News

Angka Kelahiran Total NTT Tertinggi di Indonesia Picu Kemiskinan, Mau Kuru: Atur Jarak Kelahiran

Kepala BKKBN NTT, Marianus Mau Kuru, menegaskan, program Keluarga Berencana (KB) bukan membatasi kelahiran tetapi mengatur jarak kelahiran.

Penulis: Teni Jenahas | Editor: Benny Dasman
POS-KUPANG.COM/TENIS JENAHAS
Peserta Sosialisasi 1.000 Hari Kehidupan dan Pusat Informasi Kegiatan Remaja di Hotel Matahari Atambua, Jumat (3/7/2020) 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Com, Teni Jenahas

POS KUPANG, COM, ATAMBUA - Kepala BKKBN NTT, Marianus Mau Kuru, menegaskan, program Keluarga Berencana (KB) bukan membatasi kelahiran tetapi mengatur jarak kelahiran.

Mengatur jarak kelahiran bisa dilakukan dengan cara menggunakan alat kontrasepsi. Tujuannya memberi ruang dan waktu kepada ibu untuk memulihkan kesehatan reproduksi pasca bersalin.

Marianus mengatakan hal ini kepada wartawan di sela-sela kegiatan sosialisasi 1.000 Hari Kehidupan dan Pusat Informasi Kegiatan Remaja di Hotel Matahari Atambua, Jumat (3/7).

Marianus meenyebut angka kelahiran total di NTT tertinggi di Indonesia sehingga memicu kemiskinan. Tingkat kemiskinan di NTT masih 20 persen.

"Angka kelahiran total NTT tertinggi di Indonesia. Kita yang paling tinggi sehingga memicu kemiskinan," kata Marianus.

Setelah dikaji bersama para ahli, ternyata rata-rata penduduk di NTT memiliki pendapatan kecil tapi punya anak banyak. Di NTT, pengeluaran per kapita, satu orang menggunakan uang sebesar Rp 387.160 per bulan.

Kalau dalam keluarga memiliki delapan orang, dikalikan delapan orang. Jika pendapatan tidak cukup dan nilai dibawa angka tersebut maka penduduk yang bersangkutan dikategorikan miskin. Perhitungan ini berbeda di setiap provinsi di Indonesia dan juga di setiap kabupaten/kota.

Menyikapi masalah ini, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat menginstruksikan kepada jajaran BBKKBN untuk terus mengkampanyekan, memberikan pemahaman dan mengedukasi masyarakat supaya masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi "lemah lembut" bisa mengatur kelahiran anak.

Jangan melampaui kemampuan ekonomi keluarga. Kemudian remaja tidak boleh hamil karena rentan terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga hingga pada penceraian.

Khusus untuk Belu, lanjut Marianus, angka kelahiran total masih tinggi sehingga dampaknya pada kemiskinan mencapai 15 persen atau sekitar 34.000 jiwa penduduk

"Jika pemerintah dan masyarakat menekan angka kelahiran total menggunakan alat kontrasepsi sampai 23 persen, maka kemiskinan di NTT bisa turun sampai 17 persen setiap tahun," terangnya.

Hasil kajian BKKBN diproyeksikan, jika angka kemiskinan di NTT terus diturunkan sampai tahun 2027, maka kemiskinan di NTT tinggal sekitar 10 persen. *

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved