Regional
Stunting di Desa Kotodirumali Meningkat Tajam, Stakeholders Cari Solusi
Kasus stunting meningkat tajam di Desa Kotodirumali, Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagakeo.
Penulis: Apolonia M Dhiu | Editor: Apolonia Matilde
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Apolonia Matilde Dhiu
POS-KUPANG.COM|NAGEKEO - Kasus stunting meningkat tajam di Desa Kotodirumali, Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagakeo.
Jika tahun sebelumnya terdapat tiga kasus maka tahun 2020 meningkat tajam menjadi 11 kasus.
Hal itu terungkap dalam diskusi yang diinisiasi oleh Yayasan Plan Internasional Indonesia YPII dengan para pemangku kepentingan di Desa Kotodirumali, Kamis (17/9).
• Hanya Souvenir Kecil, Jaksa Pinangky Pernah Transfer Rp 20 Juta ke Putri Mantan Dirjen Imigrasi RI
Dalam diskusi dengan tajuk "Kampanye dan Rembug Desa Tentang Perilaku SCP dan Penanganan Stunting (Orang Tua/Pengasuh dan Stakehoder Desa) terungkap bahwa ada 11 kasus stunting di Desa Kotodirumali sangat tinggi.
Salah satu narasumber, Naomi Riani Ngebu, dalam diskusi tersebut menjelaskan bahwa stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak yang disebabkan kekurangan asupan gisi dalam waktu lama, infeksi yang berulang dan kurangnya rangsangan psikososial, ditandai dengan tinggi badan lebih pendek dari anak seusianya dan tingkat kecerdasan yang tidak maksimal.
Menurut Naomi, stunting terjadi sejak janin dalam kandungan sampai usia 2 tahun dan dapat dicegah pada 1.000 hari pertama kehidupan.
• Curhat Sedih Gisel, Sampai Tutup Cafe Pasca Cerai dari Gading Marten, Kini Bertahan Hidup dari Ini
Naomi mengatakan, untuk tindak pencegahan, hal yang harus dilakukan antara lain dengan memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil periode anak dalam kandungan (280 hari), pemberian ASI eksklusif sampai usia anak 6 bulan (periode 0-6 bulan (180 hari), pemberian makanan penguat ASI setelah 6 bulan Periode 6-24 bulan (540 hari),serta menjaga perilaku hidup bersih, fasilitas sanitasi bersih dan kebersihan lingkungan.
Forum diskusi mendadak diam ketika Naomi yang sehari-hari bertugas di Puskesmas Pembantu (Pustu) Kotodirumali memaparkan data bahwa pada tahun 2020 ada 11 anak di Kotodirumali yang teridentifikasi mengalami stunting.
"Kasus ini meningkat hampir 300% dibandingkan dengan perode yang sama pada tahun sebelumnya," katanya.
Hadir dalam kesempatan diskusi Kepala Desa Kotodirumali, Maternus Mau, para ibu hamil dan ibu bayi balita, para kader Posyandu, para ketua RT, para kepala dusun dan tokoh masyarakat serta Desa Kotodirumali.
• Mbak You Ingatkan Artis Ini untuk Tidak Gunakan Narkoba, Benarkah Reza Artamevia? Sebut Kebulan
Diskusi tingkat desa itu merupakan jabaran rencana tindak lanjut kegiatan kampanye SCP (Sustainable Consumption and Production) tingkat Kabupaten Nagekeo yang dilaksanakan tanggal 3 September 2020.
Sementara itu fasilitator SCP Desa Kotodirumali, Maria Anastasia Aso, dalam materinya yang bertema Pola Asuh Anak menjelaskan bahwa pola asuh merupakan pola perilaku yang diterapkan orangtua pada anak yang dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu.
Menuurtnya, pola asuh dapat berupa pola interaksi, penerapan aturan, dan sistem reward and punishment.
• Dibuka Lowongan Kerja Berbagai Posisi PT Waskita Karya Realty, Terakhir 23 September, Syarat &Link;
Ada empat jenis pola asuh yang kerap diterapkan orang tua seperti pola asuh otoriter menempatkan orangtua sebagai sosok yang paling benar dan harus dipatuhi, pola asuh permisif yang membebaskan keinginan anak, semuanya serba boleh, tidak ada aturan yang ketat.
Orangtua selalu menuruti keinginan anak dan memaklumi kesalahan-kesalahan anak.
