Opini Pos Kupang
Kerumunan, Corona dan Spontanitas Warga Tenggelamkan Napun Gete
Kerumunan, Corona dan spontanitas warga ramai diperbincangkan oleh berbagai pihak seusai kunjungan Presiden RI, Joko Widodo
Napun Gete Tenggelam
Banjir polemik kerumunan dan spontanitas warga di tengah pandemi corona seperti menenggelamkan imajinasi warga untuk memaknai pidato sang presiden agar warga di Kabupaten Sikka dapat memanfaatkan air dari Bendungan Napun Gete untuk meningkatkan produktivitas pangan.
Air yang mengalir dari Napun Gete harus dapat dikelola untuk sebuah ketahanan pangan bagi warga di Kabupaten Sikka.
Bendungan Napun Gete yang diresmikan Presiden RI, Ir. Joko Widodo itu memiliki kapasitas tampung 11,22 juta m 3 dan luas genangan 99,78 Ha yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi seluas 300 Ha. Selain itu Napun Gete pun mampu menyediakan air baku sebanyak 0,214 m 3 / dt dan mempunyai potensi daya listrik sebesar 0,1 MW.
Luar biasa Napun Gete itu! Tapi mengapa setelah peresmian yang sempat tertunda dua kali itu seolah hilang tenggelam diperbincangkan banyak orang termasuk para nitizen. Perbincangan bahkan perdebatan tentang Napun Gete perlu dikonstruksikan agar bendungan mahakarya itu benar-benar memberikan manfaat yang tinggi bagi segenap warga di wilayah Kabupaten Sikka.
Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo, S.Sos.,M.Si dalam sambutannya saat peresmian Bendungan Napun Gete optimis bahwa Napun Gete akan memberikan kemakmuran bagi warga di Kabupaten Sikka. Optimis bahwa dari hanya satu kali musim tanam menjadi 3 kali tanam.
Banyak potensi yang dimiliki kabupaten ini yang dapat didongkrak dengan kehadiran Napun Gete. Napun Gete tidak boleh ditenggelamkan oleh berbagai kontrakonstruksi untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan dan sentra-sentra produksi warga yang menjadi kontribusi dari kehadiran Napun Gete.
Petani dan warga masyarakat di Kabupaten Sikka pasti menaruh harapan besar pada Napun Gete. Pemerintah dan segenap stakeholders harus proaktif untuk memaksimalkan kehadiran Napun Gete. Pidato dan sambutan yang bernas itu harus menjadi bahasa yang memainkan peran yang besar dalam proses konstruksi sosial (bdk Cronen dalam Santoso, 2009:27).
Konstruksi sosial itu tentunya akan menggerakkan semangat untuk terus bekerja, berkreativitas dan berinovasi dengan memanfaatkan keberadaan Napun Gete di Nian Tana (Kabupaten Sikka).
Napun Gete tidak boleh tenggelam oleh berbagai polemik. Airnya harus mengalir sampai jauh di ujung Nian Tana. Air dari Napun Gete akan memberikan daya hidup dan membangkitkan pesona Kabupaten Sikka yang hingga tulisan ini dibuat masih terkendala kesulitan air minum bersih, masalah stunting yang masih merebak, masih banyak warga atau petani miskin, selain kondisi pandemi covid-19 yang mengakibatkan semakin lemahnya daya beli warga yang pada gilirannya menambah penderitaan warga secara ekonomi.
Kondisi inilah yang perlu disadari oleh semua pihak agar Napun Gete dapat mengalirkan air yang menghidupkan kembali optimisme warga di Nian Tana. Optimisme untuk memecah kerumunan agar tidak menjadi bumerang bagi warga di tengah merebaknya corona.
Kerumunan vs Soliter
Salah satu cara untuk memecah kerumunan adalah tindakan soliter (menyepi sendiri). Menyepi sendiri yang dilakukan secara simultan dan massal oleh warga menunjukkan solidaritasnya dalam menghadapi bahaya virus corona yang sedang merebak di berbagai wilayah negara.
Solidaritas warga perlu sekali digalakan di seluruh negeri ini untuk mengatasi kepanikan warga ketika corona menunjukkan eskalasi yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Kealpaan warga dalam situasi pandemi corona menunjukkan bahwa warga membutuhkan edukasi yang baik dan kepastian serta ketegasan dari pemerintah yang sah dalam mengatasi problem yang menyentuh langsung kehidupan manusia ini. Tidak hanya itu warga merasa cemas akan kondisi ekonominya yang kian sulit belum lagi pasokan obat-obatan, bahan makanan dan kebutuhan lainnya akan tidak mencukupi jika wabah ini masih terus berlanjut. Kepanikan mulai merebak hingga ke pelosok negeri tatkala virus corona telah memakan korban yang dimakamkan dengan cara yang tidak lazim sesuai tradisi budaya dan agama.