Demi Pariwisata Estate, BPSDM NTT Kumpulkan Pelaku Pariwisata di Otan, Semau
Demi Pariwisata Estate, BPSDM NTT Kumpulkan Pelaku Pariwisata di Desa Otan, Semau
Penulis: Ryan Nong | Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM | KUPANG -- Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Nusa Tenggara Timur ( BPSDM NTT) menginisiasi "live in" para pelaku usaha, BUMDes dan penggerak pariwisata di beberapa desa wisata di NTT. Live in dilaksanakan di Desa Otan, Kecamatan Semau Kabupaten Kupang selama tiga hari, sejak Jumat hingga Minggu (11-13/9).
Live in yang diikuti 30 peserta dari beberapa desa wisata itu merupakan bagian kegiatan Pelatihan Kepariwisataan Berbasis Masyarakat "Community Based Tourism" bagi para pelaku usaha pariwisata untuk destinasi wisata estate baru.
• Warga Laenmanen Antusias Terima Tim UPT Penda Wilayah Malaka
Para peserta tersebut berasal dari Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Belu, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Ngada, Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Lembata dan Kabupaten Alor.
Sekretaris Daerah NTT, Ir. Benediktus Polo Maing mengatakan, pemerintah mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam kegiatan pariwisata karena saat ini sektor pariwisata menjadi prime mover pembangunan di Provinsi NTT.
• Update Corona Sumba Timur - Kapolres Minta Masyarakat Jangan Main-main dengan Protokol Kesehatan
Karena itu, kata Polo Maing, masyarakat akan difasilitasi untuk bisa mengenal dan beradaptasi dengan tantangan, peluang dan berbagai potensi yang dapat dikembangkan di wilayah desanya.
"Pelatihan ini merupakan awal dari sebuah upaya mengembangkan kepariwisataan berbasis masyarakat," tandas Polo Maing saat membuka dengan resmi kegiatan tersebut, Jumat (11/9) siang.
Melalui pembentukan dan penguatan kelembagaan, ia berpesan agar dapat dibangun kerjasama, pembentukan aturan dan penciptaan tertib sosial baru yang berorientasi pada pengembangan pariwisata.
"Optimalkan keuntungan ekonomi, jaga dan rawat serta lindungi alam, juga tingkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial budaya masyarakat," pesannya.
Polo Maing menjelaskan, karakteristik pembangunan sektor pariwisata adalah mudah menciptakan lapangan kerja dan berpeluang mengentas kemiskinan. Karena karakteristik itu maka pembangunannya menganut prinsip inklusif yang melibatkan sebanyak mungkin pihak dengan memegang prinsip pemberdayaan dan pembangunan serta penguatan jejaring.
"Karena itu, pembentukan dan penguatan kelembagaan menjadi titik awal yang penting dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat," katanya.
Masyarakat, menurut Polo Maing, harus difasilitasi menjadi pelaku utama dalam pengelolaan sumber daya pariwisata dimaksud. "Ada potensi keindahan alam yang unik, sosial budaya masyarakat yang spesifik dan beragam perlu didorong untuk bertumbuh menjadi destinasi - destinasi pariwisata yang eksotik sehingga kelak menjadi sumber pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," kata Polo Maing.
Sebelumnya, dalam laporannya, Kepala BPSDM NTT, Dr. Keron Ama Petrus menyampaikan, kegiatan tersebut bertujuan untuk mendorong percepatan tumbuh membangnya pariwisata estate di desa yang menjadi destinasi wisata yang menjadi sasaran program pemerintah Provinsi NTT.
Dalam kegiatan tersebut, peserta dibekali dengan pengetahuan-kemampuan manajerial dan sosial untuk mengembangkan model pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat.
"Poin kita adalah memampukan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pengembangan pariwisata di desa desa destinasi wisata. Tetapi rencana pelatihan selanjutnya, akan diarahkan pada peningkatan keterampilan teknis masyarakat untuk mengembangkan berbagai jenis usaha sesuai potensi desa," kata Keron.
Narasumber kegiatan, kata Keron, terdiri dari Pusat Pelatihan Kepariwisataan Yogyakarta, para pejabat struktural BPSDM, Widyaswara dan pelaku usaha serta kelompok usaha pariwisata dan BUMDes Pariwisata di Desa Detusoko Barat dan Desa Waturaka Kabupaten Ende.