Mengenang Kunjungan Lima Hari di NTT: Jakob Oetama Puji Panorama di Nilo

Frans Seda mengajak Jakob Oetama dan petinggi Kompas Gramedia lainnya menuju makam orangtuanya. Frans Seda menyalakan lilin. Kami berdoa di sana

Editor: Kanis Jehola
POS0KUPANG.COM/DION DB PUTRA
DI LEKEBAI-Foto kenangan bersama Jakob Oetama, Frans Seda, August Parengkuan di Lekebai, Sikka, 27 Oktober 2005. 

Frans Seda mengajak Jakob Oetama dan petinggi Kompas Gramedia lainnya menuju makam orangtuanya. Frans Seda menyalakan lilin. Kami berdoa di sana

POS-KUPANG.COM - Dengan tiga mobil Kijang, kami meninggalkan Waiara lima belas menit jelang pukul 14.00 Wita. Kami menuju Lekebai, 40 km arah barat Maumere. Di sinilah Frans Seda lahir dan menghabiskan masa kanak-kanaknya. Dibesarkan orangtua dengan cinta, dikasihi saudara dan keluarganya.

Di sana terdiri dari beberapa rumah, termasuk bangunan rumah adat asli yang menurut Frans Seda tersimpan pusaka warisan nenek moyang secara turun-temurun.

Frans Seda mengajak Jakob Oetama dan petinggi Kompas Gramedia lainnya menuju makam orangtuanya. Frans Seda menyalakan lilin. Kami berdoa di sana.

59 Anggota Kodim 1601 Sumba Timur Non Reaktif Covid-19

Teh, kopi, ubi rebus dan kue sudah menanti ketika Frans Seda mengajak Jakob Oetama, August Parengkuan, St. Sularto, Julius Pour, Petrus Waworuntu, Rikard Bagun, Damyan Godho menuju rumah induk terbuat dari kayu untuk beristirahat.

Mudah ditebak, ubi rebuslah yang paling laris "diserbu" para tamu ketimbang kue. Canda tawa pun tetap mewarnai acara sore itu.

Keduanya berangkulan. "Selamat ulang tahun, Pak Frans," kata Jakob Oetama dengan suara lirih menahan haru. Momen indah tersebut tercipta Kamis (27/10/2005) malam, dalam acara syukuran hari ulang tahun ke-79 Frans Seda di Maumere. Syukuran yang dihadiri ratusan undangan diawali misa konselebran dipimpin P. Philipus Tule, SVD.

Parodi Situasi Minggu 13 September 2020: Turunan Pilkada

Jakob Oetama dan Frans Seda adalah dua sahabat karib. Persahabatan yang unik. Satu berwatak NTT (Flores) yang keras, bicara lugas, blak-blakkan, apa adanya. Yang lainnya pria Jawa, Jawa Tengah yang berpembawaan halus, lembut bahkan malu-malu.

"Bagi saya, Frans Seda adalah sahabat dalam suka dan duka. Memberi kekuatan dan meneguhkan hati di saat sulit. Tiada henti mendorong kami untuk maju," kata Jakob Oetama saat memberikan kesannya tentang Frans Seda.

Secara khusus, Jakob Oetama kembali mengisahkan peran Frans Seda pada awal kelahiran Harian Kompas tanggal 28 Juni 1965. Bagaimana pergulatan mereka saat itu menghadapi bermacamragam tantangan yang tidak ringan. "Saya merasa beruntung mempunyai sahabat seperti Pak Frans," ujarnya.

Mengenai Kompas Gramedia, Jakob Oetama mengatakan sukses diraih grup ini bukan karena kemampuan dirinya semata dalam memimpin. "Semua ini merupakan providentia Dei, penyelenggaraan ilahi," katanya.

"Itulah pembawaan Pak Jakob sejak dulu. Tidak pernah mau menonjolkan diri," kata Frans Seda yang langsung bangun dari tempat duduk menyambut sahabatnya itu dan keduanya kembali berpelukan.

Kegiatan Jakob Oetama dan Frans Seda pada Jumat 28 Oktober 2005 adalah ziarah ke patung Bunda Maria Segala Bangsa setinggi 28 meter di Nilo serta bicara dalam seminar di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero.

Selepas acara Huler Wair, kedua sahabat itu diantar memasuki rumah adat Nilo baru menuju Patung Bunda Maria Segala Bangsa yang berdiri anggun di bukit Keling.
Di sana sudah banyak peziarah yang berdoa. Setelah berdoa dan mendapat berkat dari seorang pastor dari Kongregasi Pasionis, rombongan Jakob Oetama-Frans Seda meninggalkan Nilo menuju Ledalero.

Mohon maaf! Itulah kata pertama Jakob Oetama saat diberi kesempatan menyampaikan pikiran dan pandangannya sebagai pembicara tunggal dalam seminar di aula STFK Ledalero pagi itu.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved