BNN Kota Kupang
Urine Oknum DPRD TTU & Kenalan Wanita, AHP Mengandung Methamfitamine, Apakah Berbahaya?
Urine Oknum DPRD TTU & Kenalan Wanita, AHP Mengandung Methamfitamine, Cari Tahu Dampak Zat Berbahaya Itu
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Urine Oknum DPRD TTU & Kenalan Wanita, AHP Mengandung Methamfitamine, Cari Tahu Dampak Zat Berbahaya Itu
POSKUPANG.COM - Hasil tes Urine Oknum DPRD TTU & Kenalan Wanita, AHP Mengandung Methamfitamina, positif Sabu.
Cari Tahu apa itu Methamfitamina dan apa dampaknya.
Untuk diketahui, Oknum DPRD TTU, IFT (37) dan Kenalan perempuannya, AHP (26) yang diamankan di salah satu kamar hotel di Kupang tanggal 16 Juni 2020 lalu.
Keduanya diamankan tim BNN Kota Kupang dan BNN Provinsi NTT. Ikut diamankan saat itu juga supir sekaligus keponakan oknum DPRD TTU, IL (29) bersama teman perempuannya, DL (25).
"Setelah kita mengamankan dari TKP lalu mereka kami bawa ke BNN Kota Kupang, dimintai keterangannya," kata Lino R Pereira, Kepala BNN Kota Kupang kepada poskupang.com, Minggu 21/6/2020).
Di BNN Kota Kupang juga, demikian Lino R Pereira, keempat orang tersebut di tes urinenya. Hasil dari tes urine itu, IFT dan AHP, positif mengandung methamfetamine atau Sabu. Sedangkan dua lainnya, IL dan DL, tes urinenya negatif.
Apakah Metamfetamina?
Dilansir Pos-Kupang.com dari laman wikipedia,indonesia, Metamfetamina (metilamfetamina atau desoksiefedrin), disingkat met, dan dikenal di Indonesia sebagai sabu-sabu, adalah obat psikostimulansia dan simpatomimetik.
Obat ini dipergunakan untuk kasus parah gangguan hiperaktivitas kekurangan perhatian atau narkolepsi dengan nama dagang Desoxyn, tetapi juga disalahgunakan sebagai narkotika.
"Crystal meth" adalah bentuk kristal dari metamfetamina yang dapat dihisap lewat pipa.
Sejarah
Penemuan metamfetamina berawal pada tahun 1871, ketika seorang ahli farmasi Jepang bernama Nagai Nagayoshi yang sedang melakukan riset di Universitas Humboldt, Berlin. Nagoyashi berhasil mengisolasi senyawa efedrina yang berfungsi sebagai stimulan dari tumbuhan Cina, Ephedra sinica.
Awalnya efedrina diharpkan dapat membantu penderita asma, tetapi perusahaan Jerman, Merck, menolak untuk memproduksi obat tersebut karena efeknya yang tidak jauh berbeda dengan adrenalin.
Hal ini memicu Nagayoshi untuk meningkatkan efek efedrina dan mengembangkannya menjadi metamfetamina.