Berapa Biaya Untuk Merawat Seorang Pasien Covid-19? Simak Penjelasan Ketua IAKMI NTT

Berapa biaya untuk merawat seorang pasien Covid-19? simak penjelasan Ketua IAKMI NTT

Penulis: Gerardus Manyela | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/Dokumen Pribadi
Dr. dr. Hyronimus Fernandez 

Berapa biaya untuk merawat seorang pasien Covid-19? simak penjelasan Ketua IAKMI NTT

POS-KUPANG.COM - Beberapa hari lalu saya berdiskusi bersama anggota Majelis Pakar PP IAKMI yang juga Ketua IAKMI Orovinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT), Dr.dr.Hyeron Fernandez, M.Kes di sebuah tempat acara keluarga. Kami mendiskusikan berbagai persoalan seputar Covid-19, termasuk Kota Kupang menuju zona hitam karena setiap hari jumlah warga terpapar terus bertambah.

Sebagai Ketua IAKMI yang peduli dengan kesehatan masyarakat, Dr.dr.Hyeron cemas dengan kondisi Vovid-19 di Kota Kupang khususnta dan NTT umumnya. Dr.dr.Hyeron terus mengingatkan agar madyarakat menaati protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun pada air mengalur dan menjaga jarak. Hanya dengan mematuhi protokol kesehatan Covid, maka kita sudah membantu meringankan beban pemerintah, kita ikut mendukung pemerintah menghemat.Mengapa? Karena biaya yang dikeluarkan untuk merawat seorang pasien mencapai ratusan juta.

Baca juga: Vaksin Terbaik adalah Patuhi Protokol Kesehatan

"Ya memang kalau sudah sakit covid-19 apalagi dengan penyakit dasar (co morbid), untuk mengupayakan penyembuhan pihak medis pasti berjibaku, karena mereka benteng pertahanan terakhir untuk menyelamatkan nyawa (bahkan sampai mereka sendiri menjadi korban - sudah lebih dari 200 tenaga medis, perawat, dll yang jadi korban Covid-19) sebagaimana telah ditunjukkan selama ini,"kata Hyeron.

Menurut Hyeron, biaya segitu itu juga sama bahkan bisa lebih tinggi di NTT karena komponen pengiriman dll. Sudah ada indikasi kapasitas pelayanan penderita Covid-19 di Kota Kupang segera capai maksimal jika dilihat dari ketersediaan TT. Dan, itu mungkin cuma TT jadi dianggap bisa ditambah dengan cepat. Tapi SDM tenaga medis? Perawat? Sarana/prasarana lain??

Baca juga: HUT ke-9 Otoritas Jasa Keuangan: Robert Bertekad OJK Bermanfaat Bagi NTT

Apakah kita mampu? Prof Hasbullah Tabrani adalah Guru Besar Ekonomi Kesehatan dan Ahli Kesehatan Masyarakat, jadi saya tidak meragukan perhitungannya.

Hyeron menjelaskan data Covid dan perhitungan secara ekonomi oleh Prof. Hasbullah Tabrani. Seperti apa perhitungannya?

Persentase kasus meninggal akibat COVID-19 (fatality rate)di Indonesia minggu ini turun menjadi 3,26% dari minggu sebelumnya 3,34%. Ini dapat diartikan bahwa tenaga kesehatan (nakes) telah berjuang maksimal dalam merawat pasien positif COVID-19, terutama pasien COVID-19 yang memiliki penyakit penyerta.

Komitmen tinggi nakes,kata Hyeron mengutip Hasbullah, sebenarnya harus juga didukung oleh masyarakat untuk mencegah penularan COVID-19, melalui disiplin menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak aman).

"Dampak mencegah penularan COVID-19 melalui 3M ini sangat luar biasa, selain membantu nakes, juga mengurangi beban daya tampung ruang perawatan di Rumah Sakit Darurat COVID-19", terang dr. Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Satgas COVID-19 dalam acara Dialog Juru Bicara dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (16/11/202.) seperti dikutip Hyeron.

Untuk mengetahui dampak ekonomi yang lebih jauh lagi dari tertular COVID-19, Prof. Dr. dr. Hasbullah Thabrany, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menyampaikan. "Biaya penyakit itu mahal. Dari COVID-19 saja, biayanya bisa sampai Rp600 juta".

Prof. Hasbullah lebih lanjut menyatakan,"Survey di 9 Provinsi di Indonesia untuk mengkaji biaya pengobatan COVID-19, menemukan biaya tertinggi mencapai Rp 446 juta. Rata-rata dana yang dikeluarkan untuk mengobati satu pasien COVID-19 adalah Rp184 juta, dengan rata-rata lama perawatan 16 hari rawat inap".

Prof. Hasbullah menekankan bahwa penyakit merupakan musibah yang sebenarnya bisa dicegah. Pencegahan dilakukan dengan mengubah perilaku dan menjaga gaya hidup sehat.

"Oleh karena itu, jangan gampang menyalahkan Tuhan kalau kita sakit. Tuhan tidak akan memberikan seseorang musibah ataupun pahala dan rezeki tanpa melihat sejauh apa usahanya. Jadi COVID-19 ini sebenarnya penyakit yang bisa dicegah, melalui penerapan disiplin 3M. Apalagi kita tahu bahwa setelah sakit, kita tidak bisa bekerja,"kata Hasbullah dikutip Hyeron.

Hasbullah juga menekankan bahwa COVID-19 menimbulkan beban dan merugikan negara. Hingga kini, perawatan pasien COVID-19 masih menjadi tanggungan negara yang menggunakan dana APBN dan APBD. Pengeluaran negara mencapai 800 triliun (APBN, APBD, dan dana desa) untuk pengobatan hingga program pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Apabila masyarakat disiplin melakukan gerakan 3M, kerugian negara bisa ditekan, dan dampak lainnya kasus COVID-19 pun juga menurun.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved