Bappelitbangda Lakukan Pengembangan Desain Kemasan Prosuk Desain Kemasan Poduk Minuman Teh Faloak
air rebusan kulit batang Faloak dan disimpulkan bahwa konsumsi air rebusan kulit batang Faloak dalam jangka panjang adalah aman.
Penulis: Sipri Seko | Editor: Rosalina Woso
Setelah Melakukan Penelitian Uji Toksisitas dan Efektifitas, Bappelitbangda Melakukan Pengembangan Desain Kemasan Prosuk Desain Kemasan Poduk Minuman Seduhan Teh Faloak
POS-KUPANG.COM|KUPANG-- Kamis, (10/12/2020) Litbang-Bappelitbangda Provinsi NTT mengelar webinar hasil pengembangan desain kemasan produk minuman seduhan teh faloak sebagai minuman kesehatan tradisional khas NTT.
Pengembangan ini bekerjasama dengan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta selama tahun 2020. Kegiatan webinar ini dibuka dan dimoderasi oleh Kabid Penelitian dan Pengembangan, Bappelitbangda Provinsi NTT, Donald Izaac.
Dalam arahannya, Donald menegaskan ada tiga point penting yang dapat digarisbawahi dari tahapan pengembangan ini.
Pertama, pengembangan Produk Seduhan Teh Faloak yang dikemas sampai dengan kemasan kuartener akan memberi proteksi yang baik.
Kedua, data profil fisika dan mikrobiologi produk perlu menjadi parameter minimal yang ditetapkan pada awal produksi.
Ketiga, umur simpan produk teh seduhan Faloak yang telah dikemas adalah sampai 2145 hari setelah pembuatan bila disimpan pada suhu 300C/RH 75%, namun pada kenyataannya ketika sebuah produk memasuki tahap registrasi, akan ada penyesuaian umur simpan berdasarkan kriteria tertentu.
Selanjutnya, Charles Rambung sebagai ketua tim pengembangan memaparkan hasil pengembangan.
Charles mengungkapkan bahwa pengembangan ini merupakan rangkaian dari kegiatan penelitian sebelumnya yang sudah dilaksanakan dua kali.
Bappelitbangda Provinsi NTT pada tahun 2016 telah melaksanakan serangkaian pengujian untuk toksisitas akut dan subkronis oral 90 hari air rebusan kulit batang Faloak dan disimpulkan bahwa konsumsi air rebusan kulit batang Faloak dalam jangka panjang adalah aman.
Pada tahun 2017, rangkaian pengujian efektivitas telah dikerjakan; pengujian itu menunjukkan bahwa air rebusan kulit batang faloak dosis 1.5 3 g/kgBB efektif untuk untuk memproteksi hati dari kerusakan.
Lebih lanjut, Rambung menjelaskan bahwa secara toksikologi, bahaya akibat pemaparan suatu zat pada manusia dapat diketahui dengan mempelajari efek kumulatif, dosis yang dapat menimbulkan efek toksik pada manusia, efek karsinogenik, teratogenik, mutagenik, dan lain-lain.
Pada umumnya, informasi tersebut dapat diperoleh dari percobaan menggunakan hewan uji sebagai model yang dirancang pada serangkaian uji toksisitas yang meliputi, tapi tidak terbatas, antara lain uji toksisitas akut dan toksisitas subkronis oral.
Uji toksisitas akut dan subkronis dapat mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi dan memperoleh data dosis-respon yang khas dari zat yang diuji.
Data yang diperoleh ini dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat bahaya zat yang diuji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan manusia sekaligus berperan untuk memberi informasi awal mengenai model ketoksikan (mode of toxic action) dari zat yang diuji.