Berita Maumere Hari Ini
Sering Urus Sampah, Ini Kisah Wanita Yang Dijuluki Ratu Sampah di Sikka
Sering urus sampah, ini kisah Wanita yang dijuluki Ratu Sampah di Kabupaten Sikka
Penulis: Aris Ninu | Editor: Kanis Jehola
Sering urus sampah, ini kisah Wanita yang dijuluki Ratu Sampah di Kabupaten Sikka
POS-KUPANG.COM | MAUMERE - Pagi itu, Senin (19/10/2020) POS-KUPANG.COM disambut hangat oleh wanita berbaju biru dengan tangan kanan yang menggunakan sling. Ia baru saja mengalami kecelakaan sehingga membuatnya harus menggunakan sling penyangga tangan.
Lambaian tangan dan senyumnya menghilangkan rasa takut saya. Suaminya juga menyapa dan menyambut saya dengan hangat. Ini pertama kalinya saya akan mendengarkan kisah hidupnya, berbicara banyak dengannya, dan mungkin akan membangun hubungan baik dengannya.
Baca juga: Omnibus Law: Menuju Masyarakat Produktif
Saya sering melihatnya di beberapa acara tertentu dan saya juga sering melihatnya memungut sampah ketika acara karnaval telah usai.
Namanya adalah Susi Susilowati. Namun namanya telah berubah menjadi Susilowati Koopman. Koopman adalah nama seorang pria Belanda yang selalu bersamanya sampai ke titik ini.
"Silahkan duduk, ini mau langsung wawancara atau mau minum dulu?"
Baca juga: Yayasan Papa Miskin Adakan Penguatan Kapasitas Untuk Desa Bebas Malaria
"Wawancara dulu, Ibu. Minumnya nanti saja," jawab saya dengan sedikit hati-hati. Hari ini saya akan bertanya seputar kehidupannya dan pertanyaan-pertanyaan itu sudah tersusun rapi dalam buku hijau ini.
"Oh, tentu saja kak Indah. Silahkan," katanya sambal tersenyum. Setidaknya senyuman itu membuat hati saya berhenti berdegup kencang dan ketakutan saya perlahan menghilang.
"Sebelum memasuki pertanyaan inti, bolehkan Ibu menceritakan awal mula Ibu memilih Flores sebagai tempat tinggal Ibu, awal mula Ibu membangun home stay ini, dan awal mula Ibu membuka Bank Sampah Flores?" tanyaku.
Pertanyaan pertama namun jawaban yang ia berikan menjawab semua pertanyaan yang telah saya siapkan semalam. Ia belajar banyak hal dari suami dan anak-anaknya. Suami yang selalu mendukung dan anak-anak yang selalu memberikan pelajaran dalam kehidupannya membuat ia selalu bersyukur atas nikmat Tuhan.
Pada 1997, pertama kalinya ia menginjakan kakinya di Kota Maumere Manise. Meskipun ia dan suaminya kembali lagi di Pakistan lalu tinggal beberapa bulan di Belanda dan tinggal beberapa tahun di Bali, namun kecintaannya pada kota ini membuatnya kemudian menetap dan tinggal di sini.
Meskipun dengan rumah yang berukuran kecil di Paga, tapi membuatnya selalu bersyukur. Sebelum menjadi Direktur Bank Sampah Flores dan membuka eco home stay, ia juga pernah bekerja sebagai agent travel, kemudian membuka caffe, membuka play group, hingga menjadi relawan pada workshop yang diselenggarakan oleh VSO dan bekerja sama dengan BAPEDA. Workshop ini adalah awal dimana ia mengenal rekan-rekannya yang difabel dari berbagai daerah dan tugasnya adalah membantu para difabel tersebut.
Ia belajar berbisnis dari workshop ini karena hampir setiap hari ia selalu membacakan tips-tips bagaimana membuat bisnis pada buku guidance untuk para difabel.
Secara tidak langsung, ia juga mendapat ilmu bagaimana cara berbisnis. Susi adalah wanita keturunan Jawa dan ia selalu jatuh cinta pada budaya Flores. Pemandangan yang begitu indah dan masyarakat yang ramah menjadi nilai plus baginya.
Tapi, ia sangat menyayangkan karena masih banyak sampah di kota ini. Bahkan lahan yang saat ini dijadikan home stay pernah menjadi tempat pembuangan sampah.