Asmau Pasien Pertama Covid19 di NTT  

14 Hari di Kamar Isolasi Covid-19 Saya Memilih Tetap Hidup  

14 Hari di Kamar Isolasi Covid-19 RSUD Yohannes Kupang, Elyas Yohanis Asmau Pasien Pertama Covid-19 di NTT Memilih Tetap Hidup  

dok Elyas Yohanis Asamau
Elyas Yohanis Asamau bersama istri Wany Here Wila dan anak mereka, Elzaddah Asamau dan Albriant Pratama Asamau 

“Saya mau kasitahu agar masyarakat jangan lengah, Covid-19 sudah ada di NTT, jadi harus serius jaga diri dan patuhi protokol kesehatan. Saya juga mau kasihtahu kondisi saya ini agar orang yang pernah kontak dengan saya segera ke rumah sakit dan rapid tes,” jelas El.

Di tengah pergumulannya dirawat di ruang isolasi sebagai pasien Covid-19 El mengaku merasa sedih tapi juga bahagia. 

“Hari pertama kedua, saya rasa bahagia, seakan mimpi masa kecil saya jadi kenyataan. Tak perlu kerja, tidur bangun, main game, baca, dilayani makan minum, fasilitas lengkap. Ternyata begini rasanya bahagia, dilayani seperti raja,” kata El.

Namun bebepapa hari kemudian rasa bahagianya berganti menjadi kebosanan bahkan El mulai stress di dalam kamar isolasi tanpa jendela itu. Pasalnya, sebagian besar isi pemberitaan di medsos dan televisi tentang covid-19. Belum lagi, banyak komentar memojokan menanggapi video yang dibuatnya itu.

El juga terus meriang dan demam selama beberapa hari. Efek obat pun membuatnya mual namun EL terus meminum obat itu karena ingin sembuh. El terus mengalami pergumulan bathin. Sering tak bisa tidur lelap. Setiap kali terbangun El bertanya apakah dia masih hidup ataukah sudah mati.

"Deman tinggi, badan tidak enak. Saya sempat berpikir kalau begini terus keadaannya mungkin saya bisa mati karena Covid-19. Saya pikir, saya hanya punya dua pilihan, mati atau hidup. Dan saya memilih tetap hidup. Saya yakin, hal terbaik pasti diberikan Tuhan. Tiap kali timbul rasa kuatir, saya menyemangati diri saya,” kata El.

El bersyukur karena mendpaat dungan dari semua orang, mulai dari anak istri, pendeta, kepala ruangan dan kerabat lainnya.  “Saya kuat karena Tuhan menyertai saya termasuk doa istri anak dan kerabat,” kata El.

Bahkan seorang dokter bernama Mariam Mauko memberi buku tentang mengatasi depresi kepada El. Buku itu dibaca semalaman dan besoknya El memutuskan untuk ‘hidup baru’ dan  tak mau berpikir yang sulit-sulit lagi. "Saya fokus kepada penyembuhan. Kalau stress saya ingat pernyataan dokter Nikson bahwa saya sudah lewati masa kritis,” kata El.

Hari-hari selanjutnya dijalani dengan lebih ikhlas dan EL mulai membuka laptop menyelesaikan beberapa tulisan untuk bukunya tentang beasiswa. “Buku saya sekarang sedang dipasarkan. Saya menulis sejak di bali dan saya selesaikan bukunya di ruang isolasi rumah sakit,” kata El.

Selama diisolasi El mengaku banyak belajar bagaimana mengelola emosi, belajar menerima keadaan, belajar mengevaluasi diri serta belajar ikhlas.

Elyas Yohanis Asmau Pasien Pertama Covid-19 di NTT saat menjalani perawatan di RSUD Dr. WZ Yohannes Kupang Maret 2020 (dok Elyas Yohanis Asamau)
Elyas Yohanis Asmau Pasien Pertama Covid-19 di NTT saat menjalani perawatan di RSUD Dr. WZ Yohannes Kupang Maret 2020 (dok Elyas Yohanis Asamau) (dok Elyas Yohanis Asamau)

Tanggal 25 April 2020, dokter dan perawat masuk ke ruang isolasi dan mengabarkan El bisa pulang karena sudah sembuh. Meski sangat rindu memeluk istri dan anak-anaknya, pulang rumah El tetap menahan diri karena harus menjalani isolasi mandiri lagi selama 14 hari di rumah.

“Baru hari ke-13, anak laki-laki saya sudah tidak sabar. Dia masuk ke kamar, pakai sepatu, jaket, celana panjang, pakai masker dan mengatakan I want to hug you, daddy, begitu katanya sambil langsung memeluk saya. Kami berpelukan lama sekali. Saya terharu, apalagi yang niat itu dari dia. Tuhan terimakasih,” kenang El.

Elyas Yohanis Asamau bersama istri Wany Here Wila dan anak mereka, Elzaddah Asamau dan Albriant Pratama Asamau
Elyas Yohanis Asamau bersama istri Wany Here Wila dan anak mereka, Elzaddah Asamau dan Albriant Pratama Asamau (dok Elyas Yohanis Asamau)

El yakin setiap peristiwa yang terjadi pasti ada maksud baik termasuk saat dia terpapar Covid-19.

El berharap pasien Covid-19 dan keluarga mesti yakin bahwa Covid-19 akan bisa ditangani asalkan ikuti aturan main dan mematuhi protokol kesehatan.

“Kalau kena COvid-19, jangan putus asa, harus ada keinginan untuk sembuh. Jalani prosesnya dan tetap berdoa. Ikuti  arahan dokter. Jaga pikiran dan fisik tetap sehat. Jika bosan di kamar, baca buku, menyanyi, bikin video kreatif atau hal lain yang positif. Keluarga mesti beri dukungan moril,” pesan El.

El juga mengajak setiap orang mau menerima resiko atas apapun tindakan yang dilakukan sebagaimana yang dialaminya setelah membuat video itu. Dia dibully dan difitnah ingin cari sensasi. "Bagi saya, jika itu bisa membantu orang banyak maka lakukan dan hadapi konsekuensinya,” kata El.

Bulan November 2020 ini NTT kasus Covid-19 makin naik baik orang yang terpapar maupun yang meninggal dunia. Namun El  yakin, Covid-19 akan berlalu jika semua pihak mau menjalankan peran, tugas tanggungjawab dan saling mendukung. 

“Satgas mesti terus sosialisasi, beri himbauan, update data tentang covid-19 agar masyarakat tahu, paham dan bisa terus beraktifitas. Ingat  tetap mengikuti protokol kesehatan,” pesan El. 

Jangan Bikin Stigma

Wani Herewila, istri El mengaku siang itu dia sedang bermain dengan kedua anaknya di teras rumah namun hatinya tidak tenang. Wani kemudian masuk kamar, melihat HP dan ternyata ada panggilan masuk dari EL. Wina langsung menghubungi El dan menanyakan apa hasil dari rumah sakit. Dan El meminta Wina tetap tenang dan jangan panik karena El masih menunggu dokter. EL minta apapun hasilnya nanti, Wani harus tetap tenang.

Usai menutup telepon, ibu beranak dua ini masuk ke kamar berlutut dan mulai memanjatkan doa. "Beta minta Tuhan kuatkan kami apapun hasilnya nanti, kami ikhlas. Lalu Kaka El  telepn lagi dan bilang hasilnya positif tapi beta sonde (tidak) panik,” kata Wani yang langsung melakukan isolasi mandiri di rumah bersama mama dan dua anaknya.

Selama menjalani isolasi di rumah, sahabat El yakni para aumni IPDN dan lurah Manufatin serta istri setia memberi bantuan makanan dan vitamin. “Mereka kumpul uang dan tiap hari drop makanan, vitamin bahkan minyak tanah. Ada yang antar tiap hari kami benar-benar terbantu, terimakasih,” kenang Wani.

Wani dan mamanya sempat stress hingga mamanya drop dan mendapat pendampingan pastoral dari Pdt Martomas. Mereka mendapat banyak tekanan dari sejumlah masyarakat.  “Di medsos kami dibully, dicaci maki, dihujat bilang kaka EL penipu, cari sensasi. Orang lewat depan rumah langsung pakai masker, kami sangat tertekan, sakit hati dan stress. Beta paling tidak suka mereka stigma kami sebagai pembawa virus Covid-19 ke NTT,” sesal Wani.

Wani makin stress karena hilang kontak dengan El selama 2 hari, dimana saat itu El di ruang isolasi rumah sakit itu depresi sehingga tak mau berhubungan dengan siapapun. Menghadapi hal itu Wani terus berdoa dan berusaha tak memikirkan hal negative.

“Baru nanti kaka El telepon minta maaf katanya dia depresi. Kami dua berdoa saling kuatkan untuk bisa menghadapi hal ini,” kata Wani.

Wani mengatakan, doa dan dukungan dari pendeta dan beberapa orang lewat telepon dan WA membantu mereka melewati masa sulit itu.  “Mama Pendeta Meri Kolimon, Pdt Misa, Pdt Martomas, walikota, wakil gubenur, teman, keluarga sellau beri dukungan lewat telepon sehingga kami kembali semangat dan melewati hal ini. Kak EL bisa sembuh, puji Tuhan,” kata Wina.

Menurut Wani kunci penyembuhan Covid-19 selain karena adanya keoptimisan pasien, perawatan yang cepat dan tepat, juga doa dan dukungan moril adalah hal yang sangat penting. "Covid bukan penyakit yang hanya menyangkut kesehatan tapi juga psikologis mental paling berpengaruh," kata Wani. 

Wani berpesan jangan panik saat terpapar Covid-19. Masyarakat juga jangan pernah menstigma pasien Covid-19 dan keluarganya. Jika tak bisa memberi bantuan secara langsung, Kata Wani, jangan melakukan tindakan dan kata-kata yang membuat pasien dan keluarganya tertekan. Karena penyakit yang dihadapi pasien itu sudah cukup membuat pasien dan keluarga pasien tertekan . 

"Beta rasa betul Tuhan punya cara taruh persoalan dan angkat kembali persoalan ini dalam hidup kami agar ada kesaksian bagi banyak orang. Tuhan mengaturnya terlalu indah,” ucap syukur Wani. (poskupang.com, novemy leo)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved