Timor Leste

Lepas Dari Portugis Diinvasi Indonesia, Pasukan Fretilin: 'Kami Dibunuh, Tolong Lakukan Sesuatu'

Bunga Anyelir diletakkan di moncong senjata dan juga di seragam, merupakan sebuah fakta bahwa tidak ada tembakan tatkala orang-orang turun ke jalanan

Editor: John Taena
zoom-inlihat foto Lepas Dari Portugis Diinvasi Indonesia, Pasukan Fretilin: 'Kami Dibunuh, Tolong Lakukan Sesuatu'
istimewa
Lepas Dari Portugis Diinvasi Indonesia, Pasukan Fretilin: 'Kami Dibunuh, Tolong Lakukan Sesuatu'

Pesan-pesan tersebut, yang diidentifikasi berasal dari anggota Komite Sentral Fretilin, mengatakan pasukan terjun payung dan marinir Indonesia memimpin invasi fajar.

Tetapi Menteri Luar Negeri Indonesia, Adam Malik, mengatakan di Jakarta bahwa pasukan pro-Indonesia menangkap Dili dan kemudian mengundang pasukan Indonesia untuk membantu mereka memulihkan keamanan.

Adam Malik mengklaim bahwa pasukan Fretilin telah membunuh banyak wanita dan anak-anak yang telah membantu pasukan Apodeti dan UDT (Persatuan Demokrat Timor) pro-Indonesia selama invasi.

Baca juga: Timor Leste Negara Muda Penuh Harapan Digambarkan Seperti Bali Sebelum Turisme Meledak

Tetapi dalam salah satu pesan radio yang terdengar di Darwin, juru bicara Fretilin memohon: "Kami akan dibunuh ... Lakukan sesuatu, lakukan sesuatu."

Di Canberra kemarin, Menteri Luar Negeri, Mr Peacock, mengatakan Pemerintah Australia "sangat menyesali" jalannya peristiwa yang terjadi di Timor Leste.

Dan mantan Perdana Menteri, Mr Whitlam, mengatakan yang terbaik yang sekarang bisa diharapkan adalah pendekatan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa oleh Pemerintah di wilayah tersebut untuk mendukung program dekolonisasi yang diperbarui.

New York Agreement

Setelah upaya-upaya yang dilakukan untuk meredakan konflik tidak kunjung berhasil, Indonesia kemudian membawa masalah konflik Timor Timur ke PBB setelah melakukan perundingan dengan Portugal.

Melansir dari buku Midwifing a New State: The United Nations in East Timor karya Markus Benzing, pada 5 Mei 1999, dicapai kesepakatan antara Indonesia dan Portugal untuk membuat perjanjian referendum di Timtim.

Baca juga: Presiden Fransisco Guterres Berhasil Tidak Ada Kasus Kematian Covid-19 Bagi Warga Timor Leste

Perjanjian tersebut dikenal sebagai New York Agreement.

PBB juga membentuk United Nations Mission in East Timor (UNAMET) untuk mengawal kesepakatan Indonesia dan Portugal dalam prosesnya menuju referendum Timtim.

Setelah membentuk UNAMET pada 11 Juni Juni 1999, Dewan Keamanan PBB juga menetapkan resolusi 1246, yaitu kesepakatan antara Indonesia, Portugal, dan PBB untuk menggelar referendum.

Dengan resolusi tersebut, PBB pun membentuk misi UNAMET untuk mengawal referendum yang akan segera digelar.

Hasilnya seperti kita tahu, hasil referendum menunjukkan bahwa sebanyak 94.388 penduduk atau sebesar 21,5 persen penduduk memilih tawaran otonomi khusus.

Leste
Gelombang pengungsi warga saat terjadi perang sipil pasca referendum Timor Leste Leste 1999

Sementara, 344.580 penduduk atau 78,5 persen dari total penduduk Timtim memilih untuk menolaknya.

Sebagian artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul, 'Kami akan Dibunuh, Tolong Lakukan Sesuatu', Detik-detik Fretilin Mengemis Bantuan Australia Setelah Timor Leste Diserbu Pasukan Indonesia, https://intisari.grid.id/read/032461871/kami-akan-dibunuh-tolong-lakukan-sesuatu-detik-detik-fretilin-mengemis-bantuan-australia-setelah-timor-leste-diserbu-pasukan-indonesia?page=all

Sumber: GridHot.id
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved