Sebelum Dibunuh, Jenderal S Parman Tolak Tawaran PKI, Sempat Beri Pesan Dimakamkan Di TMP Kalibata
Pun malam itu, Kamis, 30 September 1965. Pasangan suami-istri yang tinggal di Jalan Serang Nomor 32 itu baru beranjak ke peraduan tepat tengah malam.
Salah satu tim inilah yang dipimpin Sersan Satar dari Prajurit Tjakrabirawa menculik Jenderal S Parman.
Jenderal S Parman diculik tak lama setelah pembentukan tim dini hari di rumahnya.
Ia dikepung sebanyak 20 orang tentara yang menyerbu rumahnya.
Saat itu, Jenderal S Parman dan istrinya sedang terjaga.
Mendengar keberisikan di luar rumahnya, Jenderal S Parman langsung keluar menuju halamannya.
Mulanya ia hanya mengira suara brisik tersebut segerombolan perampok.
Tak mengira akan hal itu, ia malah bertanya kepada prajurit Tjakrabirawa tersebut apa yang terjadi.
Lantaran aksi mereka senyap, prajurit tersebut berbohong menyampaikan perintah Presiden Soekarno untuk menjemputnya.
Tak ia sadari, Jenderal S Parman bergegas berganti pakaian.
Namun sebelum ia berangkat, ia sempat membisikan pesan kepada istrinya.
Jenderal S Parman meminta agar istrinya menghubungi Letnan Jendral Ahmad Yani, yang juga menjadi korban.
Sayangnya, permintaannya itu terdengar prajurit penculik itu.
Mereka merampas teleponnya dan membawa paksa Jenderal S Parman.
Setelah itu, Jenderal S Parman dibawa ke Lubang Buaya.
Jenderal S Parman ditemukan jasadnya di Lubang Buaya pada 4 Oktober 1965, empat hari setelah penculikannya.