Opini Pos Kupang

Dies Cinerum di Masa Pandemi

Seorang penyair Inggris-Amerika, Thomas Stearns Eliot (1888-1965) mengemukakan arti dari Pertobatan

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Dies Cinerum di Masa Pandemi
Dok POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Penerimaan Abu di Masa Pandemi

Tahun 2021 memiliki perbedaan dalam penerimaan abu dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kongregasi Ibadat Ilahi dan Disiplin Sakramen menerbitkan catatan yang berisi petunjuk untuk para imam perihal pembagian abu di tengah masa pandemi virus corona (Covid-19).

Para imam akan membagikan abu tanpa mengucapkan apa-apa. Imam menyampaikan kepada yang hadir dan hanya sekali mengatakan apa yang tertulis di Roman Missal (dalam bahasa Latin dikenal Missale Romanum sebuah buku panduan ibadat berisi teks dan rubrik perayaan misa menurut Ritus Romawi dalam Gereja Katolik):

"Bertobatlah dan percayalah kepada Injil" atau "you are dust and to dust you shall return". Petunjuk lain berisi bahwa para imam mengambil abu dan memercikinya di kepala masing-masing umat tanpa mengatakan apa-apa.

Hal ini untuk meminimalisir kontak fisik satu sama lain. Umat yang tidak mengikuti misa Rabu Abu di gereja karena faktor pandemi akan berlangsung secara online dengan khidmat dan tidak menerima penaburan secara langsung.

Tahun ini menjadi peristiwa baru untuk Indonesia secara khusus. Sebab selama ini umat Katolik di Indonesia selalu menerima abu dengan bentuk tanda salib di dahi. Peristiwa ini bukanlah masalah besar sebab Gereja Katolik memiliki dua cara mempersembahkan abu dalam liturgi Rabu Abu.

Cara pertama ialah dengan mengoleskan abu di dahi, dan cara kedua yaitu menaburkan abu di atas kepala (kebiasan ini lazim dilakukan di Roma). Sehingga cara kedua bahkan ke tiga (menerima abu di rumah bersama keluarga) merupakan tata cara baru akibat masa pandemi.

Tata cara penerimaan abu tidak perlu mendapat respon yang berlebihan. Umat yang bisa menerima abu sebaiknya menerima abu di gereja atau di tempat yang dikehendaki. Karena alasan situasi yang tidak memungkinkan maka umat dibolehkan untuk tidak menerima abu.

Menerima abu adalah tanda pertobatan. Dengan menerima abu berarti memasuki masa pertobatan yang mengikuti tindakan nyata yakni berpuasa, berpantang dan beramal. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu.

Yahwe menghendaki hati bukan pakaian. Pusat dari Rabu Abu ialah Kristus yang menghendaki manusia untuk bertobat dan mengalami kerahiman dari Allah. Sebab manusia sendiri akan kembali ke tanah dari mana Tuhan mencipta citraNya. You are dust and to dust you shall return. Selamat memasuki masa pra paskah. Oremus pro invicem.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved