Raja Belanda Kunjungan ke Indonesia, Minta Maaf atas 'Kekerasan Berlebihan' di Masa Lalu
Sejarawan Universitas Indonesia, Bondan Kanumoyoso mengatakan permintaan maaf itu menunjukkan pengakuan Belanda bahwa mereka melakukan kesalahan.
Raja Belanda Kunjungan ke Indonesia, Minta Maaf atas 'Kekerasan Berlebihan' di Masa Lalu
POS-KUPANG.COM - Sejarawan Belanda, Marjolein van Pagee, yang fokus mempelajari era kolonialisme di Indonesia, mengkiritik permintaan maaf Belanda yang disebutnya tidak cukup.
Ia mengatakan mestinya permintaan maaf tersebut mencakup keseluruhan era kolonialisme selama lebih dari 300 tahun, tidak hanya untuk periode 1945-1949.
"Saya kaget, tapi tak sepenuhnya syok [bahwa permintaan maaf] hanya untuk [periode] 1945-1949, bukan untuk keseluruhan masa kolonisasi. Dan ia juga tak menyebut sama sekali soal pengakuan legal [atas kemerdekaan Indonesia] tahun 1945," kata Marjolein dalam keterangan tertulis kepada BBC Indonesia, hari Selasa (10/03).
Marjolein juga menyayangkan Raja Belanda yang tidak menemui langsung keluarga para korban tentara Belanda, seperti Abdul Halik, yang secara khusus terbang dari Bulukumba, hingga Selasa (10/03) masih berada di Jakarta.
"Raja, keluarga kerajaan dan pemerintah Belanda tidak menghormati anggota keluarga mereka yang terbunuh antara 1945-1949. Jadi, ketika Raja berpura-pura merasa sangat menyesal tentang perang ketika dia bertemu Presiden Joko Widodo, dia mengabaikan para korban," ujarnya.
"Keluarga korban, yang berada di Jakarta, tidak disambut oleh Raja, malah beberapa hari lalu kedutaan meminta mereka pergi dengan mengatakan 'maaf kami tidak punya waktu untuk Anda, kami sedang sibuk mempersiapkan kunjungan kenegaraan'," kata Marjolein.
Untuk pertama kalinya, Kerajaan Belanda meminta maaf pada Indonesia atas kekerasan yang terjadi pada tahun-tahun setelah Proklamasi. Keluarga korban pembantaian Westerling menerima maaf itu, namun mengatakan kesalahan Belanda harus tetap ditebus.
'Rasa sakit terasa hingga hari ini'

Di hari pertama kunjungannya ke Indonesia, Raja Belanda Willem-Alexander yang didampingi Ratu Maxima, menyampaikan permohonan maafnya pada Indonesia atas kekerasan yang terjadi di masa lalu dalam pidatonya di Istana Bogor (10/03).
"Pada saat yang sama, adalah hal yang baik bahwa kita terus memandang masa lalu. Masa lalu tidak bisa dihapus, dan harus diakui oleh setiap generasi yang akan datang. Pada tahun-tahun segera setelah Proklamasi, pemisahan yang menyakitkan terjadi, yang menelan banyak korban jiwa," ujar Raja Willem-Alexander.
"Sejalan dengan pernyataan sebelumnya oleh pemerintah saya, saya ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas kekerasan yang berlebihan dari pihak Belanda pada tahun-tahun itu."
"Saya melakukannya dengan kesadaran penuh bahwa rasa sakit dan kesedihan keluarga yang terdampak terus terasa hingga hari ini," ujarnya.

Sebelumnya, sejumlah keluarga korban pembantaian tentara Belanda pimpinan Raymond Westerling menolak kedatangan Raja dan Ratu Belanda ke Indonesia, yang dijadwalkan berlangsung pada Selasa (10/03) hingga Jumat (13/03) karena belum menerima kata maaf dan ganti rugi.
Jadwal kunjungan mereka ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, yang menurut Kedutaan Belanda adalah untuk menghormati para korban perang kemerdekaan juga dipersoalkan.