Bencana Alam di NTT Tak Bisa Dikategorikan Sebagai Bencana Nasional, Begini Penjelasan Doni Monardo

Bencana alam yang melanda NTT akibat badai siklon Seroja, tak bisa dikategorikan sebagai bencana nasional, walau menimbulkan banyak korban jiwa.

Editor: Frans Krowin
Youtube/SCARIEST Natural Disasters Caught on Video - Part 1
Ilustrasi bencana banjir. 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Bencana yang menelan korban jiwa di Adonara, Kabupaten Flores Timur maupun di Ile Ape Kabupaten Lembata, serta daerah lain di NTT, tak bisa dikategorikan sebagai bencana nasional.

Meski bencana alam tersebut telah merenggut banyak nyawa, tetapi peristiwa itu tak bisa dijadikan sebagai bencana nasional.

Hal tersebut diungkapkan Kepala BNPB Doni Monardo secara virtual, Senin 5 April 2021.

Doni Monardo menjelaskan, status bencana darurat nasional terhadap peristiwa banjir bandang di Kabupaten Flores Timur dan Lembata itu,  belum diperlukan.

Pasalnya, sampai saat ini belum terjadinya kemandekan pada sistem pemerintahan di tingkat provinsi maupun daerah sebagai dampak dari bencana banjir bandang tersebut.

Doni mengatakan, status bencana darurat nasional hanya bisa diterapkan bila sistem pemerintahan mengalami kemandekan akibat bencana.

"Status bencana darurat nasional itu manakala kegiatan pemerintahan runtuh," tutur Doni saat konferensi pers virtual, Senin 5 April 2021.

Menurut Doni, kondisi pemerintahan di provinsi dan kabupaten/kota di wilayah terdampak banjir bandang di Flores Timur masih dapat berjalan.

Dengan begitu, tidak perlu adanya penetapan status bencana darurat nasional.

"Kami berpikir tidak perlu ada usulan untuk menentukan status bencana darurat nasional. Cukup daerah saja yang menetukan status bencana," kata Doni.

Baca juga: Keluarga Korban Bencana Kecewa, Belum Ada Bantuan Dari Pemda Lembata

Baca juga: Korban Bencana di NTT Dapat Santunan dari Pemerintah Meninggal Dunia Rp 15 Juta, Luka-luka Rp 5 Juta

Berdasarkan catatan BNPB, korban meninggal akibat banjir bandang dan bencana lainnya di sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu, 4 April 2021, mencapai 68 orang.

Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan 68 korban jiwa tersebar di empat kabupaten di NTT.

"Korban jiwa saat ini terdata 68 orang meninggal dunia dan angka ini masih sangat dinamis karena masih berlangsung pendataan di lapangan," ucap Raditya, Senin (5/4/2021).

Sebaran korban jiwa dari bencana banjir bandang dan bencana lainnya yaitu; Kabupaten Flores Timur 44 orang meninggal dunia, Kabupaten Lembata 11 orang meninggal dunia, Kabupaten Ende 2 orang meninggal dunia, dan Kabupaten Alor 11 orang meninggal dunia.

Akibat bencana alam ini pula, total 15 orang mengalami luka-luka, 70 orang hilang, dan 938 kepala keluarga atau 2.655 jiwa terdampak.

Raditya juga menyampaikan, kerugian materil dari bencana banjir bandang dan bencana lainnya di NTT yaitu, 25 unit rumah rusak berat, 114 unit rumah rusak sedang, 17 unit rumah hanyut, 60 unit rumah terendam, 743 unit rumah terdampak, 40 titik akses jalan tertutup pohon tumbang, 5 jembatan putus, 1 unit fasum terdampak, dan 1 unit kapal tenggelam.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (KOMPAS.com/GHINAN SALMAN)

Siapkan Santunan Rp 5 Juta - Rp 15 Juta 

Pemerintah melalui Kementerian Sosial akan memberikan santunan kepada korban meninggal dan luka-luka akibat bencana alam di NTT.

Hal itu disampaikan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dalam konferensi pers terkait secara virtual, Senin (5/4/2021) malam.

"Pemerintah akan memberi santunan (korban meninggal) masing-masing sebesar Rp 15 juta," ungkap Risma.

Sementara itu untuk korban luka-luka akan diberikan santunan Rp 5 juta.

"Korban luka-luka akan kami berikan santunan masing-masing Rp 5 juta," ucap Risma.

Selain santunan, Risma juga menyebut pihaknya akan mendata rumah-rumah dengan kondisi rusak.

Nantinya akan diputuskan bersama, mana yang harus dibantu dan tidak.

Sementara itu dikutip dari laman kemensos.go.id, dana lebih dari Rp 2,6 miliar telah disalurkan untuk memenuhi kebutuhan dasar korban bencana alam di NTT.

Mensos Risma juga direncanakan hadir untuk memastikan penyintas bencana di NTT mendapatkan kebutuhan dasarnya.

Baca juga: Warga Leudanung Lembata Gotong Royong Cari Korban Bencana

Baca juga: Bank NTT Buka Donasi untuk Korban Bencana Alam di NTT

Sementara itu Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Syafii Nasution menyatakan, Kemensos turut aktif menangani bencana banjir bandang dan longsor di Flores Timur dan Lembata, NTT.

“Bersama unsur-unsur terkait, Kemensos melalui Taruna Siaga Bencana (Tagana) mengambil peran dalam penanganan bencana,” ungkapnya, Senin (5/4/2021).

Dalam penanganan bencana, Tagana bersinergi dengan unsur-unsur terkait.

“Termasuk tentu saja melakukan koordinasi dengan Dinas Sosial di wilayah terdampak bencana tentang aktivitas penanganan dan mengamati situasi terkini,” Syafii menambahkan.

Di kawasan bencana, kata Syafii, Tagana bertugas melakukan pendataan korban, evakuasi korban ke tempat aman khususnya kepada kelompok rentan yang terdiri atas lansia, anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok khusus lainnya.

Tagana juga membantu melakukan pendistribusian logistik untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana banjir.

“Logistik bersumber dari Gudang Dinas Sosial Provinsi NTT dan Gudang Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur serta belanja langsung,” katanya.

Tagana juga melakukan pendataan ahli waris korban meninggal dunia dan Luka-luka untuk pemberian santunan.

Bupati Flotim di lokasi bencana banjir rumah duka di Adonara
Bupati Flotim di lokasi bencana banjir rumah duka di Adonara (POS-KUPANG.COM/ISTIMEWA)

Update Korban Bencana

Sementara itu, menurut data hingga Senin (5/4/2021) malam, Doni menyebut sebanyak 84 orang korban meninggal dunia dan 71 orang masih dinyatakan hilang pada bencana banjir bandang di NTT.

"Suatu angka yang besar sekali," kata Doni.

Doni menambahkan, langkah awal yang dilakukan oleh tim di lapangan mulai dari Pemerintah Daerah, Kementerian Kesehatan, relawan lokal untuk mencari dan menemukan jenazah yang masih belum ditemukan.

Bibit Siklon Tropis

Sebelumnya diberitakan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya siklon tropis pada Senin (5/4/2021) pukul 01.00 WIB dini hari.

Adapun siklon ini berkembang dari bibit siklon yang sudah dideteksi sejak 2 April 2021 lalu.

"Saat bibit saja sudah menimbulkan bencana, apabila benar-benar menjadi siklon, maka dikhawatirkan akan meningkatkan tingkat risikonya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Minggu (4/4/2021).

Masyarakat terutama yang ada di NTT, dikatakan Dwikorita, diminta waspada terhadap cuaca buruk yang akan terjadi dan masih berlanjut.

"Jadi BMKG sebagai Jakarta Tropical Cyclone Warning Center sejak 2 April sudah mendeteksi adanya bibit siklon tropis 99s yang mulai terbentuk di sekitar Laut Sawuh NTT," lanjutnya.

"BMKG telah mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem sebagai dampak dari bibit siklon tersebut sejak 2 April yang lalu," tambah Dwikorita.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ini Alasan Pemerintah Tidak Tetapkan Banjir Bandang NTT Sebagai Bencana Nasional

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved