Breaking News

Opini Pos Kupang

Adaptasi Kebiasaan Baru Bercermin Sejarah Pandemi Dunia

Pandemi Covid-19 bakal menjadi pandemi bersejarah di abad 21 yang akan selalu diingat generasi mendatang

Editor: Kanis Jehola
zoom-inlihat foto Adaptasi Kebiasaan Baru Bercermin Sejarah Pandemi Dunia
Dok
Logo Pos Kupang

Pandemi Covid-19 bakal menjadi pandemi bersejarah di abad 21 yang akan selalu diingat generasi mendatang

Dr. Ina Debora Ratu Ludji, SKp, M.Kes (Dosen Poltekkes Kemenkes Kupang, Tim Gugus Covid 19 Provinsi NTT)
Dr. Drg Dominikus Minggu, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT)

POS-KUPANG.COM - Pandemi Covid-19 bakal menjadi pandemi bersejarah di abad 21 yang akan selalu diingat generasi mendatang. Kemajuan di bidang teknologi informasi, penyebaran informasi berjalan begitu cepat, termasuk informasi terkait Pandemi Covid-19.

Semua orang sangat paham dengan istilah pandemi Covid 19, social dan physical distancing, masker, dll. Namun, apakah bangsa kita pernah mengalami pandemi seburuk ini? Tidak ada catatan sejarah nasional yang menggambar buruknya pandemi yang merenggut puluhan ribu orang di negeri ini, kecuali sejarah tentang korban letusan Gunung Krakatau dan Gunung Tambora yang banyak makan korban.

Mesin Pembunuh Massal

Sejarah mencatat, tidak ada perang apapun yang menjadi mesin pembunuh terhebat selain pandemi penyakit infeksi yang diakibatkan oleh virus. Dalam www.history.com menulis pandemi Yustianus /wabah pes di abad ke lima hingga abad ke tujuh.

BP Jamsostek Ende Serahkan Bantuan APD untuk Satgas Covid-19 Nagekeo

Kemudian pandemi Pes atau black death kedua di abad 14, kedua pandemi merenggut nyawa antara 25 -200 juta jiwa. Di abad ke 20, pandemi Cacar atau Variola yang merupakan pandemi paling mematikan, merenggut sekitar 200 juta jiwa penduduk dunia mati sia-sia, diikuti pandemi influenza terjadi di tahun 1918 yang menyebabkan lebih dari 50 juta orang meninggal. Jumlah kematian ini melampaui korban Perang Dunia I -sekitar 40 jutaan.

Michael Osterholm -Direktur Pusat Riset Kebijakan dan Penyakit Menular Universitas Minnesota, Amerika mengatakan "jika kita berpendapat bahwa tidak bakal alami lagi pandemi seperti di tahun 1918 merupakan suatu pendapat yang "bodoh" (foolish). Pandemi itu seperti tsunami, tornado, dan gempa bumi yang terus terjadi, satu melebihi yang lain dan menimbulkan jumlah korban berbeda-beda".

Covid-19

Covid-19 sangat dikdaya dan tampil sebagai mesin pembunuh di tengah kemajuan ilmu kedokteran, keperawatan, farmasi dan vaksin. Secara global virus ini telah menginfeksi lebih dari 7 juta orang dalam kurun waktu 7 bulan ini dan merenggut jiwa lebih dari 400 ribu, namun lebih dari 3 juta orang sembuh. Covid-19 berimplikasi luas di berbagai bidang kehidupan manusia, bahkan mengancam ekonomi suatu bangsa.

Dibantu Pelindo Maumere Bangun Gereja,Pastor Yohanes Sampaikan Terima Kasih Berulangkali

Thomas Moctaitis -Sejarahwan dari Univesitas Katolik De Paul, Chicago, Amerika Serikat -mengatakan pada pandemi-pandemi masa lalu orang tidak paham bagaimana memerangipPandemi selain menghindari diri dari orang yang menderita sakit tersebut.

Dalam konteks pandemi Covid-19, banyak orang paham konsep-konsep upaya preventif mulai dari penggunaan masker hingga tinggal di rumah saja, dan lain sebagainya.

Adaptasi Kebiasaan Baru

Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) adalah suatu situasi baru dalam pemulihan aktivitas masyarakat sehari hari dengan melakukan adaptasi untuk dapat hidup berdampingan dengan Covid-19 berbasis protokol kesehatan. Masyarakat perlu beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan ekonomi bisa dihidupkan kembali. Namun demikian, perlu dibangun pemahaman yang benar terkait AKB dan protokol kesehatan untuk menghindari persepsi keliru bahwa pandemi Covid-19 telah berakhir.

Saat acara video conference tanggal 10 Juni 2020 di Gugus Tugas Covid-19 nasional, Presiden Jokowi menginstruksikan agar dilakukan sosialisasi masif (massive campaign) tentang potokol kesehatan di era AKB bersama Covid-19 nanti, tetap menuntut disiplin yang tinggi dalam menerapkan dan mempraktikan protokol kesehatan di era AKB untuk memastikan seluruh masyarakat mengadopsi protokol ini tanpa kecuali agar angka korban pandemi masa lalu tidak terulang. Dengan rata-rata pendidikan orang Indonesia yang lebih baik, kita diharapkan lebih rasional dan bertindak tepat demi keselamatan diri dan orang lain.

AKB merupakan transformasi norma-norma baru dalam kehidupan bermasyarakat yang harus teradopsi secara baik, terutama di tengah kurva transmisi yang terus menanjak dan tanda-tanda menurun belum ada. AKB adalah relaksasi PSBB secara bertahap/hingga pemulihan penuh seluruh aktivitas manusia, bukan penanda berakhirnya pandemi Covid-19. Kekuatiran seperti apa yang dikatakan Dr. Pandu Riono, Ph.D -Epidemiolog FKM UI -tentang gelombang kedua Covid 19 (Kompas, 18 Mei 2020) harus menjadi titik awal kewaspadaan yang tinggi.

Sementara itu, dalam era AKB moda transportasi udara kembali beroperasi dan memungkinkan manusia dan barang bawaannya menjadi host Covid 19 yang bisa menjangkiti dan menjangkau penduduk wilayah dimanapun secara cepat. Dari pengamatan ini, bisa terjadi bahwa angka infeksi dan angka kematian Covid 19 bisa naik diluar perkiraan kita. Kekuatiran dapat dipahami karena padatnya populasi dunia membuat transmisi lebih cepat dan ruang pencegahan menyempit.

Sambil menunggu Vaksin Covid-19 yang diperkirakan baru akan masuk pasar di tahun 2022 -yang mana tidak berarti di tahun yang sama 7 miliar manusia akan divaksin -langkah-langkah yang tepat perlu diambil untuk mencegah meluasnya transmisi. Era AKB tidak hanya menormalisasi aktivitas sehari-hari tapi juga meningkatkan upaya-upaya pencegahan masal dengan implementasikan norma-norma kehidupan dan pola hidup baru agar masyarakat responsif dan partisipatif terhadap upaya pencegahan virus ini.

Dr. Mike Ryan -Eksekutif Direktur Kedaruratan Kesehatan WHO mengatakan "Virus mungkin tidak akan pernah dapat dilenyapkan", namun tidak bisa dibiarkannya bersarang di tubuh kita, apalagi menjadi sumber penularan bagi orang lain. Minimal lagi 2 tahun untuk manusia memperoleh herd immunity (ketika 80 persen populasi memiliki immune tubuh) dengan vaksin tsb. Jadi saat ini adalah masa paling kritis, dimana transmisi Covid 19 bisa saja meluas dan menjangkiti dan membunuh puluhan bahkan ratusan jutaan manusia, sehingga yang bertahan hiduplah akan memperoleh kekebalan herd immunity alami terhadap Covid-19.

Di era AKB, memiliki 2 pilihan masyarakat ikut aktif melakukan praktik-praktik pencegahan untuk melindungi diri atau ikut hanyut jadi korban Covid-19. Masyarakat NTT akan memasuki era AKB mulai tanggal 15 Juni 2020.

Ada beberapa catatan kristis agar NTT bisa terhindar dari lonjakan kasus Covid-19 yaitu pertama, penemuan kasus secara aktif dengan melakukan deteksi dini dengan Rapid Test diikuti Swab PCR Test untuk menentukan status PDP, OTG dan Covid 19. Kedua, menambah tim-tim untuk melakukan pelacakan kasus (contact tracing) terhadap semua kasus Covid 19 positif.

Ketiga, Melakukan isolasi mandiri dan karantina terpusat bagi kelompok risiko Covid- 19 selama 14 hari. Keempat, screening ketat pelaku perjalanan serta untuk menentukan status ODP, PDP dan OTG. Kelima menggerakan/mobilisasi semua stakeholder termasuk semua media masa dan elektronik untuk melakukan sosialisasi protokol dan memantau kepatuhan masyarakat terhadap protokol.

Keenam, menetapkan Pergub serta Perbup/Perwali untuk penegakan hukum/law enforcement sebagai instrument pembinaan dan pengendalian perilaku bandel. Ketujuh, melakukan pemberdayaan masyarakat dan institusi untuk pengelolaan kesehatan lingkungan pengawasan dengan melakukan pemetaan stakeholder untuk pembagian peran, sosialisasi, pemetaan masalah sosial dan identifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kerja masyarakat/institusi, implementasi, monitoring dan evaluasi secara bersama cegah tangkal Covid-19 mulai dari hulu agar tidak terjadi banjir kasus Covid 19 di hilir/Rumah Sakit. Jika kita salah mengambil langkah terhadap the invisible enemy -akan menjadi invincible enemy (musuh yang tak terkalahkan). (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved