EKSKLUSIF, Dr. Inche DP. Sayuna, SH., M.Hum: Perempuan Pemimpin, Selalu Punya Waktu Untuk Keluarga
Jadi 36 ribu pengusaha yang tercatat di IWAPI, kami saling bangun link dan akses secara langsung. Kami juga setiap tahun dua kali
Penulis: Ryan Nong | Editor: Rosalina Woso
Karena saya tahu keterampilan menjadi pemimpin itu tidak bisa dapat di sekolah formal, maka saya serius di organisasi. Itu terbukti. Dulu saya tidak bisa omong, ya caranya, saya belajar menyampaikan pendapat, perbaiki struktur berbicara, latih retorika, itu kan di organisasi. Tetapi, saya juga membackup dengan pendidikan formal. Sejak saat itu saya sudah punya cita cita saya harus doktor.
Saya pernah baca satu buku dan penulisnya bilang begini. "Kita tidak boleh takut bermimpi, kita harus punya mimpi yang sangat besar. Ketika kita punya mimpi yang besar maka energi kita akan besar untuk mencapai itu, kalau kita punya mimpi yang kecil maka energi kita kecil juga untuk capai itu".
Saat ini ibu memegang berapa organisasi?
Banyak sekali, ormas banyak sekali kalau dari muda. Ada AMPI, KNPI, HWK, GMKI, Pemuda Pancasila, Perkanta juga organisasi mahasiswa lain.
Dulu kan tidak banyak perempuan yang berminat di organisasi, jadi karena saya punya minat, semua organisasi yang meminta saya bergabung, ya saya gabung. Tetapi sekarang saya hanya fokus ke partai politik dan beberapa ormas misalnya IWAPI, Perempuan Pengusaha, Kadin, Sinode GMIT, juga usaha. Beberapa yang lain, saya sudah mundur.
Kalau sekarang yang aktif, ya saya Sekretaris Partai Golkar Provinsi, Ketua HWK, Ketua IWAPI. Saya juga aktif membantu Sinode GMIT untuk persoalan advokasi, pendidikan, hukum dan HAM, jadi pemegang saham radio gema ingu juga. Selai itu pernah ketua perempuan GMIT, ada di wadah orang China, NTT, Ikatan Alumni UKAW, KONI Provinsi NTT juga organisasi Paragames. Tapi sudah sangat terbatas aktivitasnya, karena usia dan kesibukan di Partai dan DPRD.
Apa suka dukanya selama berorganisasi. Kan ibu sejak usia 17 tahun sudah berkecimpung di dunia organisasi?
Karena tidak banyak perempuan yang ada di situ (organisasi), saya menjadi istimewa, ya karena tidak banyak yang ikut. Kalau dukanya karena saya harus berhadapan dengan teman teman yang datang dari berbagai latar. Tapi bagi saya, dukanya sedikit karena ada banyak teman lalu organisasi menjadi sebuah media relaksasi.
Duka itu lebih banyak di partai politik, karena di partai ada banyak warna. Kalau tidak peka maka kita akan menjadi buta warna, karena ada banyak tekanan demi tekanan, apalagi sebagai pemimpin perempuan. Tekanannya dua kali lebih dari laku laki. Karena banyak warna, kalau tidak peka mengenal warna maka maka kita akan buta warna dan bisa menjadi stres, kita harus memilah warna maka kita tidak stres karena kita tahu.
Tetapi saya menikmati betul, akrobat politik itu saya coba tidak bawa dalam stres. Saya menikmati sebagai sebuah seni. Seni untuk melihat arusnya juga.
Dari sekian banyak organisasi, mana yang yang paling berkesan?
Setiap organisasi punya kesan sendiri. Saya kan juga ikut organisasi yang independen, organisasi gereja, usaha juga organisasi perempuan dan anak. Tetapi mungkin karena saya minatnya lebih banyak di politik, yang paling berkesan di partai politik. Saya punya passion disitu. Jadi saya kalau ditanya paling berkesan, ya di situ.
Selain itu, yang juga berkesan itu bersama teman teman jaringan memperjuangkan isu perempuan dan anak. Itu jadi sebuah kenikmatan tersendiri bagi saya. Ada banyak organisasi, mulai dari kaukus perempuan, rumah perempuan, HWK, perempuan Golkar juga perempuan dan politik. Tetapi sekarang saya tidak terlalu aktif di level operasional, karena sudah melewati fase ketua, jadi sekarang lebih banyak jadi membimbing.
Saat ini ibu Inche juga menjadi sekertaris partai dan wakil ketua DPRD. Bagaimana ibu memenej waktu bagi keluarga?
Dari muda, Ketika saya akan menikah, saya sudah menjadi wanita karir. Saya punya calon suami waktu itu sudah saya bilang. Jadi kami dari awal sudah punya komitmen untuk saling mendukung satu dengan yang lain. Dan saya punya suami, betul betul mendukung dan tidak mengikat untuk harus selalu ada di rumah.