Terkini Nasional
Bahaya Awan Cumulonimbus Bagi Penerbangan, ada Tragedi AirAsia, Adam Air hingga Garuda
Tragedi AirAsia, Adam Air, Garuda, Sriwijaya Air, Ini Alasan Awan Cumulonimbus Bahayakan Penerbangan
POS-KUPANG.COM - Dari tragedi AirAsia, Adam Air hingga Sriwijaya Air, ini alasan dan penyebab awan disebut sangat membahayakan keselamatan penerbangan.
Awan (Cumulonimbus) menjadi salah satu ancaman bagi perjalanan jalur udara.
Tak sedikit pesawat yang mengalami kecelakaan saat melewati awan Cumulonimbus ini.
Pesawat SJ182 Boeing737-500 jalur Jakarta-Pontianak hilang kontak dan menyebabkan gagal landing.
Insiden tersebut diketahui terjadi pada Sabtu (9/1/2021) sore.
Lokasi hilang kontak pesawat Sriwijaya Air SJ182 ini terekam oleh Flightradar24.
Di laman flighradar24.com, tertera informasi pesawat tersebut terjadwal berangkat pada pukul 13.40 WIB dan dijadwalkan tiba pukul 15.15 WIB.

“SJ182 PKCLC, STD 13:25WIB, Stand : D52, Off Block 14:13WIB, Takeoff 14:36WIB. Lost contact, semoga selamat,” begitu informasi yang diterima Wartakotalive, Sabtu (9/1) sekitar pukul 16.50 WIB.
Namun penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air belum diketahui.
Tim penyelamat saat ini tengah mencari Black Box pesawat SJ182 di laut di sekitar Pulau Laki.
Sementara itu, hasil analisis Badan Metereologi, Klimatologi dan geofisika (BMKG) menyatakan, saat ini banyak potensi terbentuknya awan yang bisa membahayakan penerbangan di sejumlah wilayah di Indonesia.
Baca juga: DIBONGKAR Kebiasaan Arya Saloka di Lokasi Ikatan Cinta, Suami Putri Anne Dulu Paling Anti Dipegang?
Baca juga: Detik-detik Pesawat Sriwijaya Air Meledak, Menggelegar Seperti Petir Getarkan Kaca: Ya Allah Apa Itu
Baca juga: Presiden China Titahkan Pasukannya Latihan Perang Besar, Perintah Penyerbuan Menyusul, SIAP PERANG?
"Berdasarkan analisis dan prediksi BMKG yang disampaikan Desember lalu dan selalu diperbarui hingga Januari 2021, secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan Cumulonimbus yang dapat membahayakan penerbangan," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati lewat keterangan tertulis, Jakarta, Ahad, sebagaimana dilansir dari ANTARA.com.
Sedangkan deputi bidang Meteorologi Guswanto menjelaskan, awan Cumulonimbus ini berpotensi ada terutama di Wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
"BMKG terus mengimbau masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan sektor transportasi, untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi di puncak musim hujan ini, demi mewujudkan keselamatan dalam layanan penerbangan," kata Guswanto.

Sementara itu, dilansir dari Kompas.com, BMKG sejak Oktober telah memprediksikan bahwa Puncak Musim Hujan akan terjadi pada Januari dan Februari 2021.