Breaking News

Bukannya Beri Pujian, Refly Harun Malah Ungkap Hal yang Bisa Jatuhan Prabowo di Pilpres 2024, Apa?

Bukannya Beri Pujian, Refly Harun Malah Ungkap Hal yang Bisa Jatuhan Prabowo di Pilpres 2024, Apa?

Editor: maria anitoda
(YouTube Refly Harun)
Bukannya Beri Pujian, Refly Harun Malah Ungkap Hal yang Bisa Jatuhan Prabowo di Pilpres 2024, Apa? 

POS-KUPANG.COM - Bukannya Beri Pujian, Refly Harun Malah Ungkap Hal yang Bisa Jatuhan Prabowo di Pilpres 2024, Apa?

Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun menanggapi keunggulan Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan,

Prabowo Subianto dalam hasil survei elektabilitas terbaru.

Hari Bahasa Ibu Internasional dan Corona

Mengejutkan Warga Timor Leste Terjebak Miskin Setelah Percaya Diri Merdeka Padahal Punya Minyak

Sosialisasi Penting Bagi Masyarakat

Cerita Rakyat NTT Raja Udang dan Sisir Perak Si Gadis dari TTU

Refly Harun menjelaskan analisanya tentang bagaimana kuatnya sosok Prabowo Subianto saat ini.

Ia bahkan menyinggung sikap diam 'keep silent' dari Prabowo yang mendatangkan keunggulan melebihi sosok-sosok lainnya seperti Anies Baswedan hingga Ganjar Pranowo.

Sebagaimana hasil survei Parameter Politik Indonesia menunjukkan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menjadi sosok dengan elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden (capres).

Pakar hukum Refly Harun mengomentari hasil survei elektabilitas Prabowo Subianto. (Tangkapan Layar YouTube Refly Harun)
Dikutip dari Kompas.com, survei top of mind capres itu dilakukan pada tanggal 3-8 Februari 2021 dengan jumlah sampel sebanyak 1.200 responden.

Berkenaan dengan hasil survei tersebut, pengamat politik Refly Harun memberikan tanggapannya.

Menurut Refly, ada sejumlah faktor yang memengaruhi tingginya elektabilitas Prabowo saat ini.

Di antaranya karena pencalonan Prabowo sebagai presiden pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014 dan 2019 lalu.

Saat itu Prabowo mengunjungi daerah-daerah untuk berkampanye,

sehingga ketua umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini menjadi lebih banyak dikenal masyarakat.

"Sederhananya adalah tentu ini efek dua kali Pemilu 2014 dan 2019," kata Refly dalam video yang diunggah di kanal YouTube-nya, Selasa (23/2/2021).

"Prabowo masih nomor satu (elektabilitasnya) karena Prabowo paling tidak sudah penetrasi ke daerah-daerah ketika kampanye 2014 dan 2019," sambungnya.

Berbeda dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan

dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang menyusul peringat elektabilitas Prabowo.

Kedua gubernur itu tidak dikenal oleh masyarakat daerah-daerah lain atau hanya dikenal di wilayah administratif masing-masing,

sehingga belum bisa mengalahkan elektabilitas Prabowo.

Waktu Terbaik Sholat Dhuha Sesuai Penjelasan Ustaz Abdul Somad,Begini Niat dan Tata Cara Shalat Duha

Hari Bahasa Ibu Internasional dan Corona

Sosialisasi Penting Bagi Masyarakat

Adapun juga Pilpres 2019 terbilang belum terlalu lama dilaksanaan,

artinya ingatan masyarakat akan Prabowo masih sangat kuat.

Selanjutnya, menurut Refly, sikap Prabowo yang cenderung diam dalam menghadapi kejadian-kejadian di Tanah Air

turut mempengaruhi tingginya elektabilitas Letnan Jendral lTNI (Purn) tersebut.

Kejadian-kejadian yang dimaksud, dalam hal ini yaitu soal pembubaran Front Pembela Islam (FPI) yang pernah mendukungn Prabowo,

kematian laskar FPI hingga masalah-masalah hutang luar negeri.

"Prabowo Subianto masih perkasa ini bisa jadi semakin menegaskan sikap diamnya terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung baru-baru ini."

"Bisa dikatakan walau pun dia tidak aktif menjadi 'bamper' Jokowi sebagaimana menteri-menteri lainnya,

dia juga tidak mengkritik dari dalam, cenderung stay passive."

"Ternyata stay passive ini lebih baik dibandingkan dengan mereka yang katakanlah menjadi pusat kontrovensi," jelas Refly.

Bagaimana pun, kata Refly, hasil survei Parameter Politik Indonesia belum bisa menjadi patokan Prabowo bakal menjadi kandidat terkuat capres di Pilpres 2024.

Hal itu bisa baru bisa ditentukan jika Prabowo dapat mempertahankan elektabilitasnya di 2023.

