China Ancam Indonesia dan Negara ASEAN akan Dirudal Bila Macam-macam di LCS, AS Kirim Kapal

Negara Tirai Bambu itu mengancam akan menembakan rudalya ke araha negara-negara yang berani macam-macam dengan China di Laut China Selatan

Editor: Alfred Dama
istimewa
Ilustrasi-- Aturan 'Berbahaya' yang Baru Saja Disahkan China di Laut China Selatan Ini Bisa Memicu Perang! 

"China adalah satu-satunya negara besar yang mempertahankan pertumbuhan ekonomi positif pada tahun 2020, dan 2021 akan menjadi lebih baik. Sehingga kemungkinan akan menikmati sedikit peningkatan dalam anggaran pertahanannya," kata Li Jie, seorang ahli militer yang berbasis di Beijing.

Mengomentari Li, Song Zhongping, seorang ahli militer Tiongkok dan komentator TV, juga memperkirakan tingkat pertumbuhan yang sedikit lebih cepat. Yakni sekitar 7%, dan setidaknya tidak jauh lebih lambat dari tahun lalu.

Namun, tren kenaikan ini akan bertepatan dengan spiral penurunan anggaran defisit pemerintah. Negara itu menetapkan target defisit anggaran setidaknya 3,6% dari PDB untuk tahun 2020 ketika ekonomi terpukul oleh virus corona.

Untuk menghidupkan kembali ekonomi dari pandemi ini, Mei tahun lalu China berencana menerbitkan obligasi khusus untuk pemulihan virus corona senilai 1 triliun yuan.

"Rekor defisit anggaran di tahun 2020 adalah dampak dari pengaturan darurat sebagai tanggapan terhadap pandemi, yang telah berjalan dengan sendirinya, dan inilah saatnya pemerintah merevisi defisit anggarannya sesuai dengan kebutuhan ekonomi secara normal," kata Lian Ping, Kepala Zhixin Investment Research Institute.

Dengan pertumbuhan PDB China yang menuju rebound yang kuat, pemerintah diperkirakan akan lebih fokus pada pencegahan risiko keuangan dan mengekang leverage secara makroekonomi.

Karenanya, total utang China secara persentase dari PDB kemungkinan akan turun sekitar 2 poin persentase pada tahun ini setelah melonjak 25 poin persentase tahun lalu, menurut Wang Tao, Kepala Ekonom China di UBS.

Dengan sebagian besar kebijakan pajak dan pemotongan biaya berakhir pada akhir 2020, rasio defisit fiskal terhadap PDB diperkirakan turun menjadi 3% atau bahkan lebih rendah tahun ini.

Ye Qing, seorang profesor di Zhongnan University of Economics and Law, Wuhan, menilai bisa China akan mengumumkan target defisit anggaran sebesar 2,5-3% PDB untuk tahun ini. Karena anggaran pemerintah akan kembali ke tingkat sebelum pandemi.

Itu tidak berarti negara itu akan merevisi pengeluaran pertahanannya, kata Ye, mengutip komitmen berkelanjutan dari pemerintah China untuk membangun kapal induk. Rencana ini menjadi salah satu pengeluaran terbesar untuk menopang kekuatan militer China.

 Dalam laporan penelitian AVIC Securities yang dipimpin oleh Zhang Chao, pada Juni 2020, menunjukkan pengeluaran anggaran pertahanan China telah meningkat dengan tingkat pertumbuhan gabungan rata-rata sebesar 9,1% antara tahun 2010 dan 2019. Tetapi dibandingkan dengan seluruh ukuran ekonominya yang terus meningkat, beban pertahanan negara tersebut tetap relatif rendah.

Anggaran pertahanan negara menyumbang 1,22% dari PDB pada 2019. Ini lebih rendah daripada Rusia, AS, dan India, tulis AVIC Securities.

China telah mempertahankan anggaran pertahanannya pada sekitar 1,3% dari PDB-nya selama beberapa tahun terakhir, yang jauh di bawah rata-rata tingkat global 2,6% PDB.

Sebab itu Song Zhongping, seorang ahli militer Tiongkok, menilai anggaran pertahanan China relatif rendah, dan pengeluaran pertahanan atau rasio PDB yang sedikit lebih tinggi dapat lebih mencerminkan kebutuhan China dalam pembangunan ekonomi.

Song mengatakan bahwa China menghadapi ketegangan militer yang tinggi selama setahun terakhir, dan China juga memodernisasi militernya, yang semuanya membutuhkan dana.

Halaman
1234
Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved