Opini Pos Kupang
Fratelli tutti -Kita Semua Bersaudara
Pandemi Covid-19 membuka mata semua orang tanpa kecuali para pengikut Kristus bahwa kita sedang berada di atas perahu yang sama
Oleh : Yohanes Monteiro, Rohaniwan, tinggal di Ritapiret
POS-KUPANG.COM - Pandemi Covid-19 membuka mata semua orang tanpa kecuali para pengikut Kristus bahwa kita sedang berada di atas perahu yang sama dan sedang dilanda badai yang tidak dinanti-nantikan dan sangat melelahkan.
Pandemi Covid-19 membuka kesadaran kita semua bahwa tidak ada ruang dan waktu perjumpaan kudus yang steril dari infeksi virus corona (SARS-CoV-19). Ia menembus batas dinding-dinding gereja yang telah dikonsekrasikan, pun tidak mengenal hari Minggu sebagai waktu perjumpaan istimewa antara umat beriman dengan Kristus yang bangkit untuk bersama-sama memuji dan memuliakan Allah.
SARS-CoV-19 tidak membedakan klerus dan awam, laki dan perempuan, tua dan muda, kaya dan miskin. Di hadapan corona virus disease 2019 kita semua sama.
• Terdakwa Kasus Dugaan Pembunuhan Mahasiswa di Kupang Divonis Bebas
Serentak pula kita sedang dipanggil untuk mendayung bersama-sama pada sisi biduk yang sama di atas samudra bumi yang sedang tidak suci. Paus Fransiskus dalam ensiklik "Fratelli tutti" (Persaudaraan dan Persahabatan Bersama) -yang dipublikasikan di Vatikan (4 Oktober 2020) bertepatan dengan peringatan Santo Fransiskus dari Asisi -mengajak umat manusia untuk melihat rapuhnya asuransi dan garansi hidup dengan bangunan individualisme dan kolektivisme eksklusif para bangsa.
Badai pandemi Covid-19 membuka selubung masker stereotype manusia yang membungkus dirinya dengan segala hal terkait image, perjumpaan virtual semu dari realitas sesungguhnya, konektivitas luas tanpa ikatan persaudaraan yang kuat.
• 257 Orang PNS Kota Kupang Ambil Sumpah
Utama dari Fratelli tutti tidak sekadar untuk memperbaiki sistim dan hukum melainkan pada orientasi baru, perubahan Gesellschaft dan politik yang lebih mengutamakan persaudaraan dan keadilan, pengakuan akan kesamaan martabat setiap pribadi dan segenap manusia dengan identitasnya masing-masing, pribumi maupun migran.
Jamnya telah tiba dengan pandemi Covid-19 untuk bermimpi tentang kemanusiaan bahwa kita semua adalah saudara dan saudari yang membutuhkan berkat yang sama (Fratelli tutti, no. 8), dan bertanya tentang apa yang utama dari eksistensi hidup manusia (Fratelli tutti, no. 33).
Kita Membutuhkan Berkat yang Sama
Krisis dunia akibat pandemi Covid-19 ditanggapi Paus Fransiskus sebagai pemimpin Gereja Katolik universal dengan berkat apostolik extraordinaria, "urbi et orbi" -untuk Kota Roma dan Dunia, pada Jumat, 27 Maret 2020.
Berkat istimewa dari seorang pemimpin rohani dunia yang normalnya diberikan pada tiga kesempatan khusus yakni pada pesta Paskah, Natal, dan sesaat setelah seorang Paus terpilih dan diproklamasikan kepada dunia (Habemus papam).
Keistimewaan lain pada Jumat, 27 Maret 2020 adalah pilihan tempat. Tidak seperti biasanya berkat "urbi et orbi" diberikan oleh seorang Paus dari balkon Benedictiologgia.
Sebaliknya Paus Fransiskus memilih memberikan berkat "urbi et orbi" dengan Sakramen Mahakudus dalam monstrans dari pintu Basilika Santo Petrus di hadapan lapangan Santo Petrus yang sunyi-senyap, tanpa massa.
Dengan doa dan gestur merangkul Sakramen Mahakudus, Paus Fransiskus mau mengatakan kepada semua orang yang sedang terisolasi berhari-hari lamanya, dan sedang dilanda kecemasan serta kesulitan karena pandemi Covid-19, bahwa mereka tidak sendirian.
Tindakan ritual Paus Fransiskus yang outside of the box hendak menegaskan identitas kristiani yang sebenarnya sebagai Samaritan yang baik hati atas pertanyaan siapakah sesamaku (bdk. Lukas 10:25-37).
Bila musik Injil -Kabar Gembira ini tidak diperdengarkan di rumah-rumah, di ruang-ruang publik, di tempat-tempat kerja, di dunia politik dan ekonomi, maka kita sedang mematikan melodi itu, kewajiban untuk memperjuangkan martabat setiap pribadi manusia laki dan perempuan (Fratelli tutti, no. 277).
Apa yang Penting dalam Hidup
Pandangan pandemi Covid-19 sebagai nasib terberi (fatalisme) merendahkan martabat manusia sebagai animalis rationalis, menganggapnya sebagai karma hukuman dari Tuhan akan menjadikan Tuhan sebagai sumber ketidakadilan atas penderitaan orang benar seperti tokoh Ayub dalam Perjanjian Lama.
Tuhan tidak menghukum, tetapi Ia mau supaya kita sadar akan apa yang penting dalam hidup ini. Kerusakan alam menuntut bayarannya atas harga manusia, dan bila kita tidak mempunyai rasa penderitaan bersama, solider bersama, tetap dengan orientasi hidup yang konsumtif, maka akan tiba saatnya bellum omnium contra omnes -perang semua melawan semua" (Thomas Hobbes, 1588-1679) yang lebih dasyat dari pandemi Covid-19.
Fratelli tutti -Kita semua bersaudara adalah seruan kepada kemanusiaan dan panggilan mendesak untuk menyelamatkan bumi sebagai rumah bersama (ekumene), dan ekonomi keselamatan dunia, tanpa kecuali. Tragedi global Covid-19, krisis yang bermakna ganda.(*)