"Critical point-nya di 2023. Kalau 2023 nama Prabowo masih berkibar,

Waktu Terbaik Sholat Dhuha Sesuai Penjelasan Ustaz Abdul Somad,Begini Niat dan Tata Cara Shalat Duha

Sosialisasi Penting Bagi Masyarakat

Sudah Dibuka,Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 12,Cek Syarat & Cara Daftar di www.prakerja.go.id

alamat dia bisa masuk ke 2024 pencapresan."

"Tapi kalau sudah hilang, ya sudah, karena di situ akan ditentukan apakah terkenalnya Prabowo saat ini sebagai kandidat terkuat

karena sisa-sisa 2014 dan 2019 atau karena dia dianggap sebagai calon potensial setelah Jokowi tak ada lagi," kata Refly.

BACA JUGA BERITA LAINNYA:

Setelah diperiksa polisi gegara kasus dugaan rasis terhadap Natalius Pigai dan pernyataan tentang Islam Agama Arogan, kini Permadi Arya alias Abu Janda kembali melontarkan pernyataan kontroversial.

Abu Janda mengungkapkan bahwa dirinya pernah dibayar mahal oleh Presiden Jokowi saat pemilihan presiden tahun 2019 lalu.

Atas pernyataan tersebut, nitizen langsung bertanya-tanya, dari mana uang yang digunakan untuk membayar Abu Janda? 

Video tentang pengakuan Abu Janda yang membuat publik terkaget-kaget itu diungkapkan Pakar Telematika Roy Suryo.
Dalam video yang diunggah Roy Suryo, Permadi Arya, alias Abu Janda mengaku dibayar cukup besar untuk menjadi influencer Jokowi.

Hal ini pun jadi sorotan Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun.

Diketahui, saat ini nama Abu Janda sedang viral lantaran berurusan dengan Bareskrim Polri.

Permadi Arya dilaporkan KNPI dengan dua kasus ujaran kebencian sekaligus, yakni rasis ke Natalius Pigai dan ucapan Islam Agama Arogan.

Sudah dua kali Abu Janda menjalani pemeriksaan di Kepolisian.

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun buka suara soal kontroversi Pegiat Media Sosial Abu Janda.

Din Syamsuddin Sebut Permintaan Kritik Jokowi Hanya Basa-basi, Blak-blakan Temui Karni Ilyas

Besok Gibran Rakabuming Raka Dilantik Jadi Wali Kota Solo, Ada Persiapan Khusus? Begini Jawabannya

Hari Bahasa Ibu Internasional dan Corona

Belakangan ini, beredar video Abu Janda yang mengaku direkrut Joko Widodo ( Jokowi) menjadi buzzer pada Pilpres 2019 lalu.

Abu Janda bahkan mengaku dibayar dengan nominal uang yang cukup besar.

Terkait hal itu, Refly Harun lantas memertanyakan asal uang yang diterima Abu Janda.

Hal itu diungkapkan dalam kanal YouTube Refly Harun, Kamis (4/2/2021).

"Sumber uang untuk membayar itu dari mana?

Apakah uang pribadi atau uang kampanye atau uang negara?," ujar Refly Harun.

"Itu penting dan tentu yang membayar saja yang tahu."

Menurut Refly, jika yang tersebut milik negara, telah terjadi penyelewengan kekuasaan.

Selain itu, hal tersebut disebutnya juga telah melanggar peraturan Pemilu.

"Kalau itu menggunakan uang negara maka jelas itu abuse of power," ucap Refly Harun.

"Bahkan dalam perspektif Pemilu sudah jelas itu pelanggaran Pemilu."

"Karena bagian dari menggunakan uang negara dalam Pemilu."

Refly Harun mengatakan, isu ini layak untuk diselidiki lebih lanjut.

Karena itu, Refly Harun berharap DPR mau menyelidiki isu ini.

"Dia mengaku jadi influencer dalam proses Pilpres," ujar Refly.

"Jadi kalau kita pakai standar tinggi terhadap penyalahgunaan keuangan negara maka kasus ini harusnya menghebohkan."

"Kasus yang bisa diinvestigasi DPR, tapi terserah DPR karena sekarang ini banyak yang pro pada penguasa."

"Dan kebetulan penguasa yang dikampanyekan Abu Janda yang berkuasa hari ini," sambungnya.

Pengakuan Abu Janda

Din Syamsuddin Sebut Permintaan Kritik Jokowi Hanya Basa-basi, Blak-blakan Temui Karni Ilyas

Besok Gibran Rakabuming Raka Dilantik Jadi Wali Kota Solo, Ada Persiapan Khusus? Begini Jawabannya

Hari Bahasa Ibu Internasional dan Corona

Sosialisasi Penting Bagi Masyarakat

Sebelumnya, Pakar Telematika Roy Suryo kembali mengunggah video pengakuan Abu Janda dalam akun Twitter-nya, @KRMTRoySuryo2, Selasa (2/2/2021).

Permadi Arya alias Abu Janda usai diperiksa penyidik di Bareskrim Polri terkait cuitan Islam arogan, Senin (2/2/2021) (ist)
Dalam video berdurasi 28 detik itu, Abu Janda mulanya menyebut posisi komisaris BUMN diberikan pada orang yang berjuang memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.

"Gini ya kenapa ada yang dapat jabatan komisaris?," ucap Abu Janda dalam video.

"Orang yang dapat jabatan komisaris ini adalah orang yang berjuang di TKN waktu itu."

Meski ikut mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin, kala itu Abu Janda hanyalah seorang influencer.

Namun, ia mengakui menerima sejumlah uang.

Karena itulah, Abu Janda tak ditawari menduduki posisi penting di BUMN.

"Kalau aku sama Denny waktu Pilpres kita ini influencer yang dibayar," ujar Abu Janda.

"Jadi aku rasa kenapa kita enggak ditawari komisaris?"

"Kan lo dibayar, masa lo minta komisaris lagi, wajarlah aku pikir."

"Jadi komisaris itu hanya untuk yang benar-benar berjuang di TKN waktu itu, makanya jadi," tambahnya.

Sementara itu, Roy Suryo menuliskan cuitan yang berisi kesimpulan dari pernyataan Abu Janda.

Dalam cuitannya, Roy Suryo menyebut Abu Janda dibayar menggunakan uang rakyat.

"Dari PENGAKUAN si Abu Janda @permadiaktivis1 ini setidaknya ada 2 FAKTA:

- Komisaris2 BUMN adalah (bagi2 Jabatan) utk yg "Berjuang di TKN"

- "Influencer2 Piaraan" spt Dia & DenSi DIBAYAR (pakai Uang Rakyat)

L-uar B-iasa P-arah / Ugal2an ini kelakuannya ...

Makin AMBYAR," tulis Roy Suryo.

Permadi Arya Siap Ditahan

Din Syamsuddin Sebut Permintaan Kritik Jokowi Hanya Basa-basi, Blak-blakan Temui Karni Ilyas

Waktu Terbaik Sholat Dhuha Sesuai Penjelasan Ustaz Abdul Somad,Begini Niat dan Tata Cara Shalat Duha

Sosialisasi Penting Bagi Masyarakat

Permadi Arya alias Abu Janda mengaku siap ditahan jika dinyatakan bersalah dalam kasus dugaan ujaran SARA terkait cuitan Islam Arogan di akun media sosialnya.

Bahkan dia telah mempersiapkan pakaian jika ditahan polisi hari ini.

Permadi Arya alias Abu Janda di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (29/11/2019). (Tribunnews.com/ Igman Ibrahim)
Pernyataan kesiapannya itu setelah Abu Janda diperiksa polisi terkait dalam kasus tersebut di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/2/2021).

Kepada awak media, dia tampak menunjukkan tas ranselnya berwarna hitam.

Abu Janda menyatakan tas ransel itu berisikan pakaian yang telah disiapkan dari rumah.

Pakaian itulah yang disebutnya digunakan jika dirinya ditahan polisi pada hari ini.

"Saya sudah bawa pakaian di dalam tas ransel ini.

Saya siap apapun yang terjadi.

Saya siap ditahan.

Saya sih sudah mempersiapkan itu hari ini.

Ternyata saya masih diperiksa sebagai saksi dan masih ada pemeriksaan lanjutan hari Kamis," kata Abu Janda.

Tak hanya itu, Abu Janda menanggapi terkait kemungkinan dirinya menjadi tersangka dalam kasus tersebut.

Untuk hal ini, dia menyatakan menghormati proses hukum yang tengah di jalaninya.

"Saya hari ini masih diperiksa sebagai saksi dan proses hukum jalan.

Intinya aku pengen bilang nggak ada warga negara yang spesial intinya semua diperiksa.

Hari ini saya masih diperiksa sebagai saksi.

Polisi sudah profesional dengan pertimbangan pertimbangan mereka.

Mereka lebih tau teknisnya," jelas Abu Janda.

Lebih lanjut, dia juga menyatakan siap untuk bertanggung jawab atas semua cuitan yang telah diunggahnya di sosial medianya.

"Proses masih berlanjut, proses hukum masih lanjut.

Saya siap menjalani siap bertanggung jawab meskipun itu menurut saya adalah kesalahpahaman tapi saya siap tanggung resikonya," katanya. 

(Tribunnews.com)

https://m.tribunnews.com/nasional/2021/02/23/elektabilitas-prabowo-tertinggi-refly-harun-efek-dua-kali-pilpres-hingga-sikap-keep-silent?page=all Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Refly Harun Singgung Prabowo Bukan 'Bamper' Jokowi, Anies-Ganjar Kalah dengan Sikap Diamnya, https://manado.tribunnews.com/2021/02/25/refly-harun-singgung-prabowo-bukan-bamper-jokowi-anies-ganjar-kalah-dengan-sikap-diamnya?page=all. Editor: Frandi Piring

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved