Opini Pos Kupang

Dies Cinerum di Masa Pandemi

Seorang penyair Inggris-Amerika, Thomas Stearns Eliot (1888-1965) mengemukakan arti dari Pertobatan

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Dies Cinerum di Masa Pandemi
Dok POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

Bagi awam yang non Katolik timbul rasa heran saat melihat orang Katolik dengan tanda salib abu di dahi saat hari Rabu Abu. Mengapa dan ada apa dengan abu dan hari Rabu Abu?

Abu adalah tanda pertobatan. Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan sebagaimana termuat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Abu yang digunakan dalam upacara Rabu Abu adalah hasil pembakaran daun-daun palma dari tahun sebelumnya. Abu hasil pembakaran diberkati dan direciki dengan air berkat sesuai panduan teks liturgi. Penggunaan dan pembakaran daun palma sudah berlangsung sejak abad ke 12.

Beberapa paroki masih mempertahankan kebiasaan mengumpulkan daun palma dari umat untuk dibakar dengan upacara bersama sebelum masa pra paskah dimulai.

Makna Rabu Abu

Abu mempunyai sifat yang kotor mudah dipindahkan dan tidak memiliki arti. Gereja Katolik memberi makna tersendiri pada abu atau debu. Dalam Perjanjian Lama abu digunakan sebagai lambang pertobatan. Kitab Kejadian menceritakan asal muasal manusia tercipta.

Manusia ada dari debu tanah dan selanjutnya dipenuhi Roh Allah. Roh Allah yang dihembuskan inilah yang mengubah debu tanah itu bermakna dan menjadi manusia.

Daun palma dalam perayaan minggu palma ialah perayaan di mana Yesus dielu-elukan saat memasuki Yerusalem sebagai raja yang penuh kenangan. Pembakaran daun-daun palma dan menjadi abu merupakan tanda kedinaan bahkan kematian. Abu menjadi lambang perkabungan, ketidakadilan dan pertobatan.

Kebiasaan mengolesi abu pada dahi atau ubun-ubun dirayakan secara liturgis diperkirakan pada tahun 900-an.

Paus Urbanus II pada akhir abad ke 11 mengumumkan penggunaan abu secara umum pada hari rabu sebelum memasuki masa Pra Paskah. Pada awalnya clerus (imam) dan kaum laki-laki menerima abu di atas kepala. Kaum perempuan menerima tanda salib abu di dahi. Gereja Katolik sebelum masa pandemi di Indonesia secara umum, baik pria maupun wanita menerima tanda salib abu di dahi.

Pertobatan merupakan panggilan hidup bagi umat yang percaya pada Tuhan. Rabu abu bukan sekadar sebagai pertobatan, penyesalan dan sebuah hari yang ditentukan untuk menerima abu.

Rabu abu yang tepat berarti melakukan pertobatan, berpuasa dengan menahan nafsu dan berpantang dan tidak berbuat dosa lagi dan memiliki relasi yang baik kepada sesama dalam kepedulian.

Codex Iuris Canonici (Kanon 1249-1253) atau yang lebih dikenal dengan Kitab Hukum Kanonik (KHK) dalam Bab II bagian dari Waktu-waktu Suci bahwa hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun dan pula masa tobat empat puluh hari (kan.1250).

Hari Jumat mendapat tempat istimewa untuk masa tobat. Dengan kata lain, Gereja tidak menunggu masa Pra Paskah tiba lalu mengadakan tobat. Dalam kanon 1251 ditegaskan juga bahwa pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati sengsara dan wafat Tuhan Kita Yesus Kristus.

Usia berapa yang wajib melaksanakan puasa dan pantang? Kanon 1252 dengan jelas menyatakan bahwa yang wajib berpantang ialah yang telah berumur genap 14 tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enam puluh.

Usia dewasa seturut KHK dalam kanon 97 §1: orang yang berumur genap delapan belas tahun, adalah dewasa; sedangkan di bawah umur itu, belum dewasa.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved