang lalu. Kursi, meja, papan tulis dan semua fasilitas sekolah hanyut terbawa banjir.
Gedung sekolah pun roboh dan rusak berat dihantam banjir yang turun dari Gunung Ile Lewotolok tersebut. Berkas-berkas para peserta didik pun ikut hanyut.
Guru SDK 1 Lewotolok, Wenseslaus Kuma, menyebutkan sebanyak 27 ijazah milik siswa yang sudah tamat pada tahun 2020 dipastikan rusak dan hanyut terbawa banjir. Puluhan ijazah itu disimpan rapi di dalam laci meja miliknya yang juga hancur terbawa banjir.
"Ijazah yang belum ambil dengan buku raport itu habis tidak ada sisa lagi," sesal Wenseslaus saat ditemui di Waipukang, Minggu (11/4/2021).
Wenseslaus sendiri merupakan salah satu korban selamat dari banjir dampak dari Siklon Tropis Seroja tersebut. Bersama istri dan anak-anak, dia berhasil meloloskan diri saat 'air bah' mulai menerjang pemukiman warga.
Meskipun rumahnya tidak roboh, keputusannya untuk melakukan evakuasi terlebih dahulu adalah tindakan yang tepat sehingga mereka bisa selamat.
"Pertama yang saya selamatkan di rumah itu dokumen ijazah kami punya, bawa dulu," ujarnya.
Sementara itu, SDK 1 Lewotolok termasuk sekolah tua di wilayah Ile Ape. Namun, gedung sekolah itu dipastikan tak bisa digunakan lagi karena sudah hancur. Tak hanya itu, lima orang siswa SDK 1 Lewotolok juga turut jadi korban meninggal dunia. Empat orang sudah ditemukan. Tersisa 1 siswa yang masih dalam pencarian.
"Saya terharu, sedih, dan perasaannya campur aduk," ucapnya melihat gedung sekolah yang hancur.
Kini dipastikan, sebanyak 124 peserta didik dan 11 orang guru di sekolah tua tersebut harus mencari tempat baru untuk melakukan aktivitas belajar mengajar.
"SDK ini Termasuk sekolah tua di Lembata. Dulu siswa dari Tanjung, Waowala sampai Bungamuda itu sekolah di SDK ini," kata dia.
Seminggu Pasca Banjir Lembata, 22 Korban Belum Ditemukan, 46 Meninggal Dunia
BPBD Kabupaten Lembata melaporkan hingga Sabtu, 10 April 2021 atau seminggu pasca bencana banjir dan longsor, masih ada 22 korban yang belum ditemukan dan sebanyak 46 korban sudah ditemukan meninggal dunia.
Selain itu, akibat dari bencana dampak siklon tropis tersebut sebanyak 2345 warga mengungsi di 10 posko terpusat pemerintah dan 1317 warga mengungsi mandiri di rumah warga dan kebun-kebun. Total areal terdampak 224,23 hektar.
Baca juga: Ratusan Hektar Sawah di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur - NTT Rusak Diterjang Banjir Bandang
Dua desa dengan korban jiwa paling banyak yakni desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape yakni 29 orang, 19 orang sudah ditemukan meninggal dunia dan 10 orang masih dalam pencarian. Kemudian, di desa Waimatan, Kecamatan Ile Ape Timur, sebanyak 26 orang jadi korban, 15 orang ditemukan meninggal dunia dan 11 orang masih dalam pencarian. Di desa Tanjung Batu, terdapat 5 korban, 3 orang jadi masih dalam pencarian.
Di desa Waowala, ada 3 orang korban, 1 orang sudah ditemukan meninggal dunia, 2 orang masih dalam pencarian. Di desa Leudanung, ada 3 korban, 2 orang ditemukan meninggal dunia, 1 orang masih dalam pencarian. Di desa Lamawolo, 2 korban sudah ditemukan meninggal dunia.*)