Warga Miskin Bertambah 19 Ribu Dampak Pendemi Corona Pemprov NTT Anggap Wajar

Warga Miskin Bertambah 19 Ribu Dampak Pendemi Corona Pemprov NTT Anggap Wajar

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Warga Miskin Bertambah 19 Ribu Dampak Pendemi Corona Pemprov NTT Anggap Wajar
ISTIMEWA
Kepala BPS NTT, Darwis Sitorus

Warga Miskin Bertambah 19 Ribu Dampak Pendemi Corona Pemprov NTT Anggap Wajar

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Penduduk miskin Nusa Tenggara Timur meningkat. Pada periode Maret-September 2020 bertambah 19,77 ribu jiwa sehingga total penduduk miskin menjadi 1.173,53 ribu. Pandemi Corona ( Covid-19) berkontribusi terjadinya peningkatan kemiskinan.

NTT menempati peringkat ketiga provinsi termiskin se Indonesia. Provinsi dengan persentase penduduk miskin tertinggi, yaitu Papua (26,8 persen) disusul Papua Barat (21,7 persen), NTT (21,21 persen). Kemudian menyusul Maluku (17,99 persen) dan Gorontalo (15,59 persen).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, Darwis Sitorus mengatakan, ada peningkatan persentase penduduk miskin sebesar 0,31 persen sejak Maret 2020 sehingga persentase penduduk miskin NTT menjadi 21,21 persen pada September 2020.

Penduduk Miskin Bertambah Pemprov NTT Tuai Kritik

"Jumlah penduduk miskin di NTT pada September 2020 sebesar 1.173,53 ribu orang, meningkat 19,77 ribu orang terhadap Maret 2020 dan meningkat 44,07 ribu orang terhadap September 2019," sebut Darwis saat ditemui di Kupang, Kamis (18/2/2021).

Menurut Darwis, persentase penduduk miskin perkotaan naik dari 8,64 persen (113,39 ribu orang) pada Maret 2020 menjadi 8,76 persen (118,88 ribu orang) pada September 2020.

Demikian juga persentase penduduk miskin pedesaan naik dari 24,73 persen (1.040,37 ribu orang) pada Maret 2020 menjadi 25,26 persen (1.054,65 ribu orang) pada September 2020.

Banjir Renggut Nyawa 5 Warga Jakarta

"Dibanding Maret 2020, jumlah penduduk miskin naik sekitar 5,5 ribu orang dan di daerah pedesaan naik sekitar 14,3 ribu orang," katanya.

Ia menjelaskan, garis kemiskinan pada September 2020 tercatat sebesar Rp 404.712,-/kapita/bulan dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp 316.659,-/kapita/bulan (78,24 persen) dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 88.053,-/kapita/bulan (21,76 persen).

"Secara rata-rata, rumah tangga miskin di NTT pada September 2020 memiliki 5,62 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp 2.274.481,-/rumah tangga miskin/bulan," terangnya.

Darwis mengatakan, peningkatan kemiskinan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pandemiCorona (Covid-19).

Menurutnya, adanya pandemi Covid-19 yang berkelanjutan, berdampak pada perubahan perilaku serta aktivitas ekonomi penduduk sehingga mendorong terjadinya peningkatan angka kemiskinan.

Selain pandemi, naiknya angka kemiskinan juga dipicu oleh kontraksi ekonomi. Ekonomi NTT triwulan III-2020 dibandingkan triwulan III-2019 mengalami kontraksi sebesar 1,75 persen (y-on-y). Angka ini jauh menurun dibanding capaian triwulan III-2019 yang tumbuh sebesar 3,90 persen (y-on-y).

Ia menyebut pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) triwulan III 2020 juga ikut berpengaruh. Pengeluaran konsumsi rumah tangga terkontraksi sebesar 2,38 persen (y-on-y), menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang tumbuh sebesar 4,58 persen.

Darwis mengatakan, NTT mengalami deflasi sebesar 1,02 persen selama periode Maret-September 2020. Deflasi pada periode ini terjadi karena adanya penurunan indeks harga pada 6 dari 11 kelompok pengeluaran.

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau merupakan kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks harga terbesar yaitu turun sebesar 3,30 persen. Selain itu, ada kenaikan harga komoditas pokok di Kota Kupang.

Menurut Darwis, terjadi kenaikan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar dari 3,14 persen pada Agustus 2019 menjadi 4,28 persen pada Agustus 2020.

Sebanyak 373,22 ribu penduduk usia kerja (9,57 persen) terdampak Covid-19 pada Agustus 2020, yakni 13,76 ribu penduduk menjadi pengangguran, 4,98 ribu penduduk menjadi bukan angkatan kerja, 16,50 ribu penduduk sementara tidak bekerja, dan 337,98 ribu penduduk bekerja dengan pengurangan jam kerja (shorter hours).

Sementarapersentase pekerja setengah penganggur juga naik dari 11,79 persen menjadi 15,10 persen pada Agustus 2020.

Sumba Tengah Terbanyak

Jika dilihat per kabupaten/kota, Darwis mengatakan, Sumba Tengah menjadi kabupaten yang menyumbang persentase kemiskinan terbanyak. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada Maret 2020, persentase kemiskinan di Kabupaten Sumba Tengah mencapai 34,49 persen.

Setelah Sumba Tengah menyusul Sabu Raijua dengan 30,18 persen, Sumba Timur dengan 29,65 persen, Sumba Barat dengan 28,17 persen dan Sumba Barat Daya dengan 28,00 persen.

Selanjutnya, Timor Tengah Selatan (TTS) dengan 27,49 persen, Manggarai Timur dengan 26,52 persen, Lembata dengan 26,14 persen, Ende dengan 23,76 persen, dan Kabupaten Kupang dengan 22,77 persen.

Darwis menjelaskan, kemiskinan tersebut dihitung berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Susenas tahun 2021 baru akan dilaksanakan pada Maret 2021 mendatang. "Angka kemiskinan kabupaten kota ini berdasarkan kondisi Maret 2020," ujar dia.

Pemprov Anggap Wajar

Pemerintah provinsi menganggap wajar dan logis jika NTT berada pada peringkat ketiga tingkat kemiskinan terbanyak.

"Kita berada ketiga termiskin di Indonesia itu hal yang sangat wajar dan logis sekali," ujar Kepala Biro Humas dan Protokol Pimpinan Setda NTT, Marius Ardu Jelamu saat dihubungi, Kamis (18/2).

Menurut Marius, kajian terhadap tingkat kemiskinan hanya dilakukan berdasarkan pada output semata sehingga hal itu menjadi wajar. Perbedaan input pembangunan wilayah akan mempengaruhi output. Oleh karena itu, untuk menilai tidak hanya melihat pada output belaka.

"Kita tidak bisa melihat hanya output, harus melihat juga inputnya dan juga proses. Mereka tidak pernah mengkaji secara membdalam input pembangunan yang diberikan kepada daerah, ini kan tidak sama yang diberikan kepada barat dan timur," ujarnya.

Meski demikian, pemprov tetap berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar dapat menekan angka kemiskinan. Hal tersebut telah terbukti selama pandemi Covid-19. Pertumbuhan NTT positif bahkan di atas rata rata pertumbuhan ekonomi nasional.

"Walaupun ada perbedaan input namun kita tetap berusaha. Kita lihat pertumbuhan kita bagus bahkan di atas rata rata nasional," ujarnya.

Dilihat dari sisi ekonomi, lanjut Marius, kekuatan NTT berada pada ekonomi lokal meski didera pandemi. "Kita tetap bertahan secara ekonomi, walaupun input sudah tergerus oleh Covid. Kita bisa mempertahan pertumbuhan ekonomi yan siginifikan," ujar Marius.

Ia menegaskan, saat ini NTT di bawah duet kepemimpinan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur Josef Nae Soi sedang berupaya mengejar ketertinggalan dari daerah lain.

"Kita sudah mengejar ketertinggalannya itu. Bapak Gubernur dan Wakil gubernur sekarang sedang gencar gencarnya untuk bersang dengan provinsi lain," tandasnya.
Marius menegaskan, perlu kerja sama dan kerja keras antara pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan mimpi itu. (hh)

Kabupaten Termiskin

Sumba Tengah : 34,49 persen
Sabu Raijua : 30,18 persen
Sumba Timur : 29,65 persen
Sumba Barat : 28,17 persen
Sumba Barat Daya : 28,00 persen.
Timor Tengah Selatan : 27,49 persen
Manggarai Timur : 26,52 persen
Lembata : 26,14 persen
Ende : 23,76 persen
Kabupaten Kupang : 22,77 persen.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved