Breaking News

Gunung Ile Lewotolok Meletus

Gaspar Panik Suara Gemuruh Gunung Lewotolok Erupsi

Gunung Ile Lewotolok kembali erupsi, Minggu (29/11) pukul 09.45 Wita. Terdengar suara ledakan disertai gemuruh

Editor: Kanis Jehola
Kolase POS-KUPANG.COM/Ricardus Wawo
Hujan Batu Akibat Gunung Ile Lewotolok Membuat Warga Panik dan Takut, "Tuhan Tolong, Ini Hujan Batu" 

POS-KUPANG.COM | KUPANG - Gunung Ile Lewotolok kembali erupsi, Minggu (29/11) pukul 09.45 Wita. Terdengar suara ledakan disertai gemuruh. Beberapa saat kemudian material vulkanik seperti debu, pasir dan batu keriki menghujani 21 desa yang tersebar di wilayah Kecamatan Ile Ape dan Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata. Warga pun mengungsi.

Warga Desa Todanara, Kecamatan Ile Ape, Dominikus Deke mengatakan, hujan debu dan pasir dirasakan ketika masyarakat baru saja pulang mengikuti perayaan ekaristi di gereja. "Keluar gereja tiba-tiba dengar bunyi. Ada batu pasir di atap rumah," ujar Dominikus.

Warga Desa Todanara lainnya, Gaspar Boli menyebut letusan cukup dahsyat. "Selama hidup saya, ini dahsyat sekali. Kami habis sembahyang, duduk tidak sampai satu jam, dengan bunyi besar sekali. Kami semua lari pontang panting," ujar Gaspar.

Baca juga: 4.483 Warga Ile Ape Mengungsi Gunung Lewotolok Erupsi

Menurut Gaspar, semua warga Todanara sudah mengungsi ke Kota Lewoleba. "Kampung kosong, yang tersisa di sana beberapa pemerintah desa yang jaga kampung," katanya.

Sekitar 200 warga dari desa Lamawolo, Lamatokan dan Baolaliduli, Kecamatan Ile Ape Timur dievakuasi via jalur laut ke desa Tapolango, desa seberang di Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata pasca Gunung Ile Lewotolok meletus pada Minggu (29/11/2020) pagi.
 
Sekitar 200 warga dari desa Lamawolo, Lamatokan dan Baolaliduli, Kecamatan Ile Ape Timur dievakuasi via jalur laut ke desa Tapolango, desa seberang di Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata pasca Gunung Ile Lewotolok meletus pada Minggu (29/11/2020) pagi.   (Foto/Ricko Wawo)

Warga Kampung Jontona, Sandro Bala Wangak mendengar suara letusan disertai gemuruh dari arah puncak Ile Lewotolok. Suara itu membuat warga panik dan lari berhamburan keluar rumah.

Hal senada disampaikan Ursula Deran, warga Desa Watodiri, Kecamatan Ile Ape. "Kami dengar ada ledakan pas keluar lihat asap sudah membubung tinggi. Saya panik dan langsung dengan sepeda motor ke Lewoleba. Sepeda motor saya sempat kehabisan bensin saya dorong. Beruntung ada yang kasih saya," kata Ursula.

Baca juga: Aparat Polres Lembata Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Ile Lewotolok

Saking panik, Ursula meninggalkan anak-anaknya di Desa Watodiri. "Saya lagi cari anak-anak. Tadi saya panik sekali. Semoga mereka baik-baik saja, bapak-bapak tolong bantu kami," ujar Ursula.

Warga Desa Bungamuda, Zakarias Sanga (52) menuturkan detik-detik Gunung Lewotolok meletus. Menurutnya, kebanyakan warga Desa Bungamuda baru saja pulang dari gereja. Tiba-tiba mereka mendengar suara ledakan dari arah puncak Ile Lewotolok. Asap membubung tinggi ke langit.

Sejumlah warga Ile Ape dan Ile Ape Timur yang berada di lokasi evakuasi di lapangan Kantor Bupati lama, Kota Lewoleba, Minggu (29/11/2020)
Sejumlah warga Ile Ape dan Ile Ape Timur yang berada di lokasi evakuasi di lapangan Kantor Bupati lama, Kota Lewoleba, Minggu (29/11/2020) (POS-KUPANG.COM/Ricko Wawo)

"Kami baru pulang gereja, dan ada yang teriak bilang gunung meletus. Bunyi besar sekali, tiga empat kali baru asap mengepul. Setelah itu baru hujan abu dan batu turun. Semua panik, ada yang menangis. Ada yang suruh masuk, ada yang suruh keluar, jadi bingung," tuturnya.

Menurut Zakarias, hujan abu, pasir dan kerikil berlangsung hampir satu jam. Beberapa rumah warga atapnya bolong.

Hal senada juga diutarakan sepasang suami istri dari Desa Lamatokan, Kecamatan Ile Ape Timur, Agustina As Making dan Aloysius Ola.

"Kita dengar gemuruh itu kita kaget langsung lari. Sekarang rumah kosong. Jadi hanya pakaian di badan," kata Agustina.

Aloysius mengatakan, saat Gunung Lewotolok meletus ia baru pulang dari gereja. Sementara Agustina bersama anaknya sementara memberi makan ternak babi.

"Tiba-tiba anak saya bilang lihat mama ada hitam di atas itu. Langsung meletus. Bunyi besar. Kami langsung lari ke tepi pantai," katanya.

"Saat gemuruh besar itu kami bingung mau buat apa. Kami langsung ke sini.
Kami bertahan di sini dulu," kata Agustina sembari menambahkan kalau mereka dievakuasi dengan kendaraan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved