Yayasan Arnoldus Wea Gelar Diskusi Virtual, Menilik Sejarah Kampung Maghilewa di Ngada

Yayasan Arnoldus Wea gelar diskusi virtual, menilik sejarah Kampung Maghilewa di Ngada

Penulis: Gordi Donofan | Editor: Kanis Jehola
Dok. Arnoldus Wea untuk POS-KUPANG.COM
Suasana di Kampung Maghilewa Kecamatan Inerie Kabupaten Ngada, beberapa waktu lalu. 

"Aparat desa dan masyarakat lokalnya harus dipersiapkan juga," ujarnya.

Ia berharap, diskusi tentang sejarah Maghilewa ini bisa menjadi landasan dasar atau menjadi cetak biru pengembangan Maghilewa di masa depan.

"Sejarah menjadi penentu arah masa depan," ujarnya.

Sementara itu, wewakili pemerintah Kabupaten Ngada, khususnya Dinas Pariwisata, Ivan, mengakui kalau dari sekian banyak kampung adat yang terdapat di sana, Maghilewa termasuk bagian yang belum banyak "disentuh" oleh pemerintah maupun pihak swasta atau swadaya masyarakat.

"Kalau kampung adat Bena, Gurusina, dan Tololela sudah banyak dikenal,"terangnya,

Ia mengatakan sehingga kalau ingin Maghilewa menjadi magnet pariwisata, perlu diperhatikan kembali dengan melakukan branding yang lebih kencang.

Pemandu diskusi, Nikolaus Loy, SIP, MA, menerangkan sejak awal, diskusi mengenai sejarah Maghilewa ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi sekaligus merekam berbagai tradisi lisan dari masyarakat, khususnya tokoh-tokoh masyarakat yang pernah merasakan hidup dengan tradisi masa lalu atau setidaknya pernah mendengar cerita dari kakek-nenek dan membaca catatan lain.

Cerita-cerita lisan tersebut akan menjadi bahan dasar untuk riset dan pengembangan Maghilewa ke depan.

Sebagai dosen di UPN "Veteran" Yogyakarta, Niko juga mengajak rekan dosen lainnya untuk bergabung dalam diskusi.

Mereka inilah yang nantinya dipersiapkan untuk melakukan riset lanjutan berdasarkan hasil diskusi awal ini, kemudian merancang blueprint atau cetak biru masa depan Maghilewa.

Pemateri dalam diskusi tersebut, Dr. Drs. Yohanes Vianey Watu, M.Hum. Dia adalah dosen di Unika Widya Mandira Kupang.

Bukan hanya status itu yang membuatnya didapuk sebagai narasumber, tapi juga karena dia pernah melewati masa kecilnya di kampung tradisional yang unik dan menyimpan berbagai kekayaan budaya tersebut.

Pada kesempatan tersebut, dia lebih menekankan bagaimana mengembangkan kampung adat atau tradisional semacam Maghilewa ini untuk dijadikan bagian dari industri pariwisata di NTT.

Narasumber lainnya, Agustinus Ghedo Turu, seorang wartawan sekaligus sastrawan senior dan putra asli Maghilewa, berkisah banyak tentang sejarah kampungnya itu.

Agustinus menarasikan banyak hal, mulai dari sejarah dan makna nama Maghilewa, kisah tentang orang mencari emas pada tahun 1800-an, sejarah masuknya penjajah dan pembawa ajaran agama, dan masih banyak lagi.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